"Gue titip Sinb ke elo, ya."
Tiffany mengernyit. "Lo mau ke mana, deh?"
"Gue ada janji temu, ngurus rancangan gaun pernikahan gitu."
"Okedeh, mumpung Yuju juga belum balik dari rumah sakit."
"Gue mohon banget, jagain anak gue, ya."
Tiffany mengangkat sebelah tangannya, menepuk-nepuk bahu itu dengan penuh pengertian. Lagipula mereka bukan baru mengenal kemarin sore, malahan sudah bertahun-tahun mereka bersama. Sudah tidak diragukan lagi tentang kedekatan di antara mereka itu.
"Hati-hati di jalan, lo," pesan Tiffany. "Jangan ngebut-ngebut, jangan mentang-mentang tiap bulan ganti mobil baru terus buang yang lama."
Jessica tertawa kecil. "Gue mudah bosen orangnya, sih. Daripada bosen sama satu mobil, ya udah gonta-ganti aja."
"Awas lo, ya!" peringat Tiffany.
"Iya, tenang aja, sih!"
Mereka berpisah setelah menghabiskan waktu untuk berbicara berdua saja. Mungkin seperti ini cara menyelesaikan masalah secara baik-baik, yaitu ketika dua pikiran yang sama-sama dingin. Tentu, apabila masalah diselesaikan dengan cara seperti ini, maka akan tercipta perdamaian. Yah, walau hubungan kuat persahabatan mereka menjadi alasan lain mengapa masalah itu dianggap telah berlalu.
Entah terbuat dari apa hati Tiffany, sehingga dengan lapang ia memaafkan Jessica. Padahal, begitu mengetahui suaminya berselingkuh, ia marah besar dan menyumpahi wanita itu dengan kata-kata kasarnya.
Mimomnya Una
|| Fanny
|| Lo ke mana?
|| Sama Jessica, kah?Hooh ||
Abis bicara ||
Dan udah baikan juga |||| Tepuk tangan dulu, ah!
|| Gak nyangka lo bakalan sebaik ini
|| Kegalakan lo ternyata cuma topeng
|| Lo berhati baik
|| Lembut juga
|| Dahlah
|| Menangis gue ngebayangkannyaTiffany memasukan benda pipih itu ke dalam tas mahalnya, ada banyak pesan masuk namun tak ia gubris. Harus kembali ke rumah sakit, menepati perintah Jessica yang menitipkan Sinb kepadanya. Dia tahu Yuju masih di sana, tapi dia agak kurang percaya jika Yuju yang menjaga Sinb.
"Tiffany!"
Langkahnya terhenti, suara bariton khas itu membuatnya kontan menoleh. Mereka bertemu, setelah menyelesaikan masalah itu, Tiffany dipertemukan dengan pria Lee. Dadanya sesak, napasnya tercekat, matanya memanas karena saking ia tak bisa melihat pria itu.
"Tiffany, tunggu!" Donghae menahannya.
"Apa?" tanya Tiffany dingin. "Kalo kamu mau ketemu Yuju, tolong tanyakan apakah dia sudah siap bertemu sama kamu atau belum, jangan memaksa dia."
"Saya ingin bicara sama kamu," kata Donghae.
"Bukan waktunya, saya harus kembali ke rumah sakit, Jessica menitipkan Sinb kepada saya," jelas Tiffany, ia menghempas genggaman itu. "Saya tidak akan melarang kamu bertemu Yuju, dan tolong jangan mengatakan omong kosong yang ngebuat Yuju benci ke Sinb."
"Saya minta maaf."
"Sulit memaafkan kamu, maaf saya bukan Tuhan yang Maha Memaafkan," kata Tiffany dengan begitu yakin. "Saya tahu saya diajarkan untuk memaafkan, tapi tidak untuk semua perbuatan kamu ke saya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Single Parent
Fanfiction[COMPLETED] Menjadi orang tua tunggal itu tidak mudah, lho. Apalagi kalau dikaruniai anak yang super istimewa. [10-02-22] #1 in Yerin-Yoona [25-02-22] #2 in Yuju [01-03-22] #2 in Umji - Jessica [06-03-22] #1 in Gfriend [08-02-22] #1 in Taeyeon [20-0...