Delapan belas

1 5 0
                                    

Abbie mengusap pangkal hidungnya, kepalanya sangat sakit sekarang, ia terbangun dari pingsannya dan ia masih setia berada di gudang tua tersebut.

Mati Matian Abbie berdiri dan melangkahkan kakinya sekuat mungkin, saat ia merogoh ke jam tangan yang ia gunakan, Abbie melihat waktu telah menunjukkan pukul delapan malam.

Kejadiannya dengan Sandra tadi siang masih teringat jelas, dengan sebisa mungkin, Abbie melangkah kan kakinya dan berhasil keluar dari gudang tua tersebut.

Ia menyusuri jalan yang terlihat sedikit sepi karna hari sudah malam ditambah lagi sepertinya akan turun hujan.

Setelah beberapa lama berjalan, hujan pun turun membasahi tubuh rapuh milik Abbie, karna gadis itu sudah terlalu kacau, ia pun memutuskan untuk melanjutkan perjalanan nya.

Abbie berjalan lungkai di tepi jalan sambil terus menggenggam bawah rok nya yang sudah sobek akibat ulah Sandra dan teman temannya tadi.

Beberapa lama ia berjalan, tiba tiba ia melihat sebuah motor mendekat ke arahnya, Abbie begitu mengenali motor tersebut, ia memutuskan untuk diam saja.

Tepat di hadapan Abbie motor itu pun berhenti, seorang pria yang sudah basah kuyup pun segara turun dari motor tersebut. Tanpa lama lama pria tersebut memeluk tubuh Abbie, ya pria tersebut adalah vando.

" Kamu dari mana aja bie, kenapa kamu pergi ninggalin aku" vando berbicara sambil senantiasa memeluk tubuh Abbie, suara pria tersebut sedikit berbeda seperti nya ia tengah menangis.

" Tolongin aku Van, sakit" lirih Abbie membalas pelukan vando.

Hujan mengguyur tubuh kedua pasangan tersebut, keduanya sama sama tidak menghiraukan nya.

"Kamu kenapa, cerita sama aku bie" ucap vando sambil memegang pundak Abbie dan memandang manik mata gadis tersebut.

"Aku nggak papa" balasnya berusaha menutupi lukanya yang jelas-jelas tidak akan berhasil ia tutupi.

" Masih bilang nggak papa, maafin aku bie,aku lalai jagain kamu, maafin aku, aku nggak bisa liat kamu kayak gini" ucap vando yang kembali mendekap tubuh Abbie.

"Aku nggak pantes buat kamu Van,lebih baik kamu cari orang baru yang lebih sempurna dari pada aku" balas Abbie menumpahkan semua air mata serta sesak yang ia tahan Mati Matian.

"Kamu sempurna di mata orang yang tepat bie, dan kamu sempurna di mata aku, aku nggak suka dengar kamu ngomong kayak gitu, jangan pernah ngomong gitu bie" vando mengusap air mata Abbie serta menepikan anak rambut ditelinga Abbie.

" Siapa yang ngelakuin ini ke kamu bie, cerita sama aku" ucap vando saat melihat banyak luka lebam diwajah Abbie, ditambah rambut Abbie yang sudah pendek.

" Bukan siapa-siapa" balasnya masih membohongi dirinya yang jelas-jelas tengah rapuh.

" Cerita aja bie, jangan pernah kamu sembunyikan apapun dari aku, kamu jelas jelas udah kek gini,tiga hari kamu hilang, aku panik dan aku nemuin kamu dalam ke adaan memprihatinkan kek gini itu bikin aku hancur" ucap vando sambil melihat wajah Abbie yang dipenuhi luka.

" Sandra kan bie" pertanyaan vando tersebut berhasil membuat Abbie terdiam tanpa berkutik" jawab bie" kini suara vando lebih sedikit meninggi, Abbie tak ingin lagi menyembunyikan ia pun memberi anggukan kepada vando,vando mengelus wajahnya kasar" udah aku duga".

Tatapan vando pun kembali tertuju ke pada Abbie" bie,aku udah tau alasan kamu Jauhin aku, soal agama aku bisa aja pindah agama demi kamu" ucapan tersebut membuat Abbie yang semula menekuk wajahnya kini menatap vando.

" Van, cinta boleh, tapi Inget jangan pernah ninggalin tuhan kamu demi aku yang belum pasti bisa bikin kamu bahagia".

"Aku yakin kamu bisa bikin aku bahagia" vando masih tetap bersikeras.

Abbiella[On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang