Dua puluh

1 5 0
                                    

"Dia kembali, nggak mungkin gw pasti mimpi kan"ucap vando berbicara pada dirinya sendiri. Sepulang dari markas samudra tadi,vando memutuskan untuk pulang karena suhu tubuhnya yang mulai meninggi karna kecapekan.

"Nggak mungkin,itu bukan Ander yang dulu,Ander yang dulu lembut dan nggak pernah ngelakuin hal yang diluar dugaan kek gini,Ander yang dulu gadis kecil yang lembut, nggak,ini cuma mimpikan" teriak vando sambil memegang kepalanya dengan keringat yang bercucuran di tubuhnya.

Karena merasa mendengar teriakkan, akhirnya Rina,ibu vando, melihat keberadaan anaknya,Rina begitu terkejut melihat vando yang tengah melukai dirinya dengan pisau silet yang masih baru.

Melihat aksi anaknya tersebut,Rina langsung mendekap tubuh anaknya yang tangannya sudah bergelimang darah"kamu kenapa sayang,kamu udah janji kan sama mama buat nggak ngelakuin hal-hal yang kek gitu lagi" ucap Rina sambil mendekap dan menangis melihat anaknya yang terkulai lemah.

"Ander mah, Ander" ucap vando lirih dengan mata yang memerah.

"Ander kenapa sayang,Ander udah pergi Ander udah nggak ada" jawab Rina sambil meraba-raba kotak p3k di atas nakas vando.

"Ander masih hidup mah,Ander kembali tapi Ander udah berubah mah,Ander bukan yang kayak dulu lagi" ucap vando yang tangannya tengah diobati oleh Rina.

"Tidur dulu ya sayang,jangan terlalu dipikirin,kamu udah berjuangkan buat lupain semuanya,kamu juga harus jaga kesehatan" balas Rina sambil menyudahi mengobati luka vando.

"Nggak semudah itu mah, kejadian Ander masih teringat jelas diingatan vando,andai aja vando nggak ngajak Ander ke taman hari itu,pasti ini semua nggak bakal terjadi,mereka jahat mah mereka udah ngelecehin Ander didepan vando,hati vando sakit"ucap vando yang masih setia memeluk ibunya tersebut.

"Sayang, mamah ngerti perasaan kamu nak,tarik napas dalam-dalam keluarin,tenangin pikiran kamu" balas Rina sambil mengelus lembut kepada anaknya tersebut, terdengar helaan nafas yang beraturan bertanda bahwa vando telah tertidur,Rina pun merasa iba melihat anaknya yang tersiksa oleh masa lalu nya yang terus menghantui pikiran nya,Rina pun mengambilkan selimut lalu menyelimuti vando dan mengecup lembut dahi vando"cepat sembuh sayang,bisa kan berjuang demi mama" ucap Rina yang berbicara kepada vando yang jelas-jelas tidak akan vando dengar karna dia sudah tertidur.

***

Pagi ini vando datang lebih awal dari biasanya, rencananya ia akan menjemput Abbie tapi gadis itu berkata akan berangkat bersama teman temannya.

Suasana masih sepi,bahkan embun masih menyelimuti sekolah tersebut, terlihat matahari yang mulai menampakkan diri nya di sebelah timur, vando menghela nafasnya berat, pikiran nya sedang tidak baik baik saja.

Saat sedang termenung,tiba tiba seseorang mengejutkan lamunan tersebut" pagi pagi udah ngelamun aja bos,kenapa ada masalah" tanya El ya memang pria tersebut selalu berangkat pagi,ia berangkat pagi bukan karena ingin bermain tapi ia akan menjadi penghuni perpus karena El adalah pengurus perpus sekolah tersebut,memang kelihatan becicilan tapi El sangat amanah dan tanggung jawab atas tugasnya.

"Ngagetin aja lu" balas vando sambil memegang dadanya.

"Ya elah, mikirin apa sih kek serius banget"tanya El heran melihat wajah vando yang terlihat kusut.

"Nggak cuma belum makan doang, nunggu kantin buka" jawab vando yang jelas-jelas ia tengah berbohong.

"Oo ya udah,dari pada gabut nunggu kantin buka,nih gw pinjemin lu buku,gw ke perpus dulu kalau butuh telpon aja" ucap El sambil melemparkan buku setebal satu ruas jari ke hadapan vando lalu melangkah menuju perpus.

Abbiella[On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang