Dua puluh empat

1 5 0
                                    

Seorang pria tengah terkulai lemah di sebuah ruangan serba putih,wajah pria tersebut tanpa memucat serta kondisinya yang semakin memburuk.

Skala,pria tersebut masih setia menanti vando yang dari tadi tak kunjung sadar kan diri. Ia sedikit menatap cemas ke arah vando. Saat sedang duduk, seorang dokter berjalan menuju arah skala sambil memegang sebuah amplop berwarna putih.

"Apakah anda kerabat dari pasien yang bernama Devando" tanya dokter tersebut yang bernama bunga.

"Iya dok saya teman dekatnya"balas skala yang langsung berdiri dari duduknya.

"Baiklah, menurut hasil pemeriksaan, bahwasanya saudara Devando terpapar penyakit kangker jantung yang membuat pasien kehabisan banyak darah serta pompa jantung nya yang mulai melemah" ucap dokter tersebut yang membuat skala kaget dan sekilas menatap ke arah vando.

"Kangker jantung dok" tanya skala memastikan dan langsung diangguki oleh dokter yang bernama bunga.

"Dok apapun caranya dok,lakuin yang terbaik buat teman saya dok,kapan perlu operasi aja dok, saya bakal bayar berapapun"ucap skala tak ingin pikir panjang.

"Sebenarnya pasien bisa saja melakukan operasi, tetapi jantung sangat sulit didapatkan bahkan untuk diusia remaja hanya berkemungkinan tiga puluh persen untuk mendapatkan nya,maka dari itu sebelum mendapatkan donor jantung pasien akan melakukan kemoterapi dan cuci darah secara rutin agar darah didalam tubuh pasien tidak habis" jelas dokter bunga meyakinkan skala yang tampak cemas.

"Lakuin yang terbaik buat teman saya dok,yang penting dia sehat"ucap skala yang sejak tadi memohon kepada dokter bunga.

"Pasti itu, sekarang kita hanya bisa berusaha serta berdoa untuk kesembuhan pasien"balas dokter bunga tersebut.

"Tapi dia bisa sembuh kan dok?" Tanya skala lagi.

"Jika pengobatannya rutin, saudara Devando pasti akan sembuh" balas dokter bunga lalu mulai melangkah pergi dari hadapan Skala.

Skala memijat hidupnya, ia tidak pernah menyangka bahwa vando menderita penyakit separah ini.

Saat sedang menemani vando,tiba tiba ponsel skala berdering menampilkan nama zero.

"Halo".

"Hoi,lu dimana sialan".

"Woii, orang ngomong tuh dijawab bukan didiamin goblok" zero terus saja mengumpat melalui ponsel,skala yang mendengar nya hanya menghela nafas.

"Apa sialan,lu mau ngapain sama gw" balas skala yang sudah bosan mendengar celotehan zero.

"Santai bro,lu kemana sih Bangs*t gw cariin gak ketemu"omel zero dari sebrang sana.

"Gw ada urusan sama vando, nggak usah pengen tau bay jelek" balas skala yang langsung mematikan sambungan telepon nya.

"Enak aja lu bilang manusia seganteng gw jelek" umpat zero yang kesal kepada Skala.

Saat sedang memasukkan ponselnya kedalam tas,skala mendengar lenguhan dari vando yang menandakan pria tersebut sudah sadarkan diri.

Vando membuka matanya perlahan dan mulai menetralkan cahaya yang masuk ke dalam mata nya. karena dirasa sudah membaik, akhirnya vando melirik ke samping melihat ke arah skala yang mulai melangkah mendekat ke arahnya.

"Nih minum"skala menyodorkan segelas air putih ke hadapan vando, Vando hanya mempernyit bingung melihat tingkah Skala.

"Nggak usah bingung gitu,lu sakit istirahat yang cukup"ucap skala yang melihat wajah vando yang tengah kebingungan.

"Gw nggak sakit, cuma kecapean" balas vando yang masih saja terus berbohong yang jelas-jelas skala sudah tau tentang penyakit yang dideritanya.

"Kanker jantung, kemoterapi,cuci darah dengan rutin biar lu nggak mati" ucap skala singkat padat dan jelas yang sama sekali tak melirik ke arah vando.

Abbiella[On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang