Dua puluh sembilan

1 3 0
                                    

Semenjak kejadian tadi siang, mood vando semakin berantakan. Waktu menunjukkan pukul tiga subuh,sejak tadi pria tersebut tidak bisa tidur.

Terdengar bunyi masjid memasuki kamar vando, walaupun ia bukan muslim,tapi vando ingat bahwa sekarang umat muslim tengah memasuki bulan ramadhan,itu artinya orang orang tengah melaksanakan sahur"oh iya sahur,apa gw kerumah Abbie aja ya"pria tersebut langsung mengambil jaket dan bergegas keluar rumahnya sambil menenteng sesuatu didalam kantong plastik.

Sekitar lima belas menit perjalanan,vando pun tiba dirumah Abbie. Rumah gadis tersebut terlihat terang, sebenarnya sebelum kerumah Abbie,vando menyempatkan diri untuk kerumah Dinda dan menemani gadis itu sahur sebentar. Ya karena Dinda dan vando beda agama, walaupun begitu,vando tak pernah merasa perbedaan itu sebagai halangan dari persaudaraan mereka.

"Langsung ketuk pintunya atau gimana ya"seketika otak vando buntu dan bingung harus melakukan apa.

Pria tersebut pun langsung Mengambil ponsel yang berada didalam sakunya dan mulai mencari nomor WhatsApp Abbie.

Vando:
Bie,boleh ngomong bentar nggak?

My Queen ❤️💗:
Gw sibuk nggak ada waktu

Vando:
Bentar aja,pliss

My Queen ❤️💗:
Alay tau nggak 😒

Vando:
Keluar bentar bie,aku didepan

Abbie pun sedikit tersentak kaget membaca pesan dari Vando, gadis tersebut pun langsung mengintip lewat jendela dan terlihat vando yang duduk ditepi jalan dan bersandar pada motor nya.

Sebenarnya Abbie benci dengan kehadiran vando,namun gadis tersebut sedikit merasa iba dengan pria tersebut dan ia pun memutuskan untuk keluar sebentar.

Udara terasa sedikit dingin membuat suhu tubuh vando sedikit naik. Sebenarnya ia sangat anti dengan suhu udara yang dingin karena dapat mengganggu kesehatan tubuh vando, ditambah lagi penyakitnya yang sering kambuh.

Dengan mengunakan baju tidur panjang berwarna biru, Abbie menghampiri keberadaan vando yang kelihatannya kedinginan

Bunyi gerbang yang terbuka membuat lamunan vando buyar dan memandang kepada orang yang sejak tadi ia nanti.

"Masuk udaranya dingin"walaupun tengah marah, Abbie tetap saja perhatikan pada vando.

"Disini aja,lagian aku nggak lam_"ucapan vando terpotong karena Abbie sudah menjawabnya terlebih dahulu.

"Nggak usah ngeyel,gw tau lu nggak kuat dingin" mau tidak mau,vando hanya mengikuti apa yang diinginkan Abbie.

Kini mereka berdua tengah duduk disebuah kursi ditaman belakang rumah Abbie, udaranya terlihat sangat segar ditambah lagi embun pagi yang menerpa kulit keduanya.

Bunga bunga tampak bermekaran serta bulan dan bintang yang masih kelihatan,vando menyuguhkan sekantong plastik makanan yang sejak tadi ia pegang"nih buat kamu, mumpung belum imsak"Abbie pun menerima uluran sekantong makanan tesebut.

"Aku tau kamu kemaren laper,dan aku juga tau kalau kamu sakit perut kan"Abbie pun langsung menjawabnya dengan anggukan, dugaan vando benar. Ya tentu saja, karena vando memantau Abbie dari jauh kemaren.

Kemaren vando melihat Abbie berhenti disebuah halte dan ia melihat Abbie berjalan kearah tukang somay,dan Abbie membeli somay tersebut dengan ukuran banyak.

Vando terus mengikuti Abbie tanpa gadis itu ketahui,saat dirumah Abbie, vando sengaja berbicara kepada Zena 'ibu abbie' agar tak memberi tahu kehadirannya.

Karena Abbie terlalu banyak makan somay yang rasanya lumayan pedas, mengakibatkan perut gadis tersebut menjadi sakit. Dan tak lupa vando juga menitipkan obat sakit perut kepada ibu Abbie.

"Jangan lupa diminum obatnya biar nggak sakit perut lagi,kalau nggak kuat puasa jangan dipaksain. Bukannya aku ngajarin kesesatan cuma ini demi kebaikan kamu" vando benar benar perhatian jika itu berurusan dengan Abbie.

Karena sudah tak tahan membendung air mata,gadis tersebut akhirnya menangis sambil menghambur memeluk tubuh vando"maafin aku, maafin aku yang nyuekin kamu kemaren"Abbie berbicara dengan terisak Isak.

"Jangan nangis dong,aku nggak suka liat malaikat kecil aku nangis"pria tersebut mengusap rambut Abbie dengan lembut agar memenangkan gadis tersebut.

"Kemaren kenapa nyuekun Hmm?" Vando masih senantiasa mengelus rambut Abbie.

"Kemaren pas kamu dekat sama Ander itu bener bener bikin aku sakit hati,tapi menurut aku itu normal. Disaat aku mulai lupain masalah kita, tiba tiba Ander datang trus dia bilang 'gw lebih tau segalanya tentang vando daripada lu' aku bener bener nggak paham apa yang diomongin Ander dan pas aku dirumah pun ada nomor baru yang ngirim foto ke gw,yang jelas disana aku liat itu foto kamu sama Ander dan Ander nyuruh aku buat ngejatuhin kamu" setelah gadis itu menyelesaikan ucapannya ia pun menunduk lesu mengigat kejadian tersebut.

"Bie,kamu kan tau, sebanyak apapun orang yang ngedeketin aku,tokoh utamanya terap kamu dan nggak akan pernah bisa digantikan. Ok mungkin ini saatnya aku harus jujur ke kamu soal aku sama Ander,ngungkit masalalu itu sebenarnya berat,tapi demi hubungan kita aku rela ngorbanin apa aja walaupun itu menyangkut nyawa aku".

"Gw sama Ander sahabat dari kecil,bukan cuma gw tapi juga ada skala. Gw sama skala bener bener sayang banget sama Ander dan nggak boleh satu orangpun yang ngejahatin dia.  Sampai suatu saat dimana Ander bakal ulangtahun,jadi kita bertiga mutusin buat ngerayain ditaman. Semulanya kami baik baik aja,tapi nggak lama datang beberapa om om pecundang yang sampai saat ini gw masih ingat semua tentang dia, mereka pun ngajak kita ke suatu tempat,gw yang bodoh pun percaya dan gw maksa temen temen gw buat ikut. Nggak jauh dari situ kita berhenti di gudang tua dan tiba tiba om om itu nyerang gw sama skala dan nahan tangan kita berdua,detik itu juga mental, perasaan dan diri gw bener bener kacau. Ander,cewek yang harusnya disaat menginjak usia remaja awal nya mendapat kebahagiaan namun terlebih dahulu dirusak oleh orang lain yang yang punya perasaan. Semenjak kejadian itu,gw nggak pernah liat Ander,skala juga udah pindah ke Jerman. Gw,gw bener bener sendiri dan diselimuti rasa trauma yang saat ini masih gw rasain" pria itu tampak menunduk menutupi segala sesak yang ia tahan.

"Maafin aku,aku beneran nggak tau" Abbie,gadis tersebut kembali menangis dan memeluk Vando.

"Nggak apa apa, cepat atau lambat kamu juga bakal tau"pria tersebut mengelus rambut Abbie agar menenangkan gadis tersebut.

Dadanya benar benar terasa sakit membuatnya sedikit susah berbicara,namun karena dihadapan Abbie,ia berusaha agar terlihat baik baik saja didepan gadis tersebut.

"Jangan pernah ninggalin aku cuma karena masalah sepele ya bie,aku trauma jika berhubungan dengan yang namanya kehilangan" kalimat terakhir itu yang terus terngiang-ngiang dibenak Abbie yang kini berada dikamar nya.

Vando,pria itu sudah pulang sekitar lima belas menit yang lalu dan ia berkata besok,besok dan besok ia akan datang kemari lagi.

Entah apa yang direncanakan dunia untuk kedua pasangan ini yang jelas-jelas mereka hanya bisa menjalaninya saja dengan tujuan kebahagiaan dan kunci kesetiaan.

Nexx?
Jangan lupa follow dulu sebelum baca vote+komen.

Sorry up nya lama

See you

Abbiella[On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang