"Eps. 11"

131 27 1
                                    

"Sepertinya mau hujan" belum juga 5 menit, hujan turun dengan derasnya. Seorang siswi dengan seragam sekolah yang berbeda dengannya berteduh di temani wanita paruh baya yang perawakannya mirip dengan neneknya. Mereka saling merangkul dan menghangatkan satu sama lain.

Sejeong memandangi mereka sedih, lalu tak lama kemudian dia menangis. Mereka yang ikut berteduh terkejut mendengar tangisan itu meski pelakunya acuh.

"Aku mau pulaaannggg!"

Dari kejauhan, Jaehyun dan motornya menikmati hujan sembari memantau Sejeong. Dia terlihat cemas karena gadis itu tiba-tiba menangis, "bodoh, bukannya pulang naik taksi dia malah menunggu bus" cibirnya.

"Lagi-lagi aku membuatnya menangis, tapi..."

"Apa dia akan berhenti menyukaiku jika aku terus menyukainya?"

"Bagus deh, akhirnya dia sadar diri juga. Aku tak perlu repot-repot lagi... Tapi, kenapa hatiku merasa sedih?"

Dia lalu mengendarai motornya menghampiri halte itu, menaikkan kaca helmnya. "hei, kau yang di sana..."

Tangis Sejeong tersenggal, dia lalu membuang mukanya sembari mengusap air matanya. "Naiklah," suruhnya.

"Kau mau terus disini menjadi tontonan? Kak Wendy, menyuruhku mengantarmu pulang" ujarnya berbohong.

"Ugh~ aku nggak punya tenaga berdebat denganmu, pergi sana" usirnya.

"Nak, lebih baik kau ikut pacarmu pulang. Kondisimu juga nggak baik-baik, pacarmu juga nanti sakit kalau kehujanan seperti itu" tegur nenek itu.

Mata Sejeong kembali berkaca-kaca, dia mencoba untuk tidak menangis lagi dan menuruti perkataan nenek itu. Hujanpun kian mereda, "bisa-bisanya aku menaiki motor yang tadi hampir menabrakku," cibir Sejeong menatap Jaehyun sinis.

*****

Attzing~

Sesekali terdengar suara bersin, baik di dalam dan di luar ruangan. Salah satunya sedang merangkak di balik tanaman bunga yang ada di taman depan gedung kelas sambil mencabuti beberapa rumput liar.

"Bagi Kim Doyeon, hukuman seperti ini mudah. Lagipula, aku tak perlu belajar" ujarnya.

"Sudah berapa kali aku bolos yah, apa Sejeong bisa naik kelas? Arrgghh~ Molla, kenapa aku harus khawatir padanya? Gara-gara dia, aku disini"

"Anu, itu Kim..." Doyoung dengan seragam basketnya menghampiri Sejeong namun dia ragu untuk memanggil namanya.

"Ini aku, Kim Doyeon" ujar Sejeong sembari menoleh sebentar padanya.

"Aku sudah bilang, kau tak perlu canggung padaku. Cih, sebelumnya kau juga tak akrab dengan Sejeong. Apa bedanya dia denganku" tegurnya.

"Kau bilang, Sejeong muncul sesekali. Aku takut bersikap sok akrab padanya," tutur Doyoung.

"Eung~ begini saja, bagaimana kalau kau memanggilku Kimkim? Jika aku menyahut, berarti itu Kim Doyeon!" Usulnya sembari duduk di atas rumput hijau taman itu.

Doyoung juga ikut duduk, "kau tak berniat mencari keluargamu? Atau mungkin tubuhmu, aku bisa membantumu" Tanya Doyoung.

"Jadi, dia benar-benar mengira roh aku dan Sejeong tertukar..."

"Tidak usah, kau tak mungkin menemukan tubuhku. Karena di dunia ini, tubuhku tak ada" jawab Sejeong.

"Hoksi, kau sudah meninggal dan penunggu di sekolah ini?" Doyoung semakin berimajinasi.

Sejeong tertawa kecil, "hahaha~ anggap saja seperti itu" menurutnya itu lebih baik daripada dia tahu bahwa dunianya ternyata sebuah fiksi novel.

"Doyoung'ssi, terimakasih karena kau percaya padaku." Tuturnya.

Suddenly, I Became a Antagonist (The End✓✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang