Hujan tiba-tiba turun begitu derasnya, Sejeong menatap keluar dinding kaca kedai itu. Dia malah teringat malam di mana dia terakhir berada di dunianya dan datang ke dunia ini.
Seorang pria turun dari mobil pick-upnya lalu melebarkan payung untuk membuka pintu mobil dan membantu seorang wanita tua turun. Terlihat samar, Sejeong tak bisa melihat wajah dari wanita tua itu.
"Sesange~ cuaca akhir-akhir ini susah di prediksi" oceh wanita tua itu.
Mata Sejeong melebar sembari berdiri dari duduknya, "ne...nenek!"
Naeun segera menghampiri neneknya itu dan membantunya berjalan ke arah Sejeong dan Doyoung.
"Oh? Siapa gadis cantik ini, nenek tak pernah melihat dia sebelumnya..." Sapa nenek itu sambil tersenyum pada Sejeong.
Hati Sejeong terenyuh dan terasa sakit, matanya berbinar-binar penuh kerinduan. "Nenek..." Gumamnya pelan.
"Dia teman sekelas ku nek," jawab Naeun datar.
"Oalah, teman Naeun toh. Cucu cantik, siapa namamu?" Tanya nenek Choi.
"Doy... Sejeong nek!" Jawab Sejeong segera menggosok matanya lalu membalas uluran tangan nenek Choi.
"Nah, karena semuanya sudah hadir, bagaimana kalau kita mulai tiup lilinnya?" Usul ibu Doyoung.
Acara ultah sederhana itu berjalan lancar, Sejeong masih bisa menahan dirinya dan tampak iri dengan kedekatan Naeun dan juga Neneknya itu. Sudah bisa di tebak, kalau nenek Naeun mirip dengan nenek Doyeon dari dunianya.
Semuanya terlihat mirip bahkan dari sikap dan tutur kata nenek Choi. Sejeong tak bisa melepas mimik harunya, dia sesekali tampak panik ketika mendengar suara batuk dari nenek Choi, namun Naeun selalu siaga.
Sejeong tak tahan lagi, dia lalu berdiri membuat semua orang menatapnya. "Su...sudah malam, aku harus pulang" ujar Sejeong.
"Ah, benar. Orangtuamu pasti khawatir," tutur nenek Choi.
"Aku akan mengantarmu," Doyoung juga beranjak dari tempatnya.
"Doyoung-ah, kau punya jaket? Berikan pada temanmu itu, di luar masih gerimis" suruh ayah Doyoung.
Doyoung segera berlari naik ke atap untuk mengambil jaketnya. Nenek Choi menyuruh Sejeong mendekat, dia mengenggam tangannya. Bahkan sentuhan itu tidak terasa asing bagi Sejeong, "Naeun dan nenek hanya memiliki satu sama lain. Nenek sangat bahagia jika Naeun memiliki teman-teman yang baik seperti Doyoung dan juga dirimu, nenek berharap kalian selalu akur, sehat dan bahagia agar nenek merasa tenang..."
"Nenek bicara apa sih? Seolah-olah akan meninggalkan Naeun, nenek jangan ngomong kek gitu" dumel Naeun yang tampak khawatir dan takut padahal ucapan nenek Choi hanya sebuah petuah.
Sejeong mengangguk, "nenek, apa boleh Saya memeluk nenek?" Pinta Sejeong.
Nenek Choi tersenyum dan mempersilahkan, Sejeong langsung memeluknya dengan erat menenggelamkan wajahnya di pundak wanita tua itu.
Melihat itu, Naeun sedikit tersentuh. Dia akhirnya mengerti kenapa dia tak bisa menang dari Sejeong dan kenapa Jaehyun serta Doyoung menyukai wanita itu.
Sepanjang perjalanan, Sejeong hanya diam. Doyoung juga tak berani mengajaknya mengobrol, dia sudah menyadari perubahan mood Sejeong sejak nenek Choi muncul tapi dia tak ingin bertanya dan malah membuat mood Sejeong tambah rusak.
Bahkan setelah mereka sampai, Sejeong tak kunjung turun hingga beberapa menit. Doyoung memberanikan diri, "Doyeon'ssi, kita sudah sampai" ujarnya.
"Uh? Eh, sudah sampai yah!" Sejeong tersadar dari lamunannya lalu turun dari sepeda Doyoung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suddenly, I Became a Antagonist (The End✓✓)
FanficRilis : Selasa, 01 maret 2022. Tamat : sabtu, 20 Mei 2022 Cerita ini merupakan sekuel dari "kisah untuk Jaehyun" yang diceritakan dalam cerita "Extraordinary you" namun memiliki alur yang berbeda dari kisah sebelah.