Lima hari kemudian.Selama lima hari ini, Jeffrey selalu menyempatkan diri untuk berbincang dengan Joanna yang setiap pulang kerja selalu datang ke rumahnya. Membantu acara tahlilan di rumahnya bersama ibunya dan Janu juga. Membuat Jeffrey merasa senang karena keluarga mereka semakin dekat setiap harinya.
"Jeff, kamu ke kota sebentar, ya? Dengan Joanna, Mama pesan kue untuk tujuh harian Papa. Tapi si pemilik toko tidak bisa mengantar. Nanti jemput, ya? Tunggu sampai selesai. Mama takut tidak jadi kalau tidak ditunggui."
Jeffrey mengangguk singkat, dalam hati dia bersorak senang karena bisa memiliki kesempatan untuk berduaan bersama Joanna lebih lama. Karena dia juga ingin memperjelas hubungan mereka pasca ciuman sebelumnya.
Iya, Jeffrey tahu jika Joanna dulu juga menyukainya. Namun wanita itu selalu denial karena dia juga disukai banyak pria di sekolah. Sehingga Jeffrey disisihkan karena tidak ingin dianggap mata duitan oleh teman-temannya karena lebih memilih Jeffrey si anak bos plastik di desanya.
7. 30 PM
Joanna baru saja pulang kerja dan langsung bersiap setelah ibunya mengatakan jika dia harus ikut Jeffrey ke kota. Membuatnya sedikit bingung ingin memakai apa. Sebab dia memang tidak memiliki pakaian yang bagus untuk dikenakan.
Sehingga pilihannya jatuh pada jeans biru tua milik Rosa yang sudah usang. Lalu kaos putih milik Janu yang diberikan padanya karena kekecilan. Rambut panjangnya juga mulai dikeringkan pada kipas angin yang sudah menyala kencang. Hingga kering sempurna dan diikat menyerupai ekor kuda. Menggunakan karet hitam yang didapat dari teman kerjanya.
"Lama, ya? Ayo berangkat sekarang!"
Jeffrey menggeleng pelan, lalu menatap Joanna dari atas hingga bawah. Tidak ada yang salah. Namun Joanna merasa risih sekarang.
"Aku tidak punya banyak baju kalau kamu lupa. Jangan marah karena aku tidak---"
"Siapa juga yang mau marah? Aku justru takjub karena kamu masih cantik meksipun hanya memakai baju biasa. Ayo! Nanti kemalaman!"
Wajah Joanna bersemu. Membuatnya langsung menepis tangan Jeffrey yang ingin menggandengnya pada saat itu. Karena di depan rumah masih ada banyak orang yang duduk. Termasuk Janu yang sejak tadi tersenyum menggoda dan sedikit bersiul.
Iya, orang-orang di sana sudah tahu jika Jeffrey dan Joanna saling suka bahkan sejak belia. Kedua orang tua mereka juga. Itu sebabnya Jessica selalu mendukung mereka dan Liana tidak pernah melarang Joanna meksipun sebenarnya sering mendengar ejekan orang-orang yang mengatainya mata duitan dan bla bla bla.
Anak saya cantik! Wajar kalau banyak yang suka! Iri, ya? Makanya tidak suka.
Itu yang selalu Liana katakan pada orang-orang yang menghina anaknya. Baik di desa maupun di pabrik tempatnya bekerja. Karena Joanna memang tidak neko-neko orangnya. Dia juga tidak pernah membalas hinaan orang yang ditujukan padanya. Membuat Liana sebagai ibu harus pasang badan membela anaknya.
9. 30 PM
Dua jam kemdian, Jeffrey dan Joanna tiba di kota. Namun kue pesanan Jessica belum selesai dibuat. Hanya separuh saya. Karena mengira jika kue ini akan dijemput besok siang sebelum acara.
"Katanya baru setengah, Ma. Bagaimana? Jeffrey pulang atau tetap menunggu di sana?"
Kalau pulang kasihan kamu haus balik lagi. Pulang pergi empat jam, belum lagi kamu mau balik juga besoknya. Tunggu saja, ya? Kamu cari penginapan di sana. Sebentar, Mama izin ke Liana. Mbak, ini kuenya belum matang, kalau saya minta mereka tunggu saja bagaimana? Kasihan kalau harus bolak balik lagi besoknya.
Iya, tidak apa-apa. Joanna juga libur kerja besok. Tunggu saja, delapan jam kalau dihabiskan di jalan saja, kasihan.
Tuh, dengar, kan? Asal jangan macam-macam. Mama percaya kamu bisa jaga anak gadis orang.
Goda Jessica pada anaknya. Membuat Jeffrey salah tingkah dan menatap Joanna yang sejak tadi sedang menikmati es poci yang dibeli di pinggir jalan.
"Mama minta kita menginap. Ibu kamu juga sudah mengizinkan. Bagaimana? Mau menginap di mana?"
"Terserah. Aku tidak tahu macam-macam tempat penginapan di kota."
Jawaban polos Joanna mmebuat Jeffrey terkekeh pelan. Lalu membawanya ke tempat penginapan termegah di sana. Membuat Joanna tidak berhenti mendongak ketika tiba. Menatap takjub bangunan megah tinggi menjulang di hadapannya.
"Malam ini kita menginap di sini? Serius?"
"Iya, tapi aku pesan satu kamar saja karena yang lain penuh."
Bohong Jeffrey pada Joanna. Karena saat ini mereka sedang berjalan menuju lift berada. Sembari bergandengan tangan karena sejak tadi banyak pria yang menatap penuh minat Joanna.
"Tidak apa-apa. Dulu kita juga sering mandi bersama."
Ucap Joanna tanpa rasa malu sama sekali. Karena dia menganggap jika berenang itu sama dengan mandi. Apalagi, dulu dia pernah melepas kaos di depan Jeffrey. Ketika dadanya masih rata dan tidak sebesar ini.
Jika ingat itu, Joanna malu sendiri. Karena dulu, dia memang kurus dan sering bermain layangan hanya memakai boxer Janu dan kaos dalam berwarna putih.
Cekelek...
Jeffrey baru saja keluar dari kamar mandi. Karena dia langsung mencuci wajah dan memakai baju ganti. Sebab dia meminta piyama agar baju mereka tidak lecek ketika dipakai lagi besok pagi.
"Di dalam sudah ada sikat gigi dan handuk bersih. Mandi saja, ada air hangat---"
"Aku memang sudah siap-siap mau mandi! Mana mungkin aku menyia-nyiakan kesempatan untuk mandi di tempat bagus ini!"
Jeffrey terkekeh pelan, lalu menaiki ranjang setelah memberikan setelan piayama panjang pada Joanna juga.
Beberapa menit kemudian Joanna kembali. Dengan wajah merah karena kepanasan di dalam tadi. Sebab dia telah beberapa kali salah memutar suhu air hingga membuat kulitnya masih terasa hangat saat ini.
"Dingin, ya? Mau kumatikan AC-nya?"
Joanna menggeleng pelan, lalu ikut menaiki ranjang. Merebahkan diri di samping Jeffrey yang sejak tadi menunggunya. Lalu merapatkan badan dan memeluknya dari samping sekarang.
"Kamu suka?"
Bisik Jeffrey pada Joanna, karena saat ini dia sedang mendekatkan wajah pada leher Joanan. Serta, melingkarkan satu tangan di depan dada si wanita yang masih memakai bra.
"Suka."
Joanna mulai memiringkan badan. Membuat tubuh mereka berhadapan. Kemudian saling membelit lidah setelahnya. Karena keduanya memang sama-sama saling suka meksipun belum saling mengungkapkan perasaan.
"Engh..."
Leguh Joanna ketika Jeffrey memasukkan salah satu tangan ke dalam baju piyama. Mengusap perutnya dan naik ke atas. Namun masih ragu menyentuhnya sebelum mendapat persetujuan oleh si wanita.
Hingga akhirnya kain di tubuh bagian atas mereka sama-sama terlepas. Namun tidak dengan celana panjang yang masih melekat di tubuh mereka. Karena mereka masih tahu batasan dan tidak mungkin melakukan itu sebelum menikah.
Ambil baiknya dan buang buruknya ya gengs! Aku tau kalian udh bisa menilai mana nilai positif negatif di cerita ini :)
Tbc...