Cie, gercep banget ngeramein. Padahal baru mau aku sakitin :)7. 30 AM
Joanna baru saja bangun tidur dan sudah mendapati Jeffrey di kamar. Membuatnya langsung bergegas mandi dan berganti pakaian yang semalam dikenakan. Karena tubuhnya terasa lengket semua pasca kegiatan semalam.
Tok... Tok...
Joanna langsung membuka pintu kamar mandi sedikit. Mengintip Jeffrey yang kini sudah berdiri di depan pintu kamar mandi.
"Ada apa? Aku baru masuk."
"Aku belikan panty liner. Underwearmu basah kemarin."
Tanpa banyak bicara, Joanna langsung menerima kresek putih yang Jeffrey beri. Lalu menutup pintu kamar mandi. Meninggalkan Jeffrey yang kini terkekeh geli. Karena mengingat kejadian panas kemarin.
Iya, mereka hampir kebablasan kemarin. Salahkan Jeffrey yang tiba-tiba bisa seberani ini. Ditambah, Joanna yang kini tidak insecure lagi. Sebab dia akan kuliah tahun ini. Karena dia sengaja gap year satu tahun untuk mencari biaya sendiri.
Setelah sama-sama mandi, Jeffrey membawa Joanna sarapan dan jalan-jalan ke mall terdekat yang baru buka. Dari jam sepuluh hingga jam sebelas siang. Karena mereka harus segera menjemput kue pesanan Jessica.
Selama perjalanan pulang, Joanna tidak berhenti menyunggingkan senyuman. Dia juga terus menatap tote bag yang kini sudah berada di kursi belakang. Sebab Jeffrey telah membelikan beberapa celana dan kemeja sebagai hadiah karena Joanna akan segera masuk kuliah.
Tidak lupa sepatu dan tas juga. Membuat Joanna senang bukan kepalang. Karena baru kali ini dia memakai barang-barang baru dan tidak berasal dari bekasan orang-orang.
"Nanti tinggal di mobil saja. Kumasukkan ke kamarmu di tengah malam bersama Janu juga kalau kamu takut dilihat tetangga."
Joanna mengangguk cepat, karena dia memang sudah memikirkan itu sebelumnya.
"Terima kasih. Nanti gantian aku yang membelikan---"
"Ya! Aku tunggu! Nanti belikan yang lebih banyak dari itu!"
Ucap Jeffrey dengan nada bercanda, karena dia memang tidak berniat meminta balasan apa-apa. Karena sudah sejak dulu dia ingin membelikan Joanna pakaian dan barang-barang yang lainnya. Namun tidak berani direalisasikan karena masih sungkan pada orang tua. Karena bagaimanapun juga dia masih belum bekerja dan masih memakai uang mereka.
Namun sekarang, Jeffrey sudah berani membelikan banyak barang karena selama di Amerika dia ikut banyak penelitian bersama professornya. Imbalan yang didapat juga selalu disimpan karena memang berniat digunakan bersama Joanna. Termasuk ketika menginap di hotel mewah yang semalam hampir memakan biaya 5 juta.
5. 30 PM
Setelah acara tujuh harian Sandi usai. Rumah Liana mendapat tamu tiba-tiba. Damar, si kepala desa yang sejak tadi ikut acara di rumah Jessica. Membuat Janu yang memang kesusahan berajalan langsung memasuki rumah Jessica guna mencari ibunya.
"Ada Pak Damar, ingin bertemu Ibu."
"Ada apa lagi? Joanna, kamu di sini saja. Ibu mau pulang sebentar."
Joanna mengangguk singkat. Saat ini dia sedang menggulung tikar. Bersama Jeffrey tentu saja. Karena mereka memang sudah resmi berpacaran dan tidak ingin berjauhan barang sedetik saja. Membuat Jessica penasaran dan berniat bertanya nanti malam.
Di rumah, Liana tampak beradu pendapat dengan Damar. Diintip oleh Janu yang masih berada di sana. Karena penasaran akan hal serius apa yang akan Damar bicarakan bersama ibunya.
"Tidak bisa! Tambak yang belum terjual itu akan kugunakan untuk menguliahkan Joanna bulan depan!"
Pekik Liana menggebu, karena selama ini dia memang memiliki aset lain yang disembunyikan dari Rosa, Joanna dan Janu. Tambak garam yang selama ini berniat digunakan untuk menyekolahkan si bungsu.
"Joanna, dia tidak bisa kuliah. Hasil penjualan tambak itu harus digunakan untuk membayar pengobatan Tama. Lagi pula. Ada hal yang jauh lebih penting sekarang. Tama, dia terancam lumpuh seumur hidupnya karena menyelamatkan Pak Rendy dari amuk massa empat tahun silam. Entah Rosa atau Joanna, salah satu dari mereka harus mau menikah dan merawatnya di masa depan."
Janu yang sejak tadi menguping di depan pintu, kini langsung maju dan berniat membantah Damar yang tampak ingin menghancurkan keluarganya saat itu.
"Pak Damar, apa hak anda untuk berbicara demikian? Kalau untuk biaya pengobatan Kak Tama, akan saya usahakan! Tapi tidak dengan menikahkan salah satu adik saya dengan dia! Saya jelas tidak akan setuju! Adik saya bukan barang yang bisa ditukar dengan apapun! Apalagi rasa balas budi di masa lalu!"
Ucapan Janu membuat Damar menghela nafas. Karena kehadirannya juga untuk menjadi penengah antara keluarga Rendy dan Tama. Sebab anak itu hidup sebatang tanpa keluarga. Hidupnya juga memprihatinkan setelah mengalami cidera pasca menyelamatkan Sandi yang terkena amuk massa di gedung kantor perpajakan. Kakinya patah dan membuatnya tidak bisa berjalan normal seperti Janu sekarang.
Bedanya Janu dan Tama, Janu masih memiliki keluarga yang bisa mengurusnya. Namun tidak dengan Tama yang harus hidup sendirian dengan rasa kesepian. Apalagi dia belum menikah dan terancam akan hidup melajang selamanya karena tidak ada wanita yang mau mendekati dirinya.
"Maaf kalau ucapan saya ada yang salah. Tetapi, kedatangan saya hanya ingin menjadi mediator diantara kalian. Karena sebagai kepala desa, saya harus bertanggungjawab akan kesejahteraan hidup kalian. Bukannya saya mau menggurui atau apa. Kecelakaan Janu satu tahun lalu, bisa saja terjadi karena karma di masa lalu. Sebab kalian belum membantu Tama yang telah berkorban untuk menyelamatkan Pak Sandi waktu itu. Meskipun Pak Sandi berakhir tidak selamat karena kehabisan oksigen saat itu."
Setelah berkata demikian, Damar langsung pamit pulang. Membuat Janu dan Liana diam cukup lama. Mencerna apa yang baru saja Damar katakan. Karena hati kecil mereka juga merasakan hal yang sama. Merasa apa yang sedang menimpa Janu adalah karma karena telah mengabaikan Tama yang menderita sendirian.
Belum saja Janu dan Liana saling membuka suara, tiba-tiba saja Joanna datang dengan nafas tersendat. Mengatakan jika Rosa baru saja mengalami kecelakaan ketika sedang mengikuti seminar di kampusnya. Jatuh dari tangga dan membuat tangan kanannya patah.
Kalian percaya kalo karma itu ada?
Kalo jadi Liana, keputusan apa yang bakalan kalian ambil sekarang?
Tbc...