Kalo mau aku cepet update, ramein tiap line kalimat, ya!!! Karena aku suka baca reaksi kalian :)
6. 10 PM
Jeffrey baru saja pulang kerja dan langsung mandi. Karena berniat mengunjungi rumah Joanna saat ini. Ingin membawa Tama berobat seperti apa yang telah dijanjikan kemarin.
Kalau memang Joanna tidak bisa membawa Tama ke kota tanpa dirinya hari ini.
Setelah mandi, Jeffrey langsung memakai kaos polo putih yang memperlihatkan bisepnya jika dia mengangkat tangan ataupun menggerakkan badan meskipun sedikit. Karena dia sengaja pamer badan agar Joanna jatuh hati padanya lagi. Ingin wanita itu tahu jika dirinya lebih gagah dari suaminya sendiri.
Jeffrey baru saja memakai celana kain warna coklat. Karena dia berniat memakai sendal dan jam tangan warna coklat juga. Lalu menyisir rambut ke belakang. Kemudian memakai parfum dari kaki hingga kepala.
"Mau ke mana?"
Tanya Jessica yang sedang menyiapkan makan malam. Membuat Jeffrey berhenti sejenak dan menatap masakan ibunya. Sebab dia berniat langsung berangkat tanpa makan malam. Supaya ada alasan untuk mengajak makan si teman wanita.
"Mau antar Tama berobat. Aku makan di jalan ya, Ma? Takut kemalaman."
"Jeffrey, bukannya Mama mau melarangmu melakukan hal baik. Tapi, akhir-akhir ini Mama dengar berita tidak baik tentang kamu dan Joanna. Mama---"
"Oh, pasti soal aku yang dikira menjadi selingkuhannya? Ma, tidak perlu takut. Aku dan Joanna tidak segila itu. Sebenarnya Joanna saja, sih. Kalau misalnya dia mau kupacari, sebenarnya aku juga mau menjadi selingkuhannya dengan senang hati."
"JEFFREY!!!"
"Bercanda, Ma. Aku dan Joanna tidak ada hubungan apa-apa. Kita hanya berteman. Lagi pula, sejak kapan Mama peduli omongan orang?"
Jessica diam cukup lama. Karena bingung ingin menjawab apa. Sebab dia memang jarang menanggapi gosipan tetangga. Namun jika sudah menyangkut anaknya, Ibu mana yang bisa tenang?
"Jeffrey berangkat ya, Ma? Nanti kumakan kalau pulang."
Jessica mengangguk singkat. Membiarkan si anak semata wayang menemui istri orang. Karena dia percaya jika Joanna tidak mungkin mengkhianati suaminya. Tidak tahu kalau anaknya. Karena Jessica tahu senakal apa anaknya. Apalagi jika menyangkut wanita yang disuka.
Karena dulu, Jeffrey pernah mogok makan ketika dilarang berteman terlalu dekat dengan Joanna. Bagaiamana tidak dilarang? Dulu Jeffrey sering memeluk Joanna tiba-tiba. Menggigit pipinya ketika awal mereka pindah. Membuat gadis kecil itu sering menangis ketika pulang. Sedangkan Jeffrey, dia dihajar oleh Janu dan Rosa karena telah menggoda adiknya hingga menangis sesenggukan.
Hingga akhirnya Sandi dan Jessica berniat menjauhkan mereka saja. Namun si anak justru merajuk dan mogok makan. Karena dia beralasan hanya iseng saja dan berjanji tidak akan mengulanginya.
Baru saja Jeffrey akan membuka pintu gerbang, tiba-tiba saja dia melihat Janu dan Liana yang sudah berjalan cepat mengikuti orang suruahan Damar. Mereka tampak menampilkan wajah marah. Entah karena apa. Membuat Jeffrey bergegas mengikuti dari belakang.
"HEH, LONTE! SUAMI KITA TIDAK AKAN MENGINTIP KALAU KAU TIDAK KEGATELAN!"
"PAKAI LAPOR PADA PAK DAMAR, BERHARAP APA? DIBELA? COBA LAPOR SUAMIMU YANG CACAT! PASTI DIA TIDAK AKAN BISA APA-APA!"
"KENAPA TIDAK SEKALIAN LAPOR SELINGKUHANMU JUGA?! AH, PASTI SUDAH PUTUS, YA! MANA MUNGKIN PAK JEFFREY BETAH DENGAN PEREK MURAHAN!"
Joanna sedang dijambak salah satu ibu-ibu di sana. Wajahnya juga sudah penuh memar dan cakaran. Karena sebelumnya, dia telah melabrak dan menyiram para pria yang mengintipnya dengan air comberan yang berada di belakang rumahnya.
Membuat istri mereka heboh tentu saja. Hingga berbondong-bondong menyerang Joanna. Namun para pria kurang ajar yang kini sudah bermandikan air got hanya tertawa senang. Apalagi setelah melihat kancing kemeja Joanna yang koyak dan memperlihatkan bra hitam yang dikenakan.
"BAJINGAN! APA YANG KALIAN LAKUAKAN PADA ANAKKU, HAH?!!"
Pekik Liana sembari menarik tangan yang masih menjambak rambut anaknya.
Janu juga sama, dia langsung melepas kemeja yang dikenakan dan ditutupkan pada tubuh adiknya. Membuat Jeffrey geram dan langsung merampas ponsel para pria yang sejak tadi diarahkan pada wanitanya. Membantingnya di aspal dan diinjak kencang-kencang. Lalu dilempar ke dalam selokan yang berada di depannya.
"AKAN KUPENJANRAKAN KALIAN SEMUA!!!"
Pekik Jeffrey menggebu. Kemudian menuntun Joanna menuju rumah saat itu. Karena dia enggan dibantu oleh Liana dan Janu.
6. 30 PM
Joanna masih diobati oleh Jeffrey. Saat ini mereka sedang duduk di ruang tamu. Sedangkan Liana dan Janu masih berada di luar guna mencari tahu akan apa yang sedang terjadi pada saat itu. Membuat mereka murka karena baru tahu jika Joanna dilecehkan seperti itu.
Liana menangis dan Janu berusaha meninju para pria tadi. Namun segera dihadang oleh Damar dan anak buahnya saat ini.
"Kita ke rumah sakit, ya? Ini pasti sekali. Ya Tuhan! Kenapa tidak bilang kalau tetanggamu jahat-jahat seperti ini!?"
Keluh Jeffrey sembari mengusap luka cakaran di pipi kanan dan kiri. Menggunakan kapas dan alkohol yang didapat dari istri Damar yang baru saja datang kemari.
Belum juga Joanna membuka suara, tiba-tiba saja Liana dan Janu datang. Mereka kompak menatap pintu kamar yang sudah terbuka. Di sana, ada Tama yang diam saja sembari menatap Joanna dengan tetapan terluka. Karena dia tidak bisa berbuat apa-apa ketika istrinya dijahati orang.
Liana berniat menyentuh Joanna. Namun tangannya segera ditepis kasar. Karena enggan disentuh oleh dirinya.
"Ini yang kalian mau, kan? Silahkan pergi! Pertunjukan hari ini telah usai! Silahkan datang kembali kalau ada yang mencelakaiku lagi!"
Ucap Joanna sembari berdiri dari kursi. Melempar kemeja Janu pada si pemilik. Kemudian menutupi dada dengan kedua tangan sendiri. Lalu berjalan menuju kamar dan dikunci dari dalam kali ini.
Membuat Jeffrey diliputi rasa cemburu lagi. Karena Tama bisa melihat tubuh indah wanita yang disukai. Seolah lupa jika status mereka adalah suami istri
Sedangkan Janu dan Liana, mereka hanya bisa menyesali akan apa yang telah terjadi. Karena harapan mereka yang ingin Joanna tumbuh menjadi wanita mandiri dan memiliki empati, justru menjadi boomerang bagi mereka sendiri.
Sebab Joanna memang berhasil menjadi wanita mandiri dan memiliki empati. Namun dia juga menjadi wanita malang yang hidup menyedihkan seperti ini. Memiliki suami lumpuh yang harus dimandikan setiap hari, diganti popoknya setiap beberapa jam sekali, mencari nafkah sendiri hingga menjadi korban pelecehan seperti ini.
Tbc...