3. Dilamar

201 28 0
                                    

"𝙳𝚒 𝚊𝚗𝚝𝚊𝚛𝚊 𝚙𝚎𝚗𝚍𝚘𝚜𝚊, 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚙𝚊𝚕𝚒𝚗𝚐 𝚋𝚞𝚛𝚞𝚔 𝚊𝚍𝚊𝚕𝚊𝚑 𝚍𝚒𝚊 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚖𝚎𝚕𝚞𝚊𝚗𝚐𝚔𝚊𝚗 𝚠𝚊𝚔𝚝𝚞𝚗𝚢𝚊 𝚞𝚗𝚝𝚞𝚔 𝚖𝚎𝚖𝚋𝚊𝚑𝚊𝚜 𝚔𝚎𝚜𝚊𝚕𝚊𝚑𝚊𝚗 𝚘𝚛𝚊𝚗𝚐 𝚕𝚊𝚒𝚗." 𝚄𝚜𝚝𝚖𝚊𝚗 𝚋𝚒𝚗 𝙰𝚏𝚏𝚊𝚗

•••

"Bismillahirrahmanirrahim. Kedatangan saya kesini adalah untuk melamar anak bapak dan ibu, saya ingin menjadikan anak bapak dan ibu istri dunia akhirat saya Insyaa Allah. Jika bapak ibu menyetujui kita bisa ta'aruf dulu untuk mengenal satu sama lain"

Nafisa menatap laki-laki didepannya, apakah ini yang dimaksud tamu penting kedua orangtuanya?

"Saya Ahmad Ali, sebagai orang tua kandung Nafisa menyetujui, dan menyerahkan seluruhnya kepada Nafisa, bagaimana Nafisa?"

Jantung Nafisa berdegup kencang, bibirnya terasa kelu untuk menjawab, Nafisa menatap bundanya yang dibalas anggukan kecil. Tanpa pikir panjang, Nafisa menjawab
"Saya menerima," ujar Nafisa, membuat semua orang mengucap hamdalah

"Asalkan tidak ada poligami di dalam rumah tangga" lanjut Nafisa

"Saya tidak akan berpoligami, dan insyaa Allah saya akan menjaga Nafisa dengan penuh tanggung jawab" ucap Faiz lantang, membuat Nafisa tersenyum kecil

Setelahnya adalah acara penyerahan hantaran yang dibawa oleh pihak laki-laki yang akan diserahkan kepada pihak perempuan. Setelah acara penyerahan hantaran, kedua keluarga membicarakan pernikahan antara Faiz dengan Nafisa yang insyaa Allah dilaksanakan satu minggu lagi.

"A’uzubillahiminassyaithanirrajim, Bismillahirrahmanirrahim.
Alhamdulillahirrobbil’alamin, wasshalatuwasshalamu’ala asrhofil anbiyai walmursalin wa’ala aalihi wa shohbihi rosulillahi ajema’in. Allahummaghfirli wa liwalidayya warhamhuma kama robbayanishogira. Allahumma ihdinasshirothalmustaqim sirothollazi naan’am ta’alaihim ghoiril maghdu bi’alaihim waladhollin, aamiin.." 

"Alhamdulillah acara telah selesai, semoga Allah memberikan kelancaran, aamiin."

"Aamiin, kalau begitu, kami izin pamit. Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh"

"Waalaikumussalam"

Ayah dan bunda mengantarkan Faiz dan kedua orangtuanya sampai halaman rumah, sedangkan Nafisa masih saja tak yakin dengan jawabannya.

"Aduh... Kenapa tadi aku nggak pikir panjang dulu?" Gumam Nafisa meggigit kuku jarinya

"Tadi siapa? Muhammad Faiz Gaffi? Apa dia laki-laki yang muncul di mimpiku?"

"Ya Allah, gimana ini. Nafisa belum sanggup nikah"

"Sayang, kamu kenapa?" Tanya bunda berjalan menghampiri Nafisa yang sedari tadi berjalan dengan menggigit kuku jarinya.

"Egh gapapa bun,"

"Gimana Faiz menurut kamu? Kamu setuju dengan dia?"

Nafisa tersenyum kecil "nggak gimana-gimana"

"Ya Allah Na. Kamu terima lamaran dia loh, maksud bunda, Faiz cocok nggak sama kamu?"

"Ya mungkin cocok-cocok aja kok bun"

"Awas aja kalau sampai bilang nggak cocok, pernikahan kalian satu minggu lagi"

"Kenapa cepat banget sih bun? Tadi juga bunda kenapa setuju-setuju aja dalam waktu satu minggu? Kan Nafisa belum siap bun"

"Loh kamu kenapa nggak usulin pendapat kamu?"

Nafisa menepuk dahinya pelan "Nafisa malu bun"

"Ya kalau begitu, siap tidak siap satu minggu lagi kamu harus siap, sudah di setujui"

Di Malam Asyura (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang