22. Surprise kecil untuk Faiz.

67 6 0
                                    


"Assalamu'alaikum, kamu kenapa baru angkat telpon aku?" Tanya Nafisa mencemaskan Faiz, sangat cemas.

"W-Waalaikumussalam, maaf, Fisa. Saya segera pulang."

"Ada apa? Suara kamu kenapa beda?" Tanya Nafisa khawatir

"Gapapa. Saya barusan tersedak." Bohong Faiz tak ingin Nafisa tau

"Hati-hati, dong. Yaudah, deh. Nanti sampai ketemu dirumah, cepetan pulang, ya."

"Iya, Assalamu'alaikum."

"Waalaikumussalam."

Faiz bergeming, ia tak ingin pulang dengan apa yang baru saja terjadi. Takut Nafisa tak dapat menerima semua ini, dan akhirnya Nafisa meninggalkannya. Tidak! Itu jangan sampai terjadi, sudah 23 tahun lamanya ia menunggu jodohnya. Dan sekarang, ia telah menemukan perempuan yang ia cintai setelah Umi. Perempuan yang mengisi hari-harinya dengan senyuman dan kasih sayang. Baru saja ia mendapatkan kebahagiaan dan untuk saat ini? Ia mendapatkan ujian dari Allah.

Perlahan air mata Faiz turun tanpa ia ingin. Faiz menatap sendu jalanan kota yang ramai, ia ingin rasanya segera pulang, menemui Nafisa dan memeluknya erat. Namun, bagaimana jika Nafisa sudah tau dan disaat ia pulang nanti Nafisa malah marah-marah kepadanya?

Berpikir cepat, Faiz akhirnya memutuskan untuk pulang sekarang, tak ingin Nafisa menunggu dirinya lama. Laju mobil dengan kecepatan sedang membelah jalanan kota. Satu setengah jam Faiz tiba di kompleks perumahan Bunda.

Dan saat ini Faiz telah tiba di rumah Bunda. Faiz menatap mobil ... Abi? Untuk apa ada Abi disini? Atau jangan-jangan ...

Faiz menghilangkan segala pikiran buruknya. Dengan langkah berat yang ia paksakan untuk masuk ke dalam rumah. Ia terlebih dahulu mengetuk pintu yang sedikit terbuka, tak lupa mengucapkan salam sebelum akhirnya masuk ke dalam rumah.

Faiz masuk ke dalam. Hening, itulah yang Faiz rasakan. Dimana semua orang? Terlihat mobil Abi nya, namun kenapa disini sepi?

"Nafisa? Bunda? A-abi?" Papar Faiz memanggil beberapa orang yang ia yakini berada di rumah.

"Nafisa?" Ulang Faiz lagi. Ia menajamkan matanya, bola matanya bergerak kesana-kemari mencari keberadaan seseorang. Dengan langkah pelan, Faiz menuju kamar Nafisa.

Namun, belum sempat Faiz mengecek kamar istrinya, Faiz dikagetkan dengan lampu yang hidup, padahal semulanya semua lampu mati, dan hanya lampu ruang makan yang hidup.

"Surprise!!" Pekik semua orang yang keluar dari tempat persembunyian masing-masing.

"H-hah? Apa yang ... surprise?" Beo Faiz bingung.

Nafisa berlari kecil mendekati Faiz, sampai di depan tubuh Faiz, Nafisa langsung memeluknya erat. Tubuh Faiz menegang, ia perlahan ikut membalas pelukan Nafisa.

"Untuk apa ada surprise?" Tanya Faiz berusaha mengendalikan nada bicaranya.

"Karena ..."

"Jangan bilang karena saya baru pulang?" Tebak Faiz

Nafisa menggeleng sebagai jawaban, "bukan, sayang. tapi ... Aku hamil!" Ungkap Nafisa. Setelah mengucapkan kata tersebut, senyum bahagia mengembang di bibir Nafisa.

"H-hamil?" Faiz dibuat cengo. Apa yang baru saja ia dengar? Apa ia tidak salah dengar?

"Ini beneran?" Faiz menatap perut datar Nafisa, kemudian beralih menatap wajah sumringah istirnya.

Nafisa mengganguk cepat, "iyaa! Tanya Bunda kalau kamu nggak percaya."

Faiz menoleh ke arah Bunda Alma, yang dibalas anggukan kecil oleh Bunda. Tak lama, Faiz ikut menyunggingkan senyum. "Anak kita ..." Faiz berjongkok, kepalanya berada pada perut Nafisa. Ia membisikkan sesuatu disana.

Di Malam Asyura (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang