11. Kirana Aulia Savitri

131 19 0
                                    

⟿ ᴅᴏᴀ ʏᴀɴɢ ᴘᴀʟɪɴɢ ᴄᴇᴘᴀᴛ ᴅɪᴋᴀʙᴜʟᴋᴀɴ ᴀᴅᴀʟᴀʜ ᴅᴏᴀ ꜱᴇᴄᴀʀᴀ ꜱᴇᴍʙᴜɴʏɪ-ʙᴜɴʏɪ ʏᴀɴɢ ᴅɪᴘᴀɴᴊᴀᴛᴋᴀɴ ᴜɴᴛᴜᴋ ᴏʀᴀɴɢ ʟᴀɪɴ .
꒰ ɪʙɴᴜ ᴛᴀɪᴍɪʏʏᴀʜ ꒱

•••

"Innalilahi" Nafisa menutup mulutnya kaget mendengar penuturan Naura diseberang telepon

"Na, mau layat sekarang?"

"Ya boleh, nanti aku sama mas Faiz"

"Aku duluan, ya?"

"Oke, assalamu'alaikum"

"Waalaikumussalam"

"Kenapa?" Tanya Faiz menaikkan sebelah alisnya

"Azizah, istrinya Fauzan, meninggal. Sekarang sibuk?"

"Nggak, mau saya antar melayat?"

"Boleh? Ayo"

•••

Nafisa menatap jendela luar mobil yang terkena percikan air hujan. Selesai melayat dari tempat Fauzan, Faiz memutuskan untuk mampir sebentar ke rumah umi karena sejalan.

"Kasihan ya, baru nikah sudah ditinggal pergi. Umur nggak ada yang tau" ucap Faiz memecah keheningan, Nafisa menoleh menatap Faiz yang sibuk menyupir mobil

"Ya, aku nggak tau gimana kalau aku diposisi Fauzan" gumam Nafisa

Tangan kiri Faiz bergerak menyentuh tangan kanan Nafisa, Faiz mengangkatnya lembut, dan mengecup punggung tangan Nafisa cukup lama.

"Saya akan selalu ada untuk kamu. Namun, jika memang maut memisahkan, kamu tetap istri terbaik yang saya miliki, saya beruntung memiliki kamu"

Nafisa terenyuh mendengar penuturan Faiz, yang tanpa sadar mengeluarkan air mata.

"Kenapa nangis? Queen nya Faiz nggak boleh sedih" Faiz mengusap lembut pipi Nafisa yang terdapat air matanya.

"Jangan nangis, ya? Saya merasa bersalah jika kamu seperti ini"

Faiz masih saja mengusap pipi Nafisa lembut, membuat Nafisa merasa nyaman dengan posisi saat ini, bahkan saat ini Nafisa menggenggam pergelangan tangan kiri Faiz

"Kamu ngga salah, aku terharu ... Aku bisa dapat suami seperti kamu yang pengertian. Jangan tinggalin aku sampai kapanpun, kecuali maut yang memisahkan" mohon Nafisa tersenyum kecil

"Pasti Fisa, saya nggak akan meninggalkan kamu. Kamu kan Queen nya saya"

Nafisa dan Faiz terkekeh bersama.

•••

"Ayo" ajak Faiz menyodorkan tangannya, Nafisa menerima uluran tangan tersebut. Tanpa berlama-lama, Faiz segera menggandeng tangan Nafisa erat seakan tak ingin melepaskannya.

"Assalamu'alaikum"

"Waalaikumussalam"

"Eh Faiz Nafisa. Ayo sini duduk" ajak umi

"Ini ada Kirana. Nih Faiz nya, tadi Kirana cari kamu" ucap umi mencolek lengan Faiz

"Assalamu'alaikum mas Faiz" sapa Kirana dengan senyum ramahnya menatap Faiz lekat, sedangkan Nafisa menatap aneh ke arah Kirana.

"Waalaikumussalam"

"Kabarnya gimana, mas?" Tanya Kirana lupa dengan seluruh orang yang berada di ruangan

"Alhamdulillah seperti yang kamu lihat"

"Umi buatkan minum, ya?"

"Eh nggak perlu repot-repot, Umi. Nafisa bisa kok" cegah Nafisa

"Ah ya, kalau begitu nanti kalau haus ambil minum ya"

"Siap umi"

"Ini siapa?" Tanya Kirana menunjuk Nafisa dengan jari telunjuknya

"Istri saya" cetus Faiz memeluk pinggang Nafisa

Kirana tersenyum kecut "sudah punya istri, ya?"

Faiz mengganguk

"Kalian dari mana? Tumben mampir"

"Iya umi, barusan layat"

"Innalilahi, siapa yang meninggal?"

"Istrinya teman Nafisa"

"Ya Allah. Oh sama Naura juga ya tadi?"

"Iya. Sekarang Naura-nya dimana Umi?" Tanya Nafisa yang sedari tadi tak melihat Naura

"Dikamarnya"

"Mumpung sudah hampir waktu makan malam, umi masak dulu ya" pamit umi berdiri dari duduknya

"Nafisa bantu, Umi"

"Ya boleh"

"Kirana bantu juga, ya, Umi"

"Boleh, ayo.... Umi duluan" kata Nabila berjalan dahulu menuju dapur

"Sayang aku masak dulu, ya?" Bisik Nafisa

"Masak yang enak ya, Seperti biasa, jangan buat umi kecewa" ucap Faiz diakhiri kekehan sembari mencolek hidung Nafisa

"Hehe siap!"

Kirana memutar bola matanya malas menatap Faiz dan Nafisa yang bucin akut tersebut. Dengan malas, ia melangkahkan kakinya meninggalkan keduanya yang tengah bergurau.

•••

"Nafisa tolong dong ambilkan bawang putih" titah Kirana, Nafisa tanpa menolak segera mengambilkan

"Ini, sama ambilkan piring, butuh nih" ucap Kirana setelah mendapat bawang putih.

Saat ini, umi sedang berada dikamarnya, karena Nafisa menyuruh umi agar tidak memasak karena takut umi lelah. Dan alhasil ia saat ini memasak bersama Kirana.

"Inget sama gue?" Tanya Kirana

Nafisa melonjak kaget, "siapa?" Tanya-nya

"Ck gue, Kirana Aulia Savitri. Temen sd, smp lo"

Tanpa sengaja, sendok yang dipegang oleh Nafisa jatuh dengan sendirinya. "K-Kirana?" Gumam Nafisa

"Yeah gue. Lo ga pernah puas ya dengan semuanya? Dulu lo rebut semua perhatian orang-orang, lo jadi juara, lo selalu dapat peringkat pertama, intinya lo ngalahin gue segala hal. Dan sekarang? Lo rebut laki-laki yang gue cintai!" Pekik Kirana

"Laki-laki yang kamu cintai? Suamiku?"

"Bego! Tau kenapa tanya? Sekarang gue bukan Kirana yang dulu, gue akan rebut semua dari lo. Tunggu pembalasan gue" ancam Kirana menatap tajam Nafisa

"Dan kalau sampai lo ceritain ini semua ke mas Faiz ataupun umi Nabila. Siap-siap aja, gue akan beri kejutan yang nggak lo duga selama ini"

"Buat apa kamu ingin merebut suami saya? Banyak laki-laki di dunia ini, bukan hanya suami saya. Tolong jangan ganggu hubungan saya"

Kirana berdecih "hak gue dong. Dan kalau suami lo terpikat sama gue, siap-siap aja, kita berbagi suami, dan kalau itu terjadi, gue akan buat mas Faiz lebih perhatian ke gue dibanding lo, sampai mas Faiz bosen sama lo dan ceraiin lo"

"Mending kamu tidur. Bermimpilah jika ingin menjadi istri kedua, suami saya tidak seperti itu."

"Lihat besok, lo akan mohon dan sujud di kaki gue"

"Saya nggak takut"

•••
TBC...

Instagram: qns_khaa

⭐💬



Di Malam Asyura (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang