18. Kirana?

78 12 0
                                    

кιтα вυкαη ѕαтυ-ѕαтυηуα мαηυѕια уαηg мємιℓιкι вαηуαк мαѕαℓαн, ¢σвα тєяѕєηуυмℓαн, кαяєηα ѕєηуυм мαмρυ мємвαѕυн ѕєтιαρ ℓυкα, мααƒкαηℓαн, кαяєηα мααƒ мαмρυ мєηуємвυнкαη ѕємυα яαѕα, ∂αη вєяѕуυкυяℓαн ∂єηgαη αρα уαηg кιтα ρυηуα ѕєкαяαηg...

•••

Sudah dua minggu berlalu, Nafisa sudah dapat menerima kepergian Ayahnya sejak satu minggu yang lalu. Dan saat ini, Nafisa tengah melanjutkan menulis salah satu naskahnya yang belum ia selesaikan.

Faiz hari ini tidak ada pekerjaan, dan siang nya ia berencana mengajak Nafisa untuk pergi jalan-jalan. Faiz membuatkan susu untuk Nafisa, ia menghampiri Nafisa yang tengah sibuk memijat pelipisnya.

"Hai, sayang." sapa Faiz tersenyum kecil

Nafisa menoleh, tersenyum menatap Faiz "jugaa, ada apa?"

"Aku ada susu buat kamu. Diminum, ya." Celetuk Faiz dengan meletakkan segelas susu di meja, tepat di samping laptop Nafisa.

"Makasih, tau aja mau susu, hehehe."

"Nanti siang jalan-jalan, ya?"

"Boleh, deh. Mau dong, butuh hiburan" balas Nafisa menutup laptopnya.

Faiz mengelus puncak kepala Nafisa gemas "kan ada saya, minta hiburan ke saya saja." Usul Faiz.

"Kalau ke kamu bukan hiburan, tapi lebih ke ngebaperin aku" cetus Nafisa yang benar adanya.

Faiz terkekeh pelan
"Tapi kamu suka, kan?"

"Ya suka, tapi kan ... malu" lirih Nafisa

"Malu kenapa, hm? Saya suami kamu, dan buat apa malu?"

Nafisa menutup mukanya mengenakan bantal di sofa itu. Ia membalikkan badan memunggungi Faiz. Sedangkan Faiz terkekeh geli melihat itu.

"Sudah, sudah. Saya tidak ingin mengganggu istri saya, kasian sibuk. Saya ke kamar Baby dulu, ya." pamit Faiz, padahal awalnya hanya ingin memberikan susu dan mengatakan agar nanti siang jalan-jalan, refreshing.

"Tadi udah aku kasih makan, ya, Baby nya!" Teriak Nafisa melihat Faiz sudah menaiki tangga

"Iya, Sayang."

•••

"Oh baik, terimakasih informasinya. Assalamu'alaikum"
Faiz mematikan panggilan teleponnya. Ia melirik Nafisa yang masih bersiap di dalam kamar.

"Dari siapa?" Tanya Nafisa tak mengalihkan pandangannya dari kaca. Saat ini ia tengah merapikan hijabnya.

"Ini, dari orang yang mengurus kecelakaan ayah" jawab Faiz

Faiz masuk ke dalam kamar, berdiri di belakang Nafisa. "Terimakasih, kamu dan bunda memaafkan orang yang tidak sengaja menabrak ayah. Sungguh, saya bangga dengan kamu" ujar Faiz mengelus halus punggung tangan Nafisa

Nafisa tersenyum kecil "ya ... Kewajiban bagi seorang muslim, bukan?" Kata Nafisa dengan membalikkan tubuhnya, hingga keduanya saat ini tengah berhadapan.

Faiz menangkup pipi Nafisa "terimakasih, Queen-nya Faiz." Cetus Faiz. Takk lupa senyuman manis yang ia berikan.

Nafisa mengganguk "yaudah, ayo pergi."

•••

"Ini karya ku, tau." ujar Nafisa menunjuk novel karya miliknya yang saat ini terpajang di rak Gramedia

"Saya tau."

"Kamu pernah baca?" Tanya Nafisa

"Pernah. Karya istri sendiri, harus baca. Saya suka ceritanya" opini Faiz.

Di Malam Asyura (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang