ꪱbnυ jαυzꪱ rαhꪱmαhυllαh mᧉngαtαkαn" sαlαh sαtυ cαrα yαng sαngαt ᧉfᧉktꪱf υntυk mᧉng𐐫bαtꪱ kᧉmαlαsαn αdαlαh dᧉngαn mᧉlꪱhαt ( mᧉngαmαtꪱ ) jαlαnnyα 𐐫rαng ᯇ 𐐫rαng yαng rαjꪱn ( bᧉrsυnggυh ᯇ sυnggυh ). "
↬ αth thꪱb αr -rυhαnꪱ 52
Di perjalanan pulang dari rumah sakit, umi meminta agar Faiz mampir sebentar di supermarket, karena umi ada barang yang ingin dibeli. Faiz menuruti ucapan umi, di supermarket, umi dan Naura berbelanja. Sedangkan Nafisa dan Faiz menunggu di mobil setelah membeli ice cream dari supermarket tersebut, tak lupa coklat agar Nafisa melupakan kesedihannya.
20 menit lamanya, umi dan Naura telah kembali ke mobil. Mereka melanjutkan perjalanan pulang.
"Itu Kirana?" Tanya Naura menunjuk seorang perempuan yang tengah berdiri di pinggir jalan, dengan seorang laki-laki.
"Loh? Kirana?" Umi membelalakkan matanya kaget
"Itu Kirana bukan ya, Na?"
Nafisa mengganguk "mungkin iya"
"Kok? Bukannya dia?" Naura kaget, menatap perempuan dengan pakaian minim.
Umi mengelus dadanya "sudah, jangan dibahas lagi. Takut nya ghibah"
Nafisa dan Naura mengganguk bersamaan.
•••
"Kamu kenapa sekarang sakit gini? Saya takut kamu kenapa-kenapa, periksa saja, ya?" Tawar Faiz mengecek berkali-kali keadaan Nafisa, sorot matanya tampak sangat khawatir.
"Nggak ... aku tuh nggak apa-apa. Cuma cape aja"
"Beneran? Saya sebentar lagi ada tugas diluar kota. Saya takut kalau kamu ikut, nanti kamu kenapa-kenapa."
"Ikut ih!" Balas Nafisa dengan mengusap hidungnya, tak lama Nafisa bersin.
"Tuh kan, jangan ikut aja, ya? Kamu di rumah bunda saja. Saya takut kalau kamu disini terjadi apa-apa. Saya diluar kota mungkin dua hari, tapi saya usahakan hanya satu hari."
"Tapi ..." Nafisa hendak protes. Namun tak jadi setelah mendapat tatapan tegas dari Faiz.
"Ikuti perkataan saya, ya? Saya hanya ingin kebaikan untuk kamu"
Nafisa mengganguk "iya deh ..." Jawabannya lesu
•••
Pagi hari, kondisi tubuh Nafisa makin memburuk, demam Nafisa bertambah tinggi. Faiz dengan telaten merawat Nafisa.
Drtt...
"Ya, waalaikumussalam. Ada apa?"
"Apa? Acaranya dimajukan?"
"Oh baiklah. Terimakasih informasinya,"
"Ya. Waalaikumussalam"
"Kenapa?" Tanya Nafisa
"Besok saya pergi keluar kota, mungkin pagi-pagi. Kamu sekarang saya antar ke rumah bunda, ya?"
Nafisa mengganguk. Toh kalau ia ikut Faiz keluar kota, bukan mengurangi pekerjaan Faiz, namun menambah pekerjaan suaminya itu.
"Saya nggak lama. Nggak sampai 3 hari, insyaa Allah"
Nafisa mengganguk "kabarin aku terus, ya"
"Pasti. Ya sudah, kamu mau membawa baju apa di rumah bunda?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Malam Asyura (Hiatus)
Teen Fiction"ℑ𝔨𝔞𝔱𝔩𝔞𝔥 𝔦𝔩𝔪𝔲 𝔡𝔢𝔫𝔤𝔞𝔫 𝔪𝔢𝔫𝔲𝔩𝔦𝔰." - 𝔄𝔩𝔦 𝔟𝔦𝔫 𝔄𝔟𝔦 𝔗𝔥𝔞𝔩𝔦𝔟 [FOLLOW SEBELUM MEMBACA!] [VOTE BIAR RAJIN UP] ••• "𝕁𝕠𝕕𝕠𝕙 𝕒𝕕𝕒𝕝𝕒𝕙 𝕔𝕖𝕣𝕞𝕚𝕟𝕒𝕟 𝕕𝕚𝕣𝕚 𝕤𝕖𝕟𝕕𝕚𝕣𝕚." Salsabilla Auryn Nafisa percaya akan...