7. REVIVE

1.8K 115 34
                                    













Lelaki yang berusia 28 tahun itu mengemas barang-barang miliknya ke dalam tas ransel besar. Sesekali ia juga memeriksa handphone flip hitamnya untuk mengecek sebuah pesan. Ia menghela nafas kecewa karena yang diharapkannya tidak menjadi kenyataan. Ia hanya tersenyum maklum menunjukkan tidak apa-apa.

Setelah segala urusannya selesai, ia segera mengunci pintu loker dan berjalan menuju pintu. Di luar ruangan tersebut ia sempat bertegur sapa dengan orang yang kebetulan juga sudah menggendong tas ransel yang sama besarnya dengan si lelaki berambut mullet tersebut. Tidak hanya satu, ada dua orang lagi yang bertegur sapa dengannya.

Lelaki itu keluar dari bangunan bernama "Bangtan Cafe". Rupanya ia bekerja di tempat itu sebagai pramusaji. Pukul 10 malam ini adalah waktunya kafe tutup. Lokasinya tidak jauh dari keramaian kota, bahkan di samping dan seberangnya juga ada banyak toko yang juga sudah tutup.

Tak berapa lama sebuah mobil metalic hitam menghampiri lelaki itu. Kaca mobil diturunkan, kepala bersurai hitam ikal itu menyembul lewat jendela mobil.

"Tadi aku ada urusan sebentar, maaf ya..." katanya minta maaf, merekah senyum.

Lelaki itu membalasnya dengan senyuman pula. "Tidak usah minta maaf, aku tahu kau selalu sibuk."

"Ayo pulang, sudah malam."

Lelaki itu mengangguk dan masuk ke dalam mobil. Benda besi itu kemudian melaju meninggalkan Bangtan Cafe yang sudah diberi papan "CLOSED".

Di dalam mobil, lelaki itu melihat ada banyak kantong kertas, paperbag dan plastik hitam di belakang jok mobil. Barang sebanyak itu jelas membuat ia penasaran. Sebab, orang yang sedang menjalankan mobil ini bukan tipikal orang yang suka berbelanja. Ia memutuskan untuk menanyakannya meskipun orang yang dimaksud sedang fokus menyetir.

"Taehyung, barang-barang itu apa?" tanyanya polos.

Taehyung, pria yang sedang menyetir itu menoleh sebentar lalu tersenyum ceria. "Oh, itu adalah belanjaan bulanan untukmu Seokjin-hyung."

Seokjin, lelaki berambut mullet itu mengerutkan alisnya. "Bulanan? Ini kan masih pertengahan bulan. Belanjaan yang kau belikan awal bulan juga masih banyak."

"Kali ini berbeda. Aku membelikanmu pakaian. Akan ada acara besar di rumah Tuan Choi dua minggu lagi, dan aku ingin kau menghadiri acara itu."

"Begitu ya. Lalu barang yang lainnya apalagi? Tidak mungkin kan itu semuanya barang yang kau beli."

Taehyung menoleh lagi ke Seokjin. Mata coklat madunya meneleng ke arah kaca spion atas. Memperhatikan satu-persatu dari barang-barang yang masih tersegel tersebut. Siapapun yang jeli, pasti akan melihat jika warna mata Taehyung tiba-tiba berubah gelap dan tajam. Kedua ujung mata menyipit, seperti seseorang yang menangkap basah musuhnya dan hendak dieksekusi.

"Tiga paperbag itu milikku. Aku sekalian membelinya karena aku membutuhkannya." jawab Taehyung sempurna. Seokjin tak melihat perubahan di wajah Taehyung.

"Aku ingin melihatnya,"

Kedua klorofil mata Taehyung mengecil. Ia kaget karena Seokjin ingin melihat barang miliknya. Sebelum Seokjin berhasil menjangkau paperbag milik Taehyung, pria yang lebih muda itu sudah lebih dulu berseru menghalangi aksi Seokjin.

"Kau sentuh benda itu, kau akan mati!"

Seokjin terdiam. "Taehyung..."

"Itu senjata api keluaran terbaru yang kubeli dari rekanku di dermaga malam ini. Aku membelinya tiga buah beserta pelurunya. Satu diantaranya milik Tuan Choi, jika tahu senjatanya ada yang menyentuh sebelum beliau sentuh, orang itu akan mati. Tak terkecuali anaknya sendiri."

AS [Taegyu] (🔞) ➕❌➕Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang