:: Save Him ::
::
::
::KEPUTUSAN telah digenggam. Apa pun yang akan terjadi tak akan pernah genggaman itu teruraikan. Karena sekali Luna telah bertekad, maka ia tak akan melepaskannya begitu saja sampai hasil akhir ia dapatkan. Entah itu buruk ataupun baik, Luna tak akan mempermasalahkannya, yang terpenting ia sudah pernah mencoba.
Tok! Tok!
Sekitar pukul setengah enam pagi, pintu nomor 306 asrama Eneng diketuk dengan irama konstan sampai terusiklah sang penghuni dan berteriak membalas ketukan pintu.
"Iya, siapa sih pagi-pagi buta malah bertamu. Ganggu aja, orang masih enak tidur juga!"
Suara dumelan itu terdengar sampai di balik pintu, membuat penamu merasa sedikit tak enak hati karena telah mengganggu kepulasan tidur si penghuni. Tetapi, ini sudah bukan pagi buta ngomong-ngomong, jam segini 'kan sudah waktunya para siswa ribut mengantri di kamar mandi masing-masing.
Ah, iya, Luna lupa. Kamar ini kan, hanya berisi dua siswi, bukan lagi tiga sehingga waktu mandi si penghuni mungkin tak akan seantri kamar-kamar yang lain.
"Ada apa sih? Pagi-pagi ganggu aja!" dumelnya seraya membuka pintu dan memperlihatkan tampilan khas seorang gadis yang baru saja bangun tidur.
Piama yang lecek, rambut yang lebih buruk dari sarang burung, mata bengkak dan mulut yang menguap lebar disertai garis-garis putih yang memanjang dari sudut bibir hingga dagunya.
"Anya!" panggil Luna menyadarkan si pemilik kamar yang sepertinya masih belum sepenuhnya sadar.
Gadis di hadapan Luna itu segera mengucek matanya dan berkedip cepat saat menilik kembali presensi siswi berseragam sekolah Skydream yang berambut pendek di atas bahu itu.
"Luna?"
Luna bingung harus bagaimana. Alhasil ia mengangkat tangan dan menggoyangkannya beberapa kali sembari tersenyum kikuk lalu,
"Hai!"
Brak!
Luna berjengkit. Refleks ia mundur beberapa langkah saat pintu kamar nomor 306 itu tiba-tiba ditutup tanpa aba-aba, menghilangkan sosok Anya."Anya! Anya! Aku mau bicara sama kamu! Anya!"
Luna mencoba mendorong gagang pintu, tetapi gagal. Pintu dikunci dari dalam.
"Anya tolong buka pintunya! Aku ingin meluruskan semua kesalahpahaman kita waktu itu! Anya!"
Luna berharap Anya mau kembali membuka kunci pintu itu dan bersedia bertatap muka dengannya.
"Anya---"
"Iya bentar! Gue cuci muka dulu elah! Makanya Lun, kalau mau datang bilang-bilang dulu kek, biar gue bisa siap-siap, nggak kayak gini. Gue kan malu. Lo cantik, gue buluk. Kek Beauty and the beast ntar!" cerocos Anya dengan gumaman keras yang beberapa katanya terdengar tidak jelas. Mungkin karena ia sedang mencuci mukanya di kamar mandi.
"Nya! Maneh berisik pisan. Nggak usah teriak-teriak atuh! Kenapa sih?!"
Luna bisa mendengar suara serak Vania yang menyahut dari dalam.
"Vania!" panggil Luna. "bukain pintunya dong! Ini aku Luna," seru Luna dari luar.
"Loh, Luna?"
"Jangan dibukain, Van! Diem di kasur atau gue timpuk pake gayung, nih!" ancam Anya, jelas sekali di telinga Luna.
"Tapi Anya---"
"Gerak dikit gue siram air seember lo!"
Luna terkikik geli di balik pintu kamar 306. Ini benar-benar di luar dugaannya. Luna kira keputusannya menemui Anya pagi ini akan menciptakan melo drama. Di mana akan ada aksi kejar-mengejar dan tangis juga umpatan kemarahan mengisi percobaannya meluruskan kesalahpahaman yang terjadi. Namun ternyata, di luar ekspektasi. Drama macam apa yang kini Luna hadapi?
![](https://img.wattpad.com/cover/299575528-288-k660438.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
SKYDREAM 2012 [✔]
Teen Fiction"Hai Nona Dora!!" sapanya. *** Tentang Anka yang berjuang mewujudkan mimpi demi menyembuhkan adik tersayangnya, Apin. Tentang Luna yang ingin menemani langkah Anka bersama teman-temannya. Tentang Gio, Anya, Vania dan mereka penghuni Skydream. Semua...