÷5. One Vs Two

39 9 12
                                    

:: One Vs Two ::

🚫 Peringatan! Terdapat unsur kekerasan pada bagian ini, mohon bijak dalam membaca!! 🚫

::
::
::

"BAGAIMANA kalau ternyata Anka adalah seorang pembunuh, lo masih mau menganggapnya teman?"

Luna menarik napas panjang dan mengembuskannya perlahan. Ia mencoba tenang dan kembali fokus mengerjakan tugas sekolahnya. Namun, tetap saja, kejadian sore di taman WUP tadi terus mengacaukan konsentrasinya.

Jam dinding sudah menunjukkan pukul sembilan lebih empat puluh menit. Kedua temannya juga sudah terlelap usai menyelesaikan tugas sekolah mereka masing-masing. Tersisa Luna yang masih betah terjaga, duduk di kursi dengan lampu belajar yang menyala dan buku-buku pelajaran yang sama sekali tidak berganti halaman.

"Lun!"

"Ayam-eh-ayam!" Luna mendadak latah akibat terkejut oleh suara serak Anya di belakang.

"Anya! Bikin kaget, aja!" protes Luna sambil mengusap dada.

Tak ada rasa bersalah yang ditunjukkan Anya. Gadis yang mengenakan piama hijau muda bermotif kartun winnie the pooh itu menarik kursi kosong di kolong meja belajar. Ia duduk, menatap Luna dengan kedua tangan yang menopang dagu. Bibir Anya mengerucut, entah ada apa dengan gadis muka bantal ini.

"Kenapa?" Anya buka suara.

"Kenapa? Kenapa apanya?" Luna balik bertanya dengan raut menyembunyikan kegusaran.

"Lo kenapa?" ulang Anya memperjelas maksudnya.

"A-aku? Aku lagi belajar, Nya. Nih, kamu lihat sendiri PR-ku belum selesai dari tadi. Susah tahu!" kata Luna menunjukkan deretan soal yang ada di buku paketnya.

Anya melirik malas soal-soal di buku Luna. "Mau nyalin jawaban gue?" tanya Anya.

Luna terkekeh tanpa suara. "Heih! Nggaklah. Aku harus ngerjain sendiri. Nyontek itu dosa tahu, lagi pula otakku ini harus diasah terus biar nggak tumpul dan materi yang dipelajari tadi bisa berguna!" Luna menunjuk kepalanya.

Anya menganguk malas. Ia biarkan Luna kembali mengerjakan soal-soalnya.

"Kamu kenapa bangun jam segini?" tanya Luna tetap fokus menyusun rumus-rumus phytagoras di buku tulisnya.

"Mikirin lo."

"Hah?"

Luna melotot pada Anya dan yang dipelototi sama sekali tidak merubah ekspresi, tetap cemberut dengan mata menyipit yang menahan bosan.

"Lo kenapa sih, Lun? Sejak sore tadi ngelamun mulu. PR cuma segitu nggak selesai-selesai, biasanya paling cepet. Aneh! Hari ini lo kaya bukan Luna tahu! Lo ada masalah?"

Luna diam.

"Kalau ada masalah, cerita dong, Lun! Siapa tahu, gue sama Vania bisa bantu."

Luna mendesah. Dia bimbang, antara mau bercerita atau tidak dengan Anya. Namun, kalau dipikir-pikir, Luna juga tidak betah menahan keresahan dan penasarannya sendiri. Dia butuh perspektif orang lain terkait masalahnya ini. Mungkin tidak ada salahnya, kalau Luna bertanya tentang Anka kepada Anya.

"Nya, menurut kamu Anka itu gimana sih?"

Anya berkedip beberapa kali sebelum akhirnya ekspresi wajahnya berubah lebih hidup dan nyaman dilihat. Senyum jail pun ikut membersamai perubahan wajah Anya.

"Jangan mikir macam-macam. Aku cuma mau tahu aja, bagaimana pendapat kamu soal Anka."

"Ouhh!!" Anya merapatkan bibirnya, menahan senyum. "Kalau menurut gue, dia lumayan ganteng, ya, nggak seganteng Kak Gio pastinya. Cupu, aneh dan rada-rada koplak gitu."

SKYDREAM 2012 [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang