÷13. Dew : Sweet Môrn

22 7 1
                                    

:: Dew : Sweet Môrn ::

::
::
::

Sudah dua hari Anka dan adiknya menginap di rumah keluarga Luna. Kata AKBP Adhi, rumah Anka belum bisa ditempati, karena masih digunakan untuk proses penyidikkan. Anka hanya bisa menurut, terlebih melihat adiknya sangat senang saat mengetahui mereka akan tinggal di rumah Luna untuk sementara waktu.

Anka memahami sikap Avin yang berubah drastis hanya kepada keluarga Luna. Avin bukan tipe anak yang gampang bergaul bahkan ia sulit mempercayai orang lain, selain Anka. Namun, hal ini tidak berlaku pada Luna dan kelurganya.

Mungkin, karena kebaikan mereka tulus sehingga mampu memberikan rasa aman dan nyaman bagi Avin. Sebab itulah, Avin merasa menemukan kehangatan keluarga, juga kasih sayang ayah dan ibu, yang selama ini telah lenyap dari hidupnya.

"Apa nggak sebaiknya, adik kamu tinggal di sini saja, Anka? Biar ada yang jaga dan kamu bisa masuk asrama Skydream lagi."

Pagi-pagi buta, Sriani sudah dibuat berperang dengan hati kecilnya, karena Anka yang mendadak ingin kembali bekerja dan pulang ke rumah lamanya bersama Avin. Berat sekali bagi Sriani melepas anak laki-laki penurut dan menggemaskan seperti Avin. Meski baru dua hari, tetapi hati Sriani sudah menjatuhkan kasih sayang seorang ibu untuk kedua anak laki-laki itu, baik Anka maupun Avin.

"Maaf, ya, Bu. Anka tidak bisa lama-lama di sini. Anka nggak enak karena terus merepotkan Ibu dan Ayah Luna. Lagi pula rumah Anka nggak jauh dari sini. Kalau Ibu rindu Avin, kan, Anka bisa ajak Avin main ke sini," jelas Anka seraya meletakkan piring cucian di raknya.

"Nggak ada yang kerepotan, Nak. Ibu justru senang sekali ada kamu sama Avin di sini. Rasa-rasanya keinginan Ibu untuk memiliki anak laki-laki terkabul dalam semalam," tutur Sriani. 

Anka tersenyum. Bukannya tidak betah. Anka hanya harus tahu diri. Dia tidak boleh merepotkan orang lain, yang bahkan bukan siapa-siapanya. Anka juga tak ingin Avin terlalu nyaman di sini. Anka harus mengingatkan Avin bahwa ada batasan yang harus mereka jaga dan tidak boleh melampauinya. Anka harus mengingatkan Avin bahwa ini bukan keluarganya, ada rumah dan kenangan lain yang seharusnya mereka jaga.

"Ini, kan, masih pagi. Avin juga belum bangun, kan. Boleh ya, dia tinggal di sini dulu sampai kamu pulang sekolah nanti?"

Air yang menggenang di pelupuk mata Sriani menciptakan riak sesak di hati Anka. Ia tidak tega. Pada akhirnya Anka mengangguk, setuju. Pelukan hangat pun segera menyambutnya, menjadi hadiah hangat di pagi buta.

"Oh, jadi sekarang Ibu lebih sayang sama Anka. Lupa sama Luna," sindir Luna sekadar bercanda.

Gadis remaja itu tengah berdiri di ambang pintu, lengkap dengan seragam sekolah dan jepit rambut berbentuk kupu-kupu kuning yang mempermanis rupanya.

"Sayang, kok, sudah rapi pakai seragam? Ini kan, masih jam empat."

"Peluk dulu!" Luna menubruk ibunya, menodong pelukan hangat yang serupa. Anka hanya bisa tersenyum menyaksikan tingkah manja gadis seusianya itu.

"Aku mau berangkat sekolah sekarang, ya, Bu."

"Eh, sepagi ini? Apa sekolahmu sudah dibuka?"

"Nih!" Luna menunjuk Anka dengan dagunya. "Dia kan, anak istimewa, yang bisa keluar masuk Skydream seenak dengkulnya!" cibir Luna disertai senyuman.

SKYDREAM 2012 [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang