VALLIENT: 6

19 4 0
                                    


Setelah lama menunggu akhirnya Vallient datang, dengan motor sport warna kuning kesayanganya itu.

Geta yang melihat keberadaan Vallient pun menghampirinya.

"Vallient sayang!" teriak Geta, lalu berlari menghampiri Vallient.

Vallient yang sedang memarkirkan motornya pun menghela napas panjang. Mimpi apa ia semalam, sampai pagi-pagi harus berurusan dengan nenek lampir ini.

"Eumm, Pall!" panggil Geta.

"Hmm," jawab Vallient dengan ogah-ogahan.

"Gw suka sama lu, jadian yuk!" seru Geta.

"Tapi gwnya ngga, mending lu jauh-jauh sana," jawab Vallient lalu meninggalkan Geta seorang diri.

"Okeh, gw bakal tunggu lo jawab mau! bye, Vallient sayang! mwaahh!" teriak Geta dengan keras jauh di belakang Vallient.

"Gajelas," gumam Vallient lalu meneruskan langkahnya.

Geta memandang punggung Vallient hingga benar-benar hilang dari pandanganya. Tiba-tiba ....

"DUARRRR!"

"Anak ayam mati lima," latah Geta.

"Ihhhh, Parta lu ngagetin aja," lanjutnya. Masi inget Farta kan? Kalo ga inget, coba cek di part 2 keanya.

Farta pun terkekeh pelan. "Habisnya lo ngapain disini, ngelamun lagi, ntar kesambet kan bahaya."

"Ihhh, amit-amit. Jangan sampe," ucap Geta bergidik ngeri.

"Yaudah, yuk kekelas bareng gw!" ajak Farta.

"Yuk."

Disepanjang perjalanan menuju kelas, hanya hening yang menemani mereka. Sampai akhinya Farta mengambil suara.

"Eumm, Get," panggil Farta, lalu merogoh saku kemejanya.

"Nih, buat lo."

Coklat? Oemji coklat?

"Beneran buat gw?" tanya Geta memastikan.

Farta mengangguk sebagai jawaban iya.

Lalu, Geta menerima coklatnya dengan senang hati. "Makasi Partaaa!"

"Sama-sama"

Tak terasa, akhirnya mereka sudah sampai di kelas XI Bahasa-3. Geta pergi ke bangkunya, begitu juga dengan Farta.

•••

Setelah sampai di kelas, Vallient di kejutkan oleh suara cempreng milik Abel.

"Ayennnnnn!!"

"Aku udah nungguin kamu lohh, dari tadi."

"Terus?" tanya Vallient malas.

"Ihhhhh! Kamu ko gitu, si." Abel menghentak-hentakkan kakinya di lantai.

"Gw emang gini," balas Vallient lalu menerobos masuk kekelas.

Merasa tak dihiraukan, Abel pun mencekal lengan Vallient.

"Kamu mau kemana?" tanya Abel lembut.

"Masuk," ketus Vallient, lalu menepis tangan Abel dari lenganya.

"Vallient! Aku belom selesai ngomong! Ihhh Vallient!" teriak Abel.

Vallient pun menoleh. "Apa?"

Abel tersenyum karna Vallient menoleh. "Nanti pulang sekolah jalan yak? sama aku?" ajak Abel.

VALLIENT [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang