VALLIENT: 10

17 4 1
                                    

Geta maju, lalu memegang lengan Vallient. "Sekali lagi gue tanya, lo mau pacaran sama gue?

Vallient menatap nyalang kearah Geta. "Lepasin gak!" geram Vallient.

"Gak!" balas Geta tak mau kalah.

Vallient tersenyum. "Getaaaa, lepasin yahhh," ulang Vallient dengan nada lebih lembut.

"Gamauuuuuuu!" balas Geta tetap tak mau kalah.

"Geta! Lepasin!" murka Vallient dengan dada naik turun.

Geta hanya menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.

Vallient yang terlanjur emosi pun menyentak tangan Geta kasar agar terlepas. "Lo itu ngapain si ganggu gw terus!" bentak Vallient.

"Kan gw suka sama lo," lirih Geta dengan menunduk.

"Kalo lo suka itu mending diem! Lo itu cewek, Geta"

Setelah mengatakan itu Vallient pun melenggang pergi. Meninggalkan Geta sendiri di rooftop.

Hati Geta hancur, sangat hancur saat di bentak Vallient tadi.
Bahu Geta merosot, dia menangis tersedu-sedu diatas rooftop.

"Hiks, hiks." Geta menghapus kasar air mata yang sedari tadi turun tanpa henti.

Geta beeusaha untuk berdiri tegak. "Semangat Geta! Lo kuat! Lo ga lemah!" ujarnya seraya mengangkat kepalan tangan ke udara.

Geta menarik napas panjang, lalu menghembuskannya secara perlahan. Setelah itu, dia beranjak dari rooftop menuju ruangan tempat dimana Farta dirawat.

Di sepanjang perjalanan, air mata Geta entah kenapa tak henti-hentinya keluar. Dia sangat sedih mengingat kejadian beberapa menit tadi. Tanpa Geta sadari akhirnya Geta sudah berada didepan ruang Farta.

Farta yang sedang melihat-lihat jendela dari brankar, dikejutkan oleh kedatangan Geta dengan mata yang merah dan sembab.

Farta melebarkan bola matanya. "Get, lu kenapa?" tanya Farta khawatir.

Geta hanya menggeleng sebagai jawaban.

Farta menghembuskan napasnya. "Ada masalah?" tanya Farta lagi.

Lagi dan lagi, jawaban Geta hanya gelengan kepalanya saja.

Farta tersenyum. "Mau peluk?" tanya Farta seraya merentangkan tanganya.

Tanpa menyia-nyiakan lagi, Geta langsung menubruk dada bidang Farta dan memeluknya erat. Farta pun membalas pelukanya dan mengusap-usap punggung Geta yang bergetar akibat menangis.

Setelah lama berpelukan akhirnya Geta melepaskan pelukan tersebut. "Makasi, Ta. Gue udah lebih tenang," ujar Geta setelah melepas pelukanya.

Farta mengangguk. "Kalo lo ada apa-apa boleh cerota le gie kok, Get. Gue akan setia memdengarkan ceritamu dan memberikan solusinya," ucap Farta tulus.

"Tapi, kalo lo gamau cerita dan butuh penenang. Gue bisa lo jadiin sebagai pelukan penenang, ngerti?" lanjutnya.

Geta mengangguk lalu tersenyum. "Makasi, Farta! Lo itu baik banget," balas Geta.

Farta hanya tersenyum untuk menanggapinya.

Ceklekkkk

Suara pintu mengalihkan itensi mereka. Geta dan Farta sama-sama menoleh kearah pintu.

"Farta Adhitama, kamu sudah diperbolehkan untuk pulang," ujar seseorang yang berada diambang pintu—Dokter.

Farta tersenyum lega. "Baik, terimakasih, Dok!"

VALLIENT [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang