Hari demi hari telah berlalu, tak terasa waktu yang telah dilalui dengan panjang ini terasa singkat. Angga juga sudah wisuda dan menempuh pendidikan S3 nya dan sekarang dia berniat harus mengurus perusahaan bundanya yang ada di lombok. Sementara devina ia masih harus melanjutkan kuliah dan rio pun sudah memiliki cafe sendiri berkat usahanya menjadi influencer.
"Bang, yakin mau ke luar kota?". Ujar devina dengan ekspresi pasrah.
"Iya dev, mau cari pengalaman baru. Aslinya ya berat banget ninggalin kamu, bunda sama rumah".
"Lah gue ga dianggep ni bang". Ujar rio.
"Lah males gue".
"Anjir gitu amat". Ujar rio sambil memainkan game di hp nya.
"Nyari kerjaan disini ajalah bang. Gausah ke luar kota. Sumpah gue gak rela".
"Lah dev, disini juga udah rame ada 3 pembantu sama satpam 2".
"Beda bang, jangan ya bang plisss banget". Ujar devina dengan eskpresi memelas.
"Biarin bang angga ke luar kota dev, lagian juga masih ada rio, feby kan juga masih sering kesini". Ujar friska yang baru saja duduk di meja makan dan disana sudah siapkan makan malam oleh 3 pembantu.
"Iya non dev, mas angga kan juga butuh pengalaman. Kan nanti bisa satu bulan sekali pulang. Iya kan mas angga". Ujar bi yanti dengan wajah penuh senyuman.
"Iya bi, siapa sih yang gak kangen sama lu. Udah ngeselin, gabisa diem, tapi gue sayang banget sama lu". Ujar angga sambil mengelus - elus kepala devina.
"Ya kalo sayang mah gausah merantau bang. Capek gue mohon - mohon sama lu".
"Yaudah yuk makan dulu. Daripada ngurusin bang angga gue sendiri juga capek dengerin kalian debat mulu". Ujar rio sambil mengambil nasi dan lauk yang ada di hadapannya.
Keeseokan harinya devina pergi ke kampus. Dia sekarang memakai mobilnya sendiri honda brio berwarna merah. Sesampainya di kampus, dia tidak sengaja bertabrakan dengan arsen.
"Eh sory, sory gue gak sengaja". Ujar devina yang hampir saja terjatuh.
"Eh, kebiasaan kalo jalan ga liat - liat. Untung aja gue gak jatoh".
"Kan gue udah bilang, gue minta maaf. Gue gak sengaja".
"Yaudah sono". Ujar arsen mengusir devina dei sana.
Devina pun melanjutkan jalannya lagi menuju ke kelas namun dipanggil lagi oleh arsen.
"Eh, lu mau kemana?". Teriak arsen.
"Ke ruang musik. Kenapa?". Jawab devina sambil memutar badan ke arah arsen.
"Gue ikut". Arsen pun mendekati devina dan menarik tangannya menuju ruang musik.
Sesampainya disana ternyata memang sepi, dan devina kebetulan hanya ingin mengambil bukunya yang kemarin ketinggalan disana waktu praktek alat musik.
"Nah ini ketemu". Gumam devina yang menemukan bukunya di atas piano.
"Lo kesini cuma mau ngambil buku doang?". Tanya arsen.
"Iyalah lo kira gue kesini mau ngapain? Maling gitar?".
Tanpa direspon arsen, arsen pun mengambil gitar akustik dan duduk di bangku yang kebetulan ada di depan devina berdiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eccedentesiast
RomanceOrang yang menyembunyikan tentang banyak hal dengan senyumannya, entah itu rasa sedih, trumatis atau bahkan depresi. Mereka berusaha merasa baik - baik saja di depan banyak orang. Meskipun hatinya benar - benar sangat terluka. Bukan berarti mereka...