Masih terasa asing bagi devina yang baru memasuki awal kuliah. Memang tak semudah waktu awal masuk sekolah dulu. Suasananya berbeda dan teman - temannya pun semakin banyak, bahkan ada yang dari berbagai luar kota hingga mencari tempat kos di daerah jakarta.
Senja kini dinanti devina di depan balkon. Dia duduk di ayunan rotan besar. Dia menikmati matahari tenggelam dari atas sana. Berharap malam ini akan ada rasi bintang yang tergambarkan di langit malam. Namun harapan tak sesuai dengan kenyataan. Malam ini terlihat mendung. Gemuruh mulai terdengar beberapa kali.
"Dev. Devina...". Teriak angga dari lantai bawah.
"Iya bang". Devina segera beranjak dari ayunan rotan dan segera menuju ke lantai bawah.
"Tuh, di cariin feby".
"Kenapa gak suruh masuk sih bang".
"Katanya dia mau tunggu di luar aja".
"Ah, alay banget sih".
Devina segera menuju teras rumahnya yang lumayan luas, yang di tengahnya ada meja kursi untuk tamu yang ingin duduk dan berbincang disana.
"Feb, kenapa? Mau curhat apa lagi?. Masuk gih, kita ke kamar aja". Pinta devina yang langsung masuk kembali menuju kamarnya.
"Misi bang angga". Feby tersenyum ramah kepada angga yang sedang menonton televisi di ruang tamu.
Angga hanya membalas senyum feby yang ramah tersebut.
Sesampainya di kamar. Devina langsung duduk di kasurnya yang empuk dan memeluk guling di pangkuannya.
"Dev, lo tadi udah buka storynya inka belum?".
"Belum, kenapa?".
"Omegat, demi apa dev..".
"Dem...". Pembicaraan di putus oleh feby.
"Jangan jawab demi cinta. Nih coba lihat". Feby menyodorkan HP nya ke devina. Dan melihat story inka.
"Gilakkkk. Ini serius feb?". Pupil mata devina tiba - tiba membesar setelah melihat story inka tersebut.
"Iyalah serius masag bo'ngan sih. Nih lihat story anak - anak yang lain". Feby masih menunjukkan sederet story yang sama dengan story inka.
"Gila, gila, sumpah demi apa feb". Devina masih terkejut sambil membuka story inka kembali.
"Demi cinta dev".
"Geblek lo. Ini tadi?".
"Iya tadi. Ya ampun lo kemana aja sih. Lo gak ada kuota. Sini gue kasih hotspot". Feby mulai menyalakan hospot Di HP nya.
"Gak gitu. Cuma gue lagi males aja buka whatsaap".
"Kenapa? Gara - gara dia lagi?".
"Enggak bukan itu. Ah udahlah lupain jangan di bahas. Lagi nggak mood gue bahas dia".
"Eh, ntar kita ke acaranya bareng ya sama anak - anak".
"Iya deh iya. Meysa gimana?".
"Gimana apanya? Orang dari tadi gak ngechat gue".
"Ya gitu tuh. Temen kalo udah punya pacar. Temen yang satunya dilupain".
"Kacang lupa tulangnya dev".
"Kulitnya anying".
Devina mulai membuka HP nya dan menyalakan data. Kini notifikasi dari whatsaap, instagram dan sosmed lainnya mulai muncul di layar atas.
"Sukses ngedatenya ya ris wkwkwk". Devina ngereplay story dari irisa yang nampak sedang foto bersama arsen di sebuah taman yang begitu romantis.
"Ashiapppp😘". HP devina berbunyi lagi dan ada notifikasi dari irisa. Dia hanya membacanya saja dan tidak membalas kembali chat dari irisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eccedentesiast
RomanceOrang yang menyembunyikan tentang banyak hal dengan senyumannya, entah itu rasa sedih, trumatis atau bahkan depresi. Mereka berusaha merasa baik - baik saja di depan banyak orang. Meskipun hatinya benar - benar sangat terluka. Bukan berarti mereka...