Sesampainya di taman. Devina duduk di sebuah bangku. Dia melihat di sekeliling taman namun hanya terlihat ada beberapa orang yang ada disana. Devina mencoba menghubungi andrian namun Whatsaapnya pun off. Terkahir tadi kalau andrian sudah dalam perjalanan.
Gemuruh petir terdengar beberapa kali. Devina mencoba untuk tidak panik. Dia masih stay dan masih menunggu disana. Namun waktu terus berputar. Gerimis datang lebih awal dan sudah satu jam lebih andrian belum juga datang. Devina pun mencoba menghubunginya kembali. Kali ini aktiv namun tak kunjung diangkat. Dan hujan pun turun dan mengguyur devina yang masih duduk di bangku. Dia nampak sedih namun dia masih tetap menunggu andrian disana. Dia tak ingin kalau dia pulang sekarang. Andrian malah datang dan sampai sini kehujanan. 10 menit berlalu devina masih duduk disana sambil kehujanan. Namun ada mobil yang berhenti di depan devina."Woy ngapain lo disini hujan - hujan. Ayo buru naik ke mobil gue".
"Gue nungguin orang".
"Lo nungguin siapa? Ayo keburu makin deras hujannya". Tak disangka kalau itu arsen yang membawa payunv keluar mobil untuk menemui devina. Arsen pun menarik paksa devina dan masuk ke mobilnya.
"Bego' kalo janjian sama orang minta dijemput. Lo kan cewek". Ujar arsen yang memberikan jaketnya kepada devina.
"Tuh pake jaket gue. Baju lo udah basah semua". Devina pun masih melihat di sekeliling taman namun batang hidung andruan masih belum juga kelihatan. Arsen pun mengemudikan mobilnya dan mengantar devina pulang kerumahnya.
"Tuh, mobil siapa bang?". Ujar rio yang berdiri di depan teras bersama angga dan feby.
"Ya ampun dev, darimana aja sih sampe basah kuyup kek begini". Ujar angga sambil memegang ke dua pipi devina yang basah kena air hujan.
"Dek, makasih ya udah anter devina pulang".
"Masama kak, yaudah saya permisi kak. Dev, gue pulang dulu".
"Buru - buru amat". Timbrung rio.
"Iya kak. Ntar malah tambah deras lagi hujannya".
"Kapan - kapan kesini lagi ya".
"Siap kak. Yaudah permisi dulu".
"Hati - hati". Arsen pun pamit pulang. Sementara itu mereka ber 4 masih duduk di teras.
"Andrian kemana? Kok yang nganter dia?". Tanya angga kepada devina yang sedari tadi hanya diam.
"Jawab dev jangan diem". Ujar angga kembali dengan nada yang sedikit tinggi.
"Gak dateng". Jawab singkat devina tanpa menatap mata angga.
"Brengsek emang tu orang. Ketemu gue awas aja lo ntar". Angga reflek berdiri dan menendang kursi yang ia duduki sehingga membuat devina, rio dan feby kaget. Karena sebelumnya mereka belum melihat angga semarah ini.
"Udah yuk dev masuk dulu lo gantu baju. Ntar masuk angin malah berabe". Ajak feby yang mengajak devina masuk ke dalam rumah.
"Udah bang lo sabar tahan emosi lo". Rio mencoba menenagkan angga yang sudah kalut dalam amarah.
"Gue gak bisa kalo adek gue di kaya giniin. Ini udah kelewatan. Apalagi devina fisiknya lemah kalo udah kena air hujan".
"Iya gue tau bang. Semoga devina gak kenapa - napa".
"Ya ampun dev, kok bisa sih si andrian - andrian itu sampe gak dateng". Ujar feby yang duduk di atas kasur devina sambil memeluk guling.
"Gak tau feb. Mungkin dia kejebak macet karena hujan. Soalnya katanya tadi berangkat naik taxi. Motornya dibengkel ujar devina yang duduk di kursi meja belajar dengan baju dan celana yanv sudah ganti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eccedentesiast
RomantikOrang yang menyembunyikan tentang banyak hal dengan senyumannya, entah itu rasa sedih, trumatis atau bahkan depresi. Mereka berusaha merasa baik - baik saja di depan banyak orang. Meskipun hatinya benar - benar sangat terluka. Bukan berarti mereka...