"Dari mana aja lo".
"Dari rumahnya wikan. Kenapa emang?".
"Itu bunga dari siapa? Sama coklat lagi". Ujar rio yang duduk di ruang tamu sambil mengambil bunga dan coklat yang diletakkan devina di atas meja.
"Kepo banget sih ri. Lo mau?".
"Ya mau lah coklatnya sini".
"Lo satu aja nih". Devina memberi satu coklat berbentuk bundar ke rio.
"Nasi goreng gue mana?". Ujar rio sambil melahap coklat pemberian devina.
"Kan gue udah bilang, gak ada yang buka bego".
"Yakan lo bisa cari dulu tadi. Sini duitnya kalo gitu balikkin".
"Udah habis".
"Rese lo". Devina pun langsung pergi ke kamar.
Keesokkan harinya devina serasa semangat untuk pergi kuliah. Entahlah, dia sepertinya punya semangat baru untuk menjalani hari - harinya di kampus.
"Baru dateng dev?". Tanya wikan sambil sibuk dengan HP di tangannya.
"Iya kan".
"Senyum - senyum sendiri lagi. Kesambet apa lo?".
"Kagak kok. Eh, kan...".
"Apa?".
"Kalo gue balikin jaketnya arsen, ntar malah dikira gue abis jalan sama tu orang. Ah ntar gue balikin sendiri aja deh". Batin devina berbicara.
"Woy kenapa? Malah bengong sih lo".
"Gak jadi deh kan".
Waktu berjalan begitu saja. Materi yang diberikan dosen pun sudah selesai. Kini waktunya jam pulang kuliah yang selalu dinanti - nanti mahasiswa.
"Gue harus balikin secepetnya nih. Mana sih tu orang". Gumam devina sambil berjalan mencari arsen.
"Sen, itu cuma salah paham. Lo gak ngerti gue ada diposisi mana saat ini". Suara irisa terdengar dari balik kelas arsen. Hingga disana devina hanya berdiri menatap lumayan jauh dari kelas arsen.
"Kenapa tuh mereka?". Gumam devina.
"Dev? Lo ngapain disini". Ujar william yang baru saja muncul di depan devina bersama iskak.
"Gue.. gue.. mau balikin ini".
"Itu? Punya irisa?".
"Bukan".
"Arsen?".
"Iya".
"Oh yaudah lo balikin aja sekarang. Siapa tau lo kesana suasana jadi sedikit reda". Ujar william.
"Gak beranu gue yam".
"Yaudah yuk kak, kita anter". William pun menari tangan devina menuju kelas arsen.
"Sen, ada yang nyariin lo nih". Teriak william dari luar kelas.
"Apa - apaan sih lo yam".
"Udah sana". William pun mendorong devina hingga masuk ke kelas.
"Devina? Lo ngapain kesini?". Ujar irisa kaget ketika devina sudah berada disana.
"Gue.. gue.. cuma mau balikin ini sama dia".
"Kan gue udah bilang. Gak usah dibalikin". Ujar arsen dengan nada sedikit rendah.
"Tapi,...". Arsen pun menarik tangan devina dan ingin keluar dari kelas.
"Sen, lo mau kemana. Kan gue udah bilang kalo...".
"Apa lagi sih ris. Harusnya kalo gini lo ngomong dari awal. Kalo lo udah tunangan sama andrian. Lo gak perlu nutup - nutupin semuanya sampai kek gini. Mulai sekarang jangan pernah muncul lagi dari hadapan gue". Arsen pun kembali menarik tangan devina. Tetapi devina malah diam di tempat dan terkejut apa yang baru saja dikatakan arsen di depannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eccedentesiast
RomanceOrang yang menyembunyikan tentang banyak hal dengan senyumannya, entah itu rasa sedih, trumatis atau bahkan depresi. Mereka berusaha merasa baik - baik saja di depan banyak orang. Meskipun hatinya benar - benar sangat terluka. Bukan berarti mereka...