Perasaan sudah bercampur aduk tidak karuan, sebentar lagi arsen dan devina akan segera terikat. Mesti jantung rasanya mau copot, tapi arsen harus benar - benar siap untuk kelangsungan acara besok malam.
"Bang angga kapan balik ke lombok?". Tanya devina yang duduk di sebelah angga dengan kaki yang di benamkan ke dalam kolam renang.
"Belum tau dev, pekerjaan disana tinggal dikit juga. Paling seminggu, dua minggu lagi".
"Kalau setelah menikah nanti, abang berarti ikut kak shanaya di bali?".
"Rencananya sih mau beli rumah daerah - daerah sini aja dev. Tapi yaaa tergantung shanayanya juga sih".
"Kok tergantung kak shanaya?".
"Dia masih punya tanggungan pekerjaan di bali dev".
"Emang dia kerja apaan?".
"Sama kek rio, jadi pengusaha. Dia punya cafe juga di daerah bali".
"Berati banyak dong cabangnya?".
"Cuma ada 3 dev itu pun di bali semua".
"Emang dulu kuliah ambil jurusan apa?".
"Sama kek abang".
"Terus kalau shankara?".
"Dia masih kuliah semester 7 ambil jurusan psikologi".
"Wihh kerenn".
"Kenapa kamu nanyain dia?".
"Loh emang salah nanya doang?".
"Kirain mau pindah ke lain hati".
"Mana adaaaa!". Ujar devina sambil memukul lengan angga yang puas meledek adiknya.
Di rumah hanya ada angga dan devina. Karena seperti biasa friska dan rio adalah perempuan dan laki - laki karier. Seperti itu kah atau bagaiamana julukannya?.
"Bang, bangun woi udah jam berapa ini". Ujar melati sambil menarik selimut yang menutupi tubuh arsen.
"Apasih mell, jam berapa ini". Jawab arsen dengan suara serak khas bangun tidur dengan mata yang masih terpejam.
"Udah jam 8".
"Baru jam 8 juga".
"Mama suruh lo buat ambil baju di rumahnya tante indri".
"Baju apa?".
"Ckkk, lo jadi lamaran sama kak devina nggak sih?".
"Astagaaa, oh iyaaa. Hari ini ya?".
"masih besok bang".
"Alhamdulillah masih besok, kirain malam ini".
"Udah buruan bangun, mandi. Gue tungguin di bawah".
"Iya iyaaaa".
Arsen segera bangun dari tempat tidurnya dan masuk ke kamar mandi. Setelah selesai mandi, ia hanya memakai kaos polos hitam dan celana pendek hitam. Tidak lupa sendal slop berwarna hitam juga, dan langsung bergegas menuju rumah tantenya bersama melati.
"Eh, arsen melati. Mau ambil baju ya?". Tanya indri yang baru saja keluar dari dalam rumahnya.
"Iya tan".
"Sebentar tante ambilkan dulu ya, kalian ayoo masuk dulu ke dalam".
Arsen dan melati kini duduk di ruang tamu sambil menunggu indri mengambilkan baju pesanan mamanya untuk lamaran arsen besok malam.
"Ini sen, dilihat dulu. Dicoba sekalian kalau bisa".
"Ini sekalian punya mama sama papa kan?".
"Iya udah komplit semua itu sen".
KAMU SEDANG MEMBACA
Eccedentesiast
RomantizmOrang yang menyembunyikan tentang banyak hal dengan senyumannya, entah itu rasa sedih, trumatis atau bahkan depresi. Mereka berusaha merasa baik - baik saja di depan banyak orang. Meskipun hatinya benar - benar sangat terluka. Bukan berarti mereka...