"Halo gimana om?".
"Kita masih belum bisa menemukan bukti dan jejak apa - apa ngga. Tunggu saja kabar selanjutnya dari om".
"Baik om. Angga tunggu kabar baik secepatnya".
"Kamu tenang saja, devina akan secepetanya ditemukan".
"Baik ok siap".
Angga mematikan panggilan dari om adit. Hari kedua pencarian devina ini masih belum membuahkan hasil. Sampai - sampai darah tinggi friska pun kumat dan dia dari semalam masih tertidur di kamarnya karena pusing tak yang tak tertahankan mendengar kabar devina diculik.
"Bang, kira - kira siapa coba yang tega nyulik devina?".
"Gatau juga ri, gue kalo nebak - nebak mah gabisa".
"Coba lo inget - inget deh bang siapa yang pernah bikin ulah sama keluarga kita?".
"Seinget gue ga ada ri".
"Ya seinget gue juga ga ada. Ehhh... tapi tunggu bentar deh bang".
"Kenapa ri?".
"Papa???".
Rio dan angga pun berfikir sama. Jika yang menculik devina adalah papanya sendiri. Akhirnya rio menghubungi andre untuk mengajak ketemu pagi hari ini juga.
"Gue ikut ri".
"Lo dirumah aja jagain bunda bang".
"Bunda udah dijagain bi iyem, bi yanti sama bi sarah ri. Lagian bunda juga udah tidur lagi sehabis minum obat dari dokter tadi kan?".
"Yaudah deh ayo bang".
Angga menitipkan friska kepada tiga pembantunya yang ada di rumah. Lagi pula di rumah juga satu satpam yaitu pak rahmat. Karena satu satpam kemarin mengundurkan diri dan beralih bekerja menjadi satpam di salah satu bank di daerah jakarta.
Sesampainya di cafe jawanesse milik rio. Mereka langsung menemui andre yang ternyata sudah sampai disana.
"Apa kabar ri, ngga". Mereka mendapat pelukan hangat dari seorang papa untuk anak - anaknya.
"Baik pa". Jawab singkat dari angga.
"Ada apa nak kalian tumben sekali ngajak ketemu papa".
"Langsung to the point aja pa. Papa kan yang nyulik devina?".
"Kamu ini ngomong apa ri".
"Jujur aja pa. Maksud papa nyulik devina apa !".
"Bentar - bentar kalian ini bicara apa. Papa sama sekali gak tau".
"Devina diculik dan udah 2 hari ini belum ketemu. Dan bukan maksud kita nuduh papa yang nyulik. Tapi emang yang bermasalah di keluarga kita cuma sama papa".
"Apa? Devina di culik ngga?".
"Udah deh pa gak usah basa - basi sekarang devina dimana?". Tanya rio.
"Papa gak tau sama sekali ri".
"Alah gak usah bohong deh pa. Jawab jujur aja".
"Rio, papa sama sekali gak tau masalah penculikan soal devina ini. Kenapa kalian nuduh papa seperti ini".
"Terus siapa lagi yang nyulik devina kalo bukan papa hah!!". Ujar rio sedikit meluapkan amarahnya.
"Kita juga udah minta bantuan om adit pa buat nyari devina. Kalo emang nanti emang papa dalang dibalik semua ini. Ga ada kata maaf buat papa lagi". Ujar angga menengaskan.
"Angga. Papa sama sekali tidak tau soal peristiwa ini. Papa bakal ikut bantuin kalian nyari keberadaan devina".
"Yaudsh terserah papa. Kita mau balik". Ujar rio meninggalkan andre begitu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eccedentesiast
RomanceOrang yang menyembunyikan tentang banyak hal dengan senyumannya, entah itu rasa sedih, trumatis atau bahkan depresi. Mereka berusaha merasa baik - baik saja di depan banyak orang. Meskipun hatinya benar - benar sangat terluka. Bukan berarti mereka...