3 | Feeling Hurts

1.9K 155 1
                                    

Sudah seminggu kepergian orang tuanya. anak anak itu pun sekarang harus tinggal bersama kakek dan neneknya. Mereka berencana menjual mansion itu tetapi Jennie menolak karena dia bilang banyak kenangan bersama orang tuanya disana jadi kakek nya juga tidak memaksa.

"Mulai sekarang kalian tinggal disini ya" ucap sang nenek.

"Nde halmeoni"

"Jennie kenapa kau membawa anak itu kesini" tegur sang kakek saat Jennie masuk membawa adik bayinya.

"Dia kan adikku kek, cucu kakek juga apa salahnya jika dia ikut tinggal bersama kita" kata Jennie.

"Dia itu anak pembawa sial. jauhkan dia dari keluargaku. lebih baik kau menitipkannya di panti asuhan. untuk apa kau repot repot merawat anak sialan itu" ucapnya seketika menyayat hati Jennie sampai kapan mereka membenci adiknya yang tidak bersalah itu kenapa harus bayi kecil yang tidak berdosa itu menanggung semuanya.

"Adikku masih memiliki ku sebagai keluarganya jadi untuk apa aku menitipkannya ke panti asuhan" Jennie menarik nafas sejenak "jika kalian tidak mau menerimanya di keluarga ini baiklah, biar aku saja yang merawatnya dan asal kalian tahu adikku tidak pernah merepotkan siapapun dia tidak pembawa sial lalu kenapa kalian selalu melampiaskan semuanya padanya. Aku juga sedih atas kepergian orang tuaku tetapi itu tidak bisa menjadikan alasan kalian untuk membencinya" teriaknya berderai air mata.

"Kalian hanya mementingkan diri sendiri tanpa memikirkan bagaimana nasibnya nanti" setelah mengatakan itu Jennie berlalu meninggalkan mansion mewah tersebut. namun, langkahnya berhenti ketika sebuah tangan menahan tangannya. dia memutar tubuhnya dan mendapati sang kakak dengan raut wajah yang tidak bisa diartikan.

"Jangan pergi Jen, jangan tinggalin Unnie"

"Aku nggak bisa Unnie mereka tidak menerima adikku disini jadi biarkan aku pergi. Aku akan tinggal berdua dengannya di mansion jika kau merindukanku kau bisa datang ke sana bersama Chaeng dan Lisa" Jennie melirik adik kembarnya.

"Tetapi aku tidak bisa hidup tanpamu Jen"

"Jika memang seperti itu yang kau katakan mungkin kau akan berada di sampingku untuk merawat dan membesarkannya bersama. tetapi kenyataannya kau juga ikut membencinya bukan? Ucap Jennie membuat Jisoo bungkam. yang dikatakan Jennie sepenuhnya tidak salah namun ia juga tidak membenci adik bayinya itu hanya saja ia masih belum bisa menerima semua kenyataan bahwa orang tuanya meninggal gara gara adiknya.

"Kau tidak ingin menggendongnya sekali sebelum aku pergi" ucap Jennie ketika melihat kakaknya itu hanya diam. Jisoo menatap wajah damai bayi kecil itu serta mengangguk pelan.
Bayi mungil itu mengepalkan tangannya mengayun di udara, sepertinya dia senang merasakan pelukan hangat dari kakak sulungnya untuk yang pertama kali.

"mmammmam engg nni" gumam bayi kecil itu. Jennie terkekeh.

"Unnie. Jisoo Unnie" Jennie mengajari adiknya.

"atatatatata nni soo ni" oceh nya kembali membuat Jennie gemas.

"Aigoo pintar sekali" seru Jennie mencubit pelan pipi Ruby membuat bayi itu berteriak girang. tanpa sadar Jisoo melengkungkan bibirnya ada perasaan hangat dihatinya.

"Unnieee..." si kembar menarik narik ujung baju Jennie.

Jennie mensejajarkan tingginya dengan mereka "ya ada apa sayang" tanya Jennie lembut.

"Unnie mau kemana, jangan pergi" ucap Lisa.

"Iya Unnie harus tinggal disini bersama kita" Jennie tersenyum.

"Unnie tidak pergi, Unnie hanya ingin tinggal di mansion Daddy saja. Jika kalian merindukan Unnie Chaeng sama Lisa bisa main ke mansion" sesungguhnya ia juga tidak ingin berpisah dengan saudarinya namun bagaimana lagi keadaan memaksa mereka untuk berpisah.

My Dear Sister ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang