13 | Kim's Company

990 86 2
                                    

Mereka tidak jadi pulang karena Jennie bilang akan pulang setelah meeting itu selesai, dia sudah banyak menunda meeting itu karena semua jadwalnya selalu padat dan barulah sekarang dia memiliki waktu luang.

Ia juga menahan adiknya untuk tetap disini menemaninya. Ruby pun juga tidak mempersalahkan itu lagipula di mansion tidak ada orang apalagi kakak kembarnya itu sekarang sedang disibukkan dengan berbagai tugas kuliahnya.

"sakit kepala atau pusing nih" tanyanya sembari memijit pelipis Jennie. dia berbaring dengan pahanya sebagai bantalan.

"Dua duanya" katanya memegang kepalanya yang berdenyut.

"Makanya kalau dibilangin itu nurut jangan bandel kan kalau sakit siapa yang susah? Aku juga" Jennie membuka matanya mendengar ucapan adiknya itu, jadi selama ini dia menyusahkan adiknya gitu.

"Jadi selama ini Unnie nyusahin kamu gitu?" Ucapnya dengan nada dibuat buat sedih.

"Wkwk, nggak becanda kok"

Duuaar

Suara petir disertai kilatan membuat Ruby terlonjak kaget tak terkecuali Jennie dan Jihyo. Jennie segera duduk saat melihat adiknya ketakutan dengan posisi memeluk kedua lutut dan tangan menutup telinga.

"Kenapa sayang?" tanyanya lembut mengelus surai rambut Ruby.

"Takut" bibirnya bergetar. Jennie menariknya ke dekapannya dan tak lama suara isakan pun terdengar.

"Tidak apa apa Unnie disini" dia makin mengeratkan pelukannya berharap sang adik bisa sedikit tenang.

Jennie menggeleng ketika Jihyo menatapnya penuh tanya, dia pun tidak mengerti.

"Sudah berhenti?" Ruby mencuri pandang keluar jendela memastikan apa petirnya sudah reda.

"Udah" ucap Jennie asalan.

Duuaarr

"Aaa belum, Unnie bohong" Ruby kembali membenamkan wajahnya di dada Jennie.

"Kamu kedinginan" tanyanya saat badan Ruby bergetar di pelukannya. Ia mengangguk kecil. Jennie melepas blazernya lalu memasangkannya di tubuh Ruby.

"Gak usah buat Unnie aja Unnie kan lagi sakit" tolaknya.

"Pakai saja Unnie bisa ambil yang baru nanti" dia tidak tega melihat wajah adiknya yang sudah pucat pasi.

"Tunggu disini Unnie buatin teh hangat dulu" ijinnya namun ia tahan.

"Gak mau teh, maunya coklat uyyu" ucapnya mempoutkan bibir membuat Jennie gemas.

"Iya" jawabnya.

Langkahnya terhenti karena tangan Ruby menahannya kembali "takut" cicitnya.

"Kan ada Jihyo disini, Unnie sebentar kok" ia mengangguk. Manjanya lagi mode on.

"Cah ini uyyu nya" dia menyodorkan segelas susu hangat ke tangan Ruby.

"Gomawo" ucapnya menatap binar susu coklat itu

"Udah gede masih aja suka minum uyyu ya" ledek Jihyo terkekeh.

"namanya juga bocil" kekeh Jennie gemas melihat pipi adiknya yang kembang kempis.

"Big baby" ucap Jihyo. mereka tertawa bersama.

"Kenapa kalian tertawa" tanyanya heran.

"gak ada apa-apa ya kan" Jennie menyenggol lengan Jihyo dia pun mengangguk menyetujui.

"Kalian ngomongin aku ya"

"Geer siapa juga yang ngomongin kamu, kita ngomongin soal perusahaan" elaknya.

My Dear Sister ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang