33 | Bullying

693 62 1
                                    

Pagi senin ini Ruby si bungsu Kim itu kembali bersekolah setelah seminggu lebih pulang dari rumah sakit.

Ia tidak suka terlalu lama berdiam diri di rumah karena takut akan ketinggalan pelajaran.

"Pagi Unniedeul" sapanya pada keempat kakaknya yang sudah berada di meja makan menunggunya.

"Pagi" jawab mereka serempak.

"Kau yakin ingin ke sekolah hari ini Ruby?"

"Nde, aku sudah seminggu ketinggalan pelajaran Unnie" jawabnya sembari memasukkan nasi goreng kimchi ke dalam mulutnya. Kakaknya mengangguk angguk saja jika dia sudah bilang iya maka iya. Ruby tidak suka keputusannya di tantang oleh siapapun.

Makannya terhenti saat melihat Jennie hanya menatap makanan di depannya tanpa selera. dia belum menyentuh sedikitpun nasi goreng di depannya itu dan hanya mengaduk ngaduknya.

"Jennie Unnie kenapa tidak dimakan makanannya" tanya Ruby sontak mengejutkan Jennie

"Tidak lapar" jawabnya.

"Nanti sakit Unnie, makan dikit saja ya" Ruby khawatir dengan kesehatan kakaknya satu itu yang belakangan ini sering sekali melewatkan sarapannya bahkan ketika makan malam pun dia hanya makan sedikit saja.

Melihat Jennie yang masih tidak bergeming itu Ruby lantas menghabiskan makanannya cepat cepat.

"Pelan pelan makannya nanti kau tersedak" tegur Jisoo.

"Nde Unnie" setelah makanannya habis dia beranjak dari tempat duduknya, bukan untuk berangkat sekolah melainkan menggeser kursinya ke sebelah Jennie.
Ia mengambil piring Jennie dan menyuapi kakaknya itu.

Jennie menggeleng pelan dan menutup mulutnya. Ruby menghela napas panjang "sedikit saja eoh hanya beberapa suap" pelan tapi pasti Jennie menerima suapan demi suapan dari sang adik.

"Udah kenyang" Jennie menepis tangan Ruby yang kembali menyuapinya

"Baiklah yang penting perut Unnie sudah terisi" ia beranjak ke dapur dan kembali membawa segelas susu coklat panas.

"minumlah Unnie ini akan memberikanmu tenaga" tak lupa juga ia memberikan satu tablet vitamin pada Jennie agar tubuh kakaknya itu tetap sehat ditengah kesibukannya saat ini.

Ia menatap dalam wajah kakaknya yang akhir akhir ini ia rindukan. Jennie setiap hari selalu pergi pagi-pagi buta dan pulang larut malam. dia takut jika kakaknya itu sakit lagi pasalnya ia sering melihat wajah Jennie pucat dan lesu.

"Kalau sakit istirahat saja di rumah Unnie jangan bekerja dulu" Jennie menoleh ke arah Ruby.

"Unnie baik baik saja ii, jangan khawatir"

"Aku tau kau berbohong. Jika Unnie punya masalah cerita saja padaku tak perlu menutupinya seolah baik baik saja. Jangan memendam semuanya sendirian berbagilah denganku setidaknya dengan begitu kita merasakan sakit yang sama" Jennie terharu mendengar ucapan tulus dari adiknya itu.

"Gomawo" ucapnya. Ruby langsung memeluk kakaknya.

"Udah cepetan berangkat sana nanti kamu telat" Jennie melepas pelukannya membuat Ruby mengerucutkan bibirnya.

"Yaudah aku berangkat. Babay para nona Kim" kesalnya menghentak hentakkan kakinya ke lantai.

Keempat gadis Kim itu tertawa melihat adiknya merajuk seperti itu.

*****

Di perusahaan Jennie yang bergerak di bidang fashion tersebut sedang gencar-gencarnya mengeluarkan produk terbarunya yang akan segera di pasarkan. perusahaan itu semakin lama semakin maju dan besar ditangan Jennie. tak perlu di ragukan lagi kemampuannya sebagai seorang CEO muda yang kompeten dan jenius membuat ia dipuji di kalangan para pebisnis lainnya.

My Dear Sister ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang