35 | Severe Pain

715 59 1
                                    

Suasana di ruangan itu seketika menjadi canggung. Jennie kembali melanjutkan pekerjaannya sedangkan Ruby, dia bingung mau pulang atau tetap disana menemani kakaknya bekerja.

Dia sesekali mencuri pandangan pada kakaknya yang tengah mengetik sesuatu di laptopnya. Jihyo sang sekretaris juga terlihat sibuk dengan kertas kertas putih yang tidak ia mengerti sama sekali.

"Kamu kenapa masih disini, gak pulang?" tanya Jennie tanpa melihat adiknya.

"Ah nde aku akan pulang" ucapnya sedikit kikuk. Ia mengambil tasnya dan berjalan mendekati Jennie.

Cuph

Dia mengecup pipi Jennie sekilas.

"Jangan bekerja terlalu keras jika lelah berhentilah sejenak, Jangan terlalu memaksakan diri" Jennie mengalihkan pandangannya itu sebentar pada adiknya.

"Maaf sekali lagi gara gara aku kerjaan Unnie bertambah" dia membungkukkan badannya lalu beranjak dari kantor Jennie.

"Mau ku antar" Ruby berhenti dan menghadap ke belakang. Dia menggeleng.

"sebenarnya apa yang terjadi dengan kalian berdua tadi sampai kau ikut terluka" tanya Jihyo tiba-tiba.

"Aku memukul kepalaku sendiri dengan batu" jawab Jennie santai. Jihyo melongo tak percaya.

"Kenapa kau melakukan itu"

"Karena aku sudah menyakitinya. Aku tidak pernah sekalipun memarahinya ataupun membentaknya dan itu membuatnya jadi shock. Aku tidak ingin dia takut padaku, belum lagi trauma dengan kejadian waktu itu pasti masih membekas dalam ingatannya"

Malam semakin larut dan Jennie belum juga pulang membuat Ruby menunggu dengan perasaan cemas.
Jisoo yang bekerja di perusahaan pun tidak sesibuk Jennie. Dia selalu pulang saat jam makan malam.

Sebuah mobil sport hitam baru saja memasuki halaman mansion dan Ruby yakin itu adalah mobil kakaknya. Saat ini semua orang di mansion sudah tertidur hanya dia yang masih terjaga.

"Kau belum tidur" Ruby menggeleng dengan wajah menunduk.

"Kalau begitu tidurlah ini sudah larut malam" Ruby mengangguk tapi sebelum itu dia ke dapur untuk mengambil air minum.

gadis itu masih belum bisa tidur dari tadi dia hanya berguling-guling di kasur sesekali memainkan ponselnya padahal sekarang jam sudah menunjukkan pukul 1.30 pagi.

Karena bosan akhirnya dia memutuskan untuk duduk di balkon kamarnya sambil menghirup udara malam. Dia tidak memperdulikan angin malam yang menembus tulangnya. saat tengah memandang langit cairan hangat keluar dari hidungnya, seluruh tubuhnya juga terasa sakit padahal ia tidak melakukan pekerjaan berat.

Entahlah diapun juga tidak tau, akhir akhir ini dia memang sering mengalami itu.

Ruby keluar dari kamarnya berniat ke bawah untuk mengambil minum. namun saat dia melewati kamar Jennie dia melihat pintu kamar kakaknya itu sedikit terbuka. dia melihat Jennie sedang duduk bersandar pada headboard kasur sembari memangku laptop di pahanya.

"Ini sudah hampir pagi tapi kenapa dia masih bekerja" gumam Ruby. Dia melanjutkan langkahnya ke bawah.

Tok Tok

Ceklek

gadis itu datang membawa segelas susu coklat panas dan menyodorkannya pada Jennie yang masih belum bergeming. dia belum menyadari kehadiran adiknya sampai sebuah tangan menghalangi pandangannya.

"Gomawo" Ruby tersenyum.

"Mau tidur disini nemenin Unnie bekerja" ucapnya sedikit canggung. Ruby tidak menjawab melainkan memutar tubuhnya ke sisi ranjang sebelah kasur Jennie dan naik ke atasnya.

My Dear Sister ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang