24 | Reformatory

682 69 2
                                    

Jam baru menunjukkan pukul 5 pagi tapi gadis itu sudah rapi dengan pakaian casualnya. membawa banyak kotak yang entah berisi apa di dalamnya.

Kebetulan hari ini hari Minggu jadi semua penghuni di mansion itu masih bermain di alam mimpinya.

Jika biasanya dia selalu bepergian menggunakan taxi atau bus tapi sekarang dia memakai mobilnya yang selama ini hanya dipajang di dalam garasi.

"Mau kemana anak itu pagi pagi buta begini"

Sebelum pergi ia memastikan jika tidak ada yang mengetahuinya termasuk kakaknya sekalipun takutnya jika mereka tahu mereka pasti tak mengizinkannya keluar.

"Eh by mau kemana" sapa bibi Ahn dari arah dapur sepertinya baru bangun tidur jika dilihat dari muka bantalnya.

"Aku mau keluar dulu bi, nanti kalau para Unnie nanya bilang aja lagi main ke rumah teman ya" pesannya pada bibi Ahn. Dia mengangguk mengerti.

"Tapi sarapan dulu di rumah"

"Gak bisa bi aku buru-buru nanti aja di jalan"

Sepertinya ia tidak menyadari jika ada seseorang yang sedang mengawasinya dari atas.

"Kamu ada urusan juga diluar sekarang Jen" tanya bibi Ahn yang melihat Jennie juga sudah turun ke bawah memakai jaketnya. Dia belum mandi hanya cuci muka dan gosok gigi tetapi itu tidak mengurangi kecantikan seorang Jennie Kim. Ia bahkan sangat cantik dan natural tanpa makeup dengan bare face nya.

Perlu diketahui jika Jennie adalah orang yang slalu bangun awal dari saudarinya jadi tak heran dia sudah bangun di jam segini. tanpa pikir panjang dia menyambar kunci mobilnya dan berniat mengikuti mobil sang adik.

"Bi aku pamit keluar dulu ya" pamitnya pada bibi Ahn.

Sekitar 30 menit Jennie mengikuti mobil adiknya itu dari belakang namun tak kunjung juga sampai tujuan, ia sebenarnya bingung apa yang dilakukan adiknya sepagi ini hingga dia terlihat buru-buru tadi.

Mobil yang dia kendarai memasuki kawasan desa yang jauh terjangkau dari kota, pemandangan alam dengan pohon pohon besar di tepi jalan membuat udara pagi menjadi sejuk dan segar untuk di hirup.

Cukup lama akhirnya mobil tersebut terpakir di sebuah rumah, ia tidak melihat begitu jelas tulisan di depannya karena dia memakirkan mobilnya cukup jauh. Dia melihat adiknya itu keluar dengan membawa banyak barang dari garasinya lalu mengetuk pintu rumah tersebut dan keluarlah seorang wanita paruh baya yang menyambutnya dengan pelukan.

"Ruby kau datang nak, bukankah ini terlalu pagi" ucap wanita paruh baya itu. Jennie mendengarkan sayup sayup pembicaraan mereka.

"Iya, gak papa eomma justru aku senang datang sepagi ini karena udara disini begitu dingin dan sejuk beda sekali jika di kota"

"Eomma?"

Karena penasaran Jennie memilih menghampiri mereka, ia ingin tahu siapa wanita yang dipanggil eomma oleh adiknya itu. Apakah dia mempunyai ibu baru? batinnya.

"Oh Ruby tumben kau membawa teman ke sini" tanya wanita itu yang menyadari kedatangan Jennie sementara Ruby tidak tau karena ia membelakangi Jennie.

Ruby menghadap kebelakang mengikuti arah pandang wanita itu dan betapa terkejutnya ia melihat siapa sosok yang telah mengikutinya.

"Unnie" gumamnya.

"Annyeong haseyo" sapa Jennie ramah  sambil tersenyum dan dibalas senyuman oleh wanita itu.

"Unnie kenapa bisa ada disini"

"Unnie? Dia kakakmu"

"Nde, dia kakak keduaku"

"Halo namaku Kim Jennie" tutur Jennie memperkenalkan diri.

"Senang bertemu denganmu nak Jennie, aku sering mendengar tentangmu dari Ruby dia bilang kau adalah kakak yang hebat dan penyayang"

"Ah nde gomawo" jawab Jennie tersipu malu.

Jennie terus memperhatikan ke sekelilingnya ternyata tempat yang dikunjungi sang adik adalah panti asuhan.

Wanita itu kembali dengan membawa secangkir teh hangat dan ikut mendudukkan dirinya di samping Jennie.

"Oh iya aku belum memperkenalkan diri namaku Jessica Jung pengurus panti ini" katanya membuat Jennie menoleh ke arahnya. jika wanita itu pengurusnya lalu siapa pemiliknya tanyanya di dalam hati.

Seolah tahu apa yang di pikirkan oleh Jennie wanita itu kembali melanjutkan kalimatnya.

"Panti ini baru dibangun sekitar 1 bulan yang lalu dan pemiliknya adalah adikmu sendiri" jawaban wanita itu tambah membuat Jennie terkaget.

"Adikmu itu adalah anak yang baik dan lembut dia selalu datang kemari setiap hari Minggu untuk bermain bersama anak-anak disini tak lupa juga dia selalu membawa banyak sekali makanan dan pakaian untuk anak anak panti" mereka mengobrol sambil melihat Ruby yang tengah asik bermain dengan anak-anak panti.

"Bisa ibu ceritakan bagaimana awal mulanya adik saya membangun panti ini" tanya Jennie.

"Jadi waktu itu saya tidak sengaja bertemu adikmu di tepi jalan bersama anak-anak jalanan kebetulan saat itu saya di pecat dari panti asuhan tempat saya bekerja dan adikmu meminta saya untuk menjadi pengurus disini dengan ia yang mendirikan panti ini. Saat saya bertanya apa alasan dia mendirikan panti ini jawabannya membuat hati saya tersentuh. dia mengatakan nasib anak-anak disini sama sepertinya bedanya dia dilahirkan di keluarga yang berada sedangkan mereka tidak. Dia menghabiskan seluruh uang tabungannya untuk membangun panti ini tak jarang juga dia kadang tidak makan di sekolah karena uangnya yang telah habis dia sumbangkan"

"Anak anak disini adalah anak anak yang ditelantarkan oleh orang tuanya, anak yang tidak memiliki keluarga dan anak anak kecil yang dipaksa mengemis di jalanan oleh panti asuhan gadungan tempat mereka dulu pernah tinggal"

"Ruby sudah menceritakan semuanya pada saya bahwa kamu adalah orang yang paling berjasa di kehidupannya dan dia tidak pernah bosan mengatakan pada saya jika dia sangat menyayangi mu. Terimakasih sudah mendidik dia menjadi anak yang baik dan berbudi pekerti yang luhur. orang tuamu pasti bangga padamu nak" wanita itu mengusap pundak Jennie, ia mati matian menahan air matanya mendengar cerita dari pengurus panti tersebut.

Wanita itu pamit ke dalam untuk memasak sarapan pagi buat anak anak panti dan meninggalkan Jennie yang tengah duduk termenung sendirian di halaman.

Ruby datang dari dalam dengan menenteng sebuah Hoodie berwarna hitam.

"Unnie belum mandikan? Mandilah dulu di dalam aku juga tadi ada membawa pakaian, pakailah"

Setelah 20 menit Jennie selesai mandi dia kembali duduk ditempatnya tadi ternyata Ruby juga duduk disana menunggunya.

"Unnie maaf jika aku tidak mengatakannya terlebih dahulu padamu dan maaf juga jika aku membangun panti ini menggunakan uangmu" gugup Ruby menunduk kebawah memainkan jari mungilnya.

"Kenapa harus minta maaf uang Unnie adalah uangmu juga. lagian kamu membangun panti ini menggunakan uang tabunganmu bukan, adik Unnie memang anak yang baik Unnie bangga padamu" ucapnya mengusap pelan pucuk rambut Ruby sambil tersenyum.

"Unnie ayo kita bermain" seorang anak menghampiri Ruby. dia melirik Jennie dan bertanya,

"Unnie dia siapa?"

"Dia kakak Unnie, say hi girl" titah Ruby.

"Annyeong haseyo Unnie" sapa anak kecil lucu itu.

"Annyeong. siapa namamu anak cantik"

"Ella" jawabnya.

Dan akhirnya Jennie pun ikut bergabung dengan anak anak panti tersebut. sekarang ia paham kenapa uang yang dia kasih pada adiknya itu cepat habis ternyata ia gunakan untuk membangun sebuah panti asuhan yang membuatnya semakin terharu adalah adiknya itu tidak mau meminta uang jajan tambahan padanya meskipun ia sangat membutuhkannya.

Jennie memutuskan untuk melanjutkan pembangunan panti asuhan yang masih tersisa sedikit lagi itu. dia ikut menyumbangkan uangnya tanpa menggantikan posisi sang adik sebagai pemiliknya.



TBC

My Dear Sister ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang