14 | Killer

941 80 0
                                    

00.00 KST

"Engh" lenguhan seseorang mengalihkan atensinya. Ia menoleh sebentar sebelum melanjutkan kembali kegiatannya.

"Aku dimana? Ini bukan kamarku? Bagaimana aku bisa disini?" Histerisnya ketika baru bangun tidur.

"Kau sekarang lagi di kantor" jawab seseorang. Ia menoleh ke arahnya.

"Huh Unnie? Masih disini kenapa belum pulang" tanya Ruby menghampiri mejanya.

"Nungguin kamu bangun sekalian ngerjain ini buat besok" ucapnya sibuk berkutat dengan laptop dan beberapa map di mejanya.

"Kenapa gak dibangunin aja kalau ditungguin nanti aku tidurnya sampai pagi gimana?"

"Ya Unnie tinggal lah" jawabnya enteng.

"Ishh tega sekali sama adek sendiri"

"Unnie udah makan" tanyanya.

"Udah, oh iya kamu belum makan kan makan dulu sana" titahnya.

Ruby menggeleng pelan dan menarik kursi duduk disebelahnya.

"Loh kenapa nanti kamu sakit" Jennie menghentikan kegiatannya itu dan menatap adiknya.

"Gak lapar" ucapnya memelas.

"Kamu belum makan dari tadi loh, Unnie udah beliin kamu makanan. Unnie suapin ya" ia melembutkan nada bicaranya agar sang adik mengerti.

Ruby mengangguk pasrah menerima suapannya.

"Unnie lanjutin besok pagi aja sekarang kita pulang. liat tuh udah jam berapa!" Tunjuknya pada jam dinding.

Jennie bergeming dan mengabaikan adiknya itu.

"Ngerjain apa sih kok serius banget" gerutunya kemudian duduk di atas paha Jennie.

"Yaa Ruby jangan duduk disini, Unnie gak bisa ngeliat ini" resiko punya adik yang tubuhnya lebih tinggi daripada kakaknya.

Ruby menggeser sedikit duduknya kesamping.

"Nih udah keliatan kan" Jennie menghela napas lelah.

"Ini namanya apa Unnie kok ribet banget kata-katanya" ucapnya menatap layar laptop yang isi nya tidak ia mengerti itu.

"Proposal"

"Owh tapi sama kayak yang aku pelajari di sekolah bedanya aku tentang penelitian ilmiah gitu"

"Kalau itu namanya makalah nanti kalau kamu kerja di perusahaan namanya proposal usaha" Jelas Jennie dan ia balas dengan anggukan kecil.

"Jihyo Unnie" panggilnya. matanya terlihat sayu seperti menahan kantuk.

"Nee"

"Pulanglah Unnie sudah mengantuk" suruhnya. dia langsung menegakkan badannya lalu mengucek matanya.

"Tidak, aku tidak mengantuk" bantahnya saat Jennie menatapnya nyalang. Ruby mengikuti arah pandangannya itu.

"Jangan terlalu menurutinya kau juga butuh istirahat. Ayo kita pulang bareng, biar aja dia tinggal sendiri disini di gigit Kunti" Ruby beranjak dari duduknya lalu berjalan ke arah Jihyo. Jennie yang memang dasarnya penakut pun mulai terisak.

"Hiks ii jangan tinggalin Unnie sendiri" Ruby yang sudah berada di ambang pintu itu lantas berbalik ke arahnya lalu memeluknya.

"Unnie itu baru sembuh jadi jangan terlalu kelelahan nanti Unnie sakit lagi, kita pulang sekarang ya" Ruby melembutkan nada bicaranya. Jennie memang keras kepala maka ia lah yang harus mengalah.

Alasan lain ia menyuruhnya pulang karena sejak tadi ia melihat Jennie terus mengerutkan keningnya seperti menahan sakit di kepalanya.

Ruby membantunya membereskan barang-barangnya.

My Dear Sister ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang