27 | Dangerous

681 70 0
                                    

Sejak tadi gadis itu terus mondar mandir di depan pintu rumah, melipat tangannya di dada dengan satu tangan menggigit kukunya.

Terlihat raut khawatir di wajah mungilnya. ini sudah larut malam namun orang yang ditunggunya tak kunjung pulang.

Ia sudah beberapa kali menghubunginya tapi ponselnya sama sekali tidak bisa dihubungi ditambah lagi dengan hujan lebat di luar membuat perasaanya semakin cemas.

"Kemana sih kok belum pulang juga gak kayak biasanya sampai selarut ini" gerutunya sedikit kesal menatap jarum jam.

Suara derap langkah kaki terdengar samar-samar dibalik pintu depan membuat ia dengan cepat membuka pintunya berharap jika yang datang adalah seseorang yang ditunggunya.

Ceklek

"Unnie" gumamnya ketika melihat siapa yang datang.

"Eoh kau, apa yang kau lakukan tengah malam disini" gadis itu masuk melewatinya yang masih berdiri diambang pintu. Pakaiannya basah kuyup.

"Aku menunggu Jennie Unnie pulang" jawabnya membalas pertanyaan sang kakak.

"Jennie, dia belum pulang?

"Belum"

"Ah iya katanya tadi dia pulang sedikit larut karena ada beberapa berkas yang harus dikerjakannya" ia teringat jika Jennie tadi siang sempat mengatakan pada kakaknya kalau ia pulang terlambat malam ini.

"Tapi ini kan sudah terlalu malam Unnie, aku mengkhawatirkannya" anak itu seperti nya tidak tau jika si sulung sekarang sedang menatapnya dengan tatapan sendu. Ia juga ingin dikhawatirkan dan ditunggu pulang kerja tetapi ia sadar kesalahannya di masa lalu membuat jarak tercipta antara ia dengan si bungsu.

"Apa kau pernah mengkhawatirkan ku sekali saja ketika aku tidak pulang ke rumah" Ruby tersentak lalu menatap matanya yang memancarkan kesedihan disana sepertinya perkataannya barusan melukai perasaanya.

"Tentu saja aku mengkhawatirkan mu Unnie, karena kau adalah kakakku" Jisoo menundukkan kepala menahan sesak di dadanya dan menyembunyikan air mata yang siap terjatuh itu. Ia tidak ingin menangis dihadapan adiknya.

"Unnie kenapa?" Tanyanya khawatir ketika melihat Jisoo terus menundukkan kepalanya.

"Aku tidak apa-apa, kepalaku hanya sedikit pusing" dia mendongakkan kepalanya setelah ia dapat mengontrol air matanya.

"Benarkah? Kalau begitu istirahatlah di kamar jangan mandi dulu malam ini. Ganti baju saja" Jisoo tak menyangka jika hal itu dapat membuat adiknya panik bukan main, perasaanya menghangat begitu melihat si bungsu mengkhawatirkannya.

Ia mengangguk lalu beranjak ke atas dimana kamarnya berada. Sesuai dengan yang disuruh sang adik dia hanya mengganti baju lalu mengeringkan rambutnya yang basah.

Tok Tok Tok

Ruby kembali dengan segelas susu coklat panas ditangannya. ia melihat sang kakak yang tengah duduk di meja rias sedang menyisir rambutnya.

"Unnie minumlah, ini akan menghangatkan badanmu" Jisoo menerimanya sembari mengucapkan terimakasih.

"Unnie udah makan kan?" Jisoo mengangguk lalu membaringkan tubuhnya di kasur kebesarannya, menarik selimut tebalnya hingga menutupi bahunya.

"Good night" Ruby mengecup kening Jisoo sekilas lalu pergi keluar dari kamarnya. tanpa sadar setetes air mata lolos begitu saja dimatanya setelah mendapat perlakuan manis dari adiknya.

Ruby? Gadis itu memang sedang berada di kamarnya namun ia belum bisa menutup matanya. pikirannya terus saja memikirkan kakaknya satu lagi yang sampai hari ini belum juga pulang.

My Dear Sister ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang