38 | Revealed Truth

754 64 1
                                    

Ruby masih betah nginap di rumah Ryujin, untung gadis itu tinggal sendiri jadi dia bisa numpang lebih lama lagi. Alasan Ruby gak pulang bukan karena marah sama Jennie tapi karena dia gak pengen kakak kakaknya tahu kalau sekarang dirinya sedang sakit.

"Kau yakin ingin sekolah hari ini" tanya Ryujin kala melihat Ruby sedang memakai seragamnya.

"Hum, aku tidak ingin mereka curiga" jawabnya lalu beranjak keluar untuk sarapan.

"Loh by muka lo kenapa pucat banget sih" ucap Yeji panik mengambil tempat duduk disebelah Ruby.

"Kayak baru tahu aja lo, gue kan penyakitan" jawabnya lemas.

"Lo masih betah nginap di rumah Ryujin. Nanti kakak lo khawatir nyariin lo by" Ruby terdiam sejenak. Dia pengen pulang tapi kondisinya gak memungkinkan untuk itu dia milih buat sembunyi dulu.

Ryujin datang dari luar sambil megang handphone di tangannya kayaknya habis nelpon sama seseorang, raut wajahnya juga nampak panik.

"By kakak lo barusan nelpon gue. katanya Jennie Unnie hari ini masuk rumah sakit" ucapnya membuat Ruby cemas.

"Kalau gitu gue ke rumah sakit dulu. Lo izinin gue ke guru yang ngajar nanti" ujarnya lalu mengambil tasnya dan keluar dari kelas.

Ruby mengendarai mobilnya ke rumah sakit tempat biasa Jennie cuci darah. Sepanjang perjalanan dia tidak berhenti merapalkan doa, dia takut kondisi Jennie semakin memburuk.

Setelah sampai di rumah sakit Ruby gak sengaja ketemu sama ketiga kakaknya di bangku tunggu depan ruangan Jennie.

"Unnie, bagaimana dengan keadaan Jennie Unnie" Jisoo yang awalnya memilih mendiamkan si bontot gak jadi ketika melihat wajah pucat adiknya tak hanya itu tubuhnya kelihatan semakin kurus.

"Darimana saja kau" tanya Jisoo dingin.

"Sekolah Unnie" jawabnya dibuat santai. Jisoo yang ingin mengomel sang adik habis-habisan harus terhenti saat dokter keluar dari ruangan Jennie.

"Kondisi nona Jennie semakin memburuk. Dia harus segera di operasi karena satu ginjalnya tidak berfungsi lagi" jelasnya membuat ketiga kakaknya terhuyung kebelakang.

"Kalau begitu tunggu apalagi dok. Silahkan dioperasi jika itu jalan yang terbaik untuk kakak saya" ucap Ruby mewakili ketiga kakaknya yang masih shock dengan kondisi Jennie.

"Masalahnya sekarang rumah sakit tidak memiliki pendonor ginjal dan selain itu masih banyak pasien yang lebih dulu membutuhkan daripada nona Jennie" Ruby menghela napas panjang. Dia mengacak rambutnya frustasi.

"Kalau begitu bolehkah kami menjenguknya" tanya Ruby. Dokter itu mengangguk mempersilahkan keempat bersaudara itu masuk.

Jennie sudah sadar tapi tatapan gadis itu kosong menatap jendela. Entah apa yang dia pikirkan.

"Unnie" panggil Ruby duduk disebelah Jennie hingga mata mereka bertemu.

"Kemana saja kau, kenapa gak pulang aja selama-lamanya" ujarnya terlihat kesal dengan adik bungsunya itu. Sementara Ruby malah tersenyum melihat Jennie yang mengkhawatirkannya.

"bilang aja kangen sama aku makanya sampai drop kan" goda Ruby berhasil membuat Jennie salah tingkah. Memang benar jika dua hari belakangan ini pikirannya dipenuhi oleh adik nakalnya itu.

"Geer banget" tukas Jennie cemberut. Sedetik kemudian Jennie merasakan bibir hangat Ruby menyentuh pipinya.

"Sebentar lagi Unnie gak bakal ngerasain sakitnya lagi" ujarnya tulus memandang Jennie penuh kasih sayang.

*****

Besoknya Jennie sudah diperbolehkan pulang dan dokter menyuruhnya untuk istirahat total di rumah. Ruby udah udah balik ke rumah, sampai detik ini keempat kakaknya masih belum mengetahui kondisinya.

My Dear Sister ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang