Prolog

5K 392 12
                                    

00

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

00

     “Ah, seharusnya aku menginap saja tadi. Sudah malam begini tidak ada kendaraan yang lewat.”

     Seorang gadis tampak berjalan sendirian di jalanan yang sepi. Hanya ada pencahayaan dari lampu tiang jalanan yang menemani perjalanannya. Juga beberapa minimarket 24 jam.

     Setidaknya itu bisa membuatnya merasa lebih tenang dan aman. Karena kalau terjadi sesuatu padanya, dia masih bisa meminta bantuan.

     Gadis itu baru pulang dari rumah temannya untuk mengerjakan tugas bersama. Sebenarnya dia sudah ditawari untung menginap oleh sang teman. Tapi gadis ini menolak dengan alasan belum membereskan rumah dan besok masih hari sekolah. Tentunya dia harus bersiap-siap, kan?

     “Huft... ayo cepat pulang saja,” gumam gadis itu seraya membenahi posisi tasnya di punggung.

     Ya, dia ingin cepat-cepat karena jalan yang dia lewati mulai sepi karena tidak ada lagi minimarket yang buka 24 jam. Jadi kalau ada apa-apa, dia takkan bisa minta bantuan.

     Namun ketika dia memasuki sebuah gang kecil—kira-kira cukup untuk dimasuki mobil—diantara dua pertokoan yang tutup, dia melihat ada seseorang yang duduk bersandar di dinding. Sendirian dan berpakaian serba hitam.

     Eh, ada orang, batin gadis itu seraya memelankan langkahnya.

     Untuk sesaat gadis itu ragu untuk melewati orang yang dia duga adalah laki-laki. Dia bahkan berpikir untuk putar balik dan melewati jalan lain.

     Tapi jalan itu terlalu jauh, gadis ini mulai bimbang. Ah, tidak apa-apa, bukankah aku sudah punya persiapan?

     Diam-diam, gadis itu menyiapkan pisau lipatnya dan menekan nomor panggilan darurat untuk memanggil polisi di ponselnya. Untuk jaga-jaga kalau-kalau dia tidak bisa lolos dari orang yang tidak dia ketahui sedang tidur atau apa disana.

     Baiklah, aku siap.

     Gadis itu mulai berjalan kembali dengan tenang seolah-olah tidak ada sosok itu di tengah jalan. Berusaha untuk tidak peduli atau bahkan melirik.

     Tapi ketidakpedulian itu runtuh seketika saat sosok itu mendongak padanya secara tiba-tiba karena terusik oleh suara langkah kaki gadis itu. Tanpa sengaja menarik perhatian si gadis padanya.

     Pandangan mereka pun bertemu. Namun dengan sorot yang berbeda.

     Gadis itu memandang terkejut pada sosok itu yang menatapnya sayu. Mungkin dia kesulitan membuka mata karena mungkin tadi hampir tidak sadarkan diri. Di wajahnya juga terdapat luka-luka yang cukup memprihatinkan. Bahkan darah segar tampak masih mengalir dari lukanya.

     “A-astaga!”

     Gadis itu akhirnya gagal mengabaikan sosok itu. Dia berhenti di depan sosok itu lalu membuka tas sekolahnya. Dia tampak mengeluarkan sebuah kotak kecil dari sana.

Take Me to Heaven [ Jay ENHYPEN ] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang