22. Reality

916 118 9
                                    

"Ugghhh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ugghhh..."

Mata Kanna terasa berat. Tapi dia mencoba untuk membukanya dengan paksa. Meski akhirnya dia mendapat pandangan buram.

"Dimana..." Tangan kiri Kanna memegangi kepalanya yang terasa pening. Sementara tangan kanannya berusaha menyangga tubuhnya yang ditutupi selimut.

"Eh, selimut?!"

Kanna buru-buru menunduk. Mendapati selembar selimut putih yang kini berantakan di pangkuannya karena pergerakannya tadi.

Segera saja Kanna mengedarkan pandangannya. Dia saat ini tengah berada di sebuah kamar tidur dengan nuansa warna biru muda. Lengkap dengan lemari pakaian, meja rias, meja komputer, sejumlah polaroid yang tergantung diatasnya, dan poster idola kesayangannya.

"Eh, ini kamarku... yang ada di rumah Papa?" gumam Kanna dengan ekspresi tidak percaya. "Kenapa tiba-tiba aku ada disini? Bagaimana bisa?"

Seharusnya, Kanna senang dia sudah berada di tempat dimana dia seharusnya berada. Akan tetapi, perasaan janggalnya tidak bisa dia abaikan begitu saja hanya dengan kegembiraan itu.

Bukankah sebelumnya, dia sedang dalam perjalanan pulang ke appartnya bersama Jake? Ketika tiba-tiba sekelompok orang asing menyerang mereka.

"Ah! Kak Jake! Dimana Kak Jake?!"

Buru-buru Kanna bergerak ke sisi ranjang. Di bawahnya, sudah ada sandal berbulu putih yang Kanna ingat, merupakan sandal favoritnya.

"Sandal ini juga..."

Cklek!

"Oh, kau sudah bangun?"

Perhatian Kanna tercuri ke arah pintu masuk. Disana, Jay tampak membawa sebuah nampan berisi sepiring makanan dan segelas air putih dengan tangan kanannya. Sementara tangan kirinya membuka kenop pintu.

"Kak Jongseong..."

Jay tersenyum cerah sembari menutup pintu dan menghampiri Kanna yang tampak terkejut dengan kehadirannya. Kemudian duduk di sebelahnya setelah meletakkan nampan yang dibawanya ke nakas.

"Bagaimana keadaanmu? Ada yang masih sakit?" tanya Jay. Tangan kanannya mengusap pelan puncak kepala Kanna dengan hati-hati.

Untuk sesaat Kanna merasa nyaman dengan usapan itu. Akan tetapi, menilik pertanyaan Jay barusan membuat Kanna merasa aneh.

"Aku sakit?" tanya Kanna seraya menunjuk dirinya sendiri. "Ah, ya, Kak! Kak Jake! Semalam Kak Jake diserang oleh orang-orang berpakaian hitam. Lalu aku dibawa oleh mereka dengan mobil van. Kemudian..."

Ocehan Kanna seketika terhenti. Entah karena ekspresi Jay yang sulit dibaca saat dia menceritakan kejadian naas yang menimpanya dan Jake semalam, atau karena sesuatu yang baru dia sadari.

Take Me to Heaven [ Jay ENHYPEN ] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang