20. Jay's Decision

928 127 1
                                    

"Ughh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ughh..."

Jay dapat merasakan warna putih yang amat terang menusuk kelopak matanya. Memaksanya untuk terbuka dan menghadapi warna putih tersebut yang ternyata berasal dari lampu neon ruangan dan cat dinding putih rumah sakit.

Jay telah mendapatkan kesadarannya setelah hampir seharian pingsan. Dia tahu itu saat dia sedikit menoleh ke jendela dan mendapati warna hitam gelap di luar sana.

Rupanya hari sudah malam tanpa dia sadari.

"Aku pingsan... lama sekali," gumamnya sambil kembali menatap ke langit-langit kamar. "Badanku... rasanya seperti hancur."

Jay masih ingat di bagian mana saja yang dipukuli oleh Jake. Dan sekarang bagian tubuh tersebut sudah dibalut perban. Menyisakan rasa nyeri kaku saat coba dipakai bergerak.

"Kayaknya parah..." kata Jay pada dirinya sendiri.

"Nnngghhh... Kak? Sudah bangun?"

"Huh?"

Perhatian Jay tercuri ke sisi lain ruangan. Sepasang mata elangnya mendapati Kanna yang terbangun dari tidurnya di sofa panjang. Sepertinya terbangun gara-gara gumaman Jay barusan.

"Kanna?" panggil Jay, tidak sadar kalau ada Kanna juga di ruangannya. "Kau..."

"Kak Jongseong, kenapa nggak bilang dari dulu?" potong Kanna sembari mengucek sebelah matanya. "Kenapa Kakak nggak jujur?"

Deg!

Jay membisu. Jantungnya berdetak tiga kali lebih cepat dari biasanya dengan Kanna memanggilnya dengan embel-embel 'Kak'.

A-apa ini? Dia udah tau? batin Jay dengan ekspresi terkejut.

"Kak... kau nggak tahu betapa aku dan Papa sangat merindukanmu?" tanya Kanna sembari bangkit dari tempatnya dan menghampiri kursi pengunjung yang ada di sebelah ranjang Jay. "Kau nggak tahu, betapa stress-nya Papa karena mikirin Kakak yang kabur dari rumah?"

"Papa..." lirih Jay dengan suara yang hampir tak keluar. Mulai mengingat sosok pria paruh baya yang sudah beberapa tahun dia tinggalkan.

Tap! Tap! Tap!

Kanna beranjak berdiri dari posisinya, kemudian berjalan menghampiri Jay yang masih terpaku membisu.

Sebenarnya Kanna sendiri juga tak tahu harus bereaksi bagaimana. Orang yang selama ini dicarinya ternyata ada bersamanya. Dan melihat dari reaksi Jay sekarang ini, sepertinya dia memang sadar kalau Kanna adalah adiknya.

"Kau juga... kenapa nggak jujur kalau kau adalah kakakku?"

Jay mendongak, mendapati Kanna yang sudah sampai di sisi lain ranjangnya dengan mata berkaca-kaca.

Tapi Jay sama sekali tak bersuara. Tidak ada sepatah kata pun keluar dari bibirnya.

"Kau boleh nggak menjawab pertanyaanku barusan," kata Kanna tiba-tiba, memecah keheningan sesaat. "Karena aku tahu alasanmu pergi dari rumah."

Take Me to Heaven [ Jay ENHYPEN ] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang