13. Pay the Guilt

1.2K 200 9
                                    

"Nggak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Nggak. Aku nggak bisa seperti itu."

"Eh?" Kanna mendongak, mempertemukan netra Jay yang menatapnya sayu. Ada raut wajah sedih yang terpampang jelas disana.

"Tidak ada yang tidak bisa menghentikanku, Kanna. Termasuk kau sekalipun," lanjut Jay. "Aku sudah bertekad ingin menjagamu. Jadi mana mungkin aku melakukan apa yang kau suruh itu? Yang jelas-jelas berkata kalau aku harus menjauhimu? Jangan bodoh."

Kanna tertegun. Menjaga? Jay ingin menjaganya?

"Kenapa?" Tanpa sadar Kanna bertanya. "Jay, kau nggak sepantasnya begini untukku. Kita bukan dua orang dengan hubungan yang sangat dekat. Kita hanya akan berpapasan."

"Itu tidak akan terjadi." Jay menggeleng tegas. "Aku bukan orang yang hanya melintas di dalam kehidupanmu. Begitu pula denganmu yang hadir dalam hidupku. Pertemuan kita ini adalah takdir, Kanna!"

Kanna menggeleng pelan. Makin dibuat tidak mengerti saja dengan ucapan Jay yang menurutnya melantur sekali. Tapi ekspresinya tampak sungguh-sungguh.

Aish, kenapa Kanna jadi tidak tega melihatnya?

"Jay, dengarkan aku," kata Kanna lagi. Kali ini lebih lembut dan tenang. "Jangan berlebihan. Suatu hari aku akan pergi darimu. Kalau kau begini terus, nanti ada yang bisa terluka."

"Aku akan ikut denganmu kemana pun kau pergi," sahut Jay cepat. "Aku ingin menjagamu dari tangan-tangan kotor itu. Aku tahu mungkin ini bagimu terdengar aneh karena kita masih sama-sama orang asing yang baru bertemu."

"Tapi aku yakin, kalau keinginanku untuk menjagamu adalah sesuatu yang benar dan itu tidak memandang status kita sekarang ini. Keinginan itu juga sudah tumbuh sejak kau mengobatiku di gang itu."

Kanna tiba-tiba merasa sesak. Mendengar semua ungkapan Jay yang amat bersikeras untuknya.

Sesak juga... takut dengan tekad keras Jay.

"Enggak, kau salah," tepis Kanna. "Aku sudah mencampakkanmu saat Sunghoon memukulimu, agar aku bisa selamat darinya meskipun akhirnya tidak. Apa kau nggak sadar itu? Aku nggak mau menerima kebaikanmu lebih dari ini. Kau juga tidak perlu membalas kebaikanku saat itu."

Kanna berhenti sebentar, mengambil jeda baru kemudian melanjutkan.

"Ya, aku berterima kasih untuk niat baikmu ini. Tapi aku nggak bisa menerimanya, Jay. Tolong mengertilah perasaan bersalahku. Kau juga bukan siapa-siapa untukku. Kenapa kau ngotot sekali, sih?"

"Aku hanya berpikir saat itu kau sedang kalut saja," jawab Jay cepat, mengabaikan sebagian kalimat Kanna. "Aku mengerti perasaanmu saat itu."

Kanna meremas kuat ujung pakaiannya. Dia benar-benar kehabisan kata untuk menentang Jay. "Kau..."

"Kanna, tolong hentikan!"

Deg!

Kanna tersentak. Tiba-tiba saja Jay meninggikan suaranya dengan ekspresi keras. Tatapannya yang tajam menghunjam mata bulat milik Kanna.

Take Me to Heaven [ Jay ENHYPEN ] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang