15. Start to Believe

1K 169 24
                                    

"Ahh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ahh... hiks, hiks..."

"Sudah, sudah... nggak apa-apa. Dia sudah pergi. Jangan takut."

Kanna menggeleng. Dengan gemetar, kedua tangannya memeluk lututnya yang ditekuk. Wajahnya disembunyikan disana sambil terus terisak ketakutan.

Sementara Jay berlutut di depannya sembari berusaha menenangkannya tanpa berani menyentuhnya sedikit pun. Hanya menyodorkan sebotol air mineral yang dibelinya di di toko yang berada tak jauh dari lokasi mereka sekarang.

Saat ini mereka berdua tengah duduk di emperan toko yang sepertinya tutup lebih awal dibanding toko lain. Jadi, Jay masih bisa mendapatkan minum di tempat lain itu.

Kanna sepertinya sangat shock akan kejadian ini. Menandakan kalau dia ternyata belum sepenuhnya sembuh.

Inilah alasan kenapa Jay tidak mau menyentuhnya. Dia juga takut kalau trauma gadis itu akan kambuh jika dia nekat.

Nanti... Kanna malah akan menjauh dan takut padanya. Jay tidak mau itu terjadi.

Siapa bajingan yang membuat Kanna jadi begini? batin Jay sedih dan kesal yang bercampur jadi satu. Aku tidak bisa mengejarnya tadi. Aku harus mencarinya secepatnya.

Tentu saja. Jay lebih mementingkan Kanna yang jatuh terduduk di tanah daripada penculik yang langsung kabur setelah jatuh terjerembab karena ditendangnya.

Akan tetapi, untuk sesaat pandangannya dengan si penculik bertemu saat Jay hendak melayangkan bogeman ke muka penculik yang sebagian ditutupi oleh masker.

Tatapannya terlihat seperti tertegun dan shock. Jay tak terlalu ingat bagaimana bentuk matanya karena dia sudah merasa kesal dan marah duluan. Dia tidak terlalu memedulikannya.

Tapi kenapa dia menatapku begitu? batin Jay heran. Sdetik kemudian, dia menggeleng kecil. Huh, mungkin itu karena dia takut padaku.

"Maaf... maafkan aku..."

"Eh?" Lamunan Jay buyar seketika saat mendengar lirih minta maaf dari Kanna.

"Se-seharusnya aku menurutimu..." lirih Kanna lagi, masih belum mau mendongakkan wajahnya. "...a-aku mencoba kabur darimu... aku mencoba... untuk menghindarimu... dengan pulang ke kota asalku..."

"Shh... sudah, sudahlah..." hibur Jay. "Sudah kubilang kalau apapun yang kau lakukan untuk bertahan hidup itu manusiawi. Aku tidak pernah menyalahkanmu, Kanna. Kau tidak salah sama sekali. Aku memahamimu."

Kanna tiba-tiba mengangkat pandangannya. Mempertemukan pandangannya yang buram karena air mata ke netra elang Jay yang menatapnya dengan ekspresi sedih.

"Tapi... karma ini..."

"Hei, kau ini bicara apa, hm?" potong Jay cepat. "Karma apanya? Yang terjadi ini hanya karena kebetulan saja. Daerah ini mungkin memang rawan penculikkan. Tidak ada hubungannya dengan karma atau semacamnya."

Take Me to Heaven [ Jay ENHYPEN ] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang