2. DDJ- Wasiat Kakek

5.7K 425 150
                                    

Vote dan komennya ditunggu, bestie:)
Jeruk dulu,

🍊🍊

Hari berikutnya Dimas diperbolehkan pulang saat dirasa kepalanya sudah mendingan. Pria itu kini tengah tertidur setelah sarapan pagi tadi. Beliau bilang, tubuhnya masih terasa sedikit lelah dan pegal. Lina sudah memijat lengan dan kakinya tadi. Jadi, Dimas bisa tidur pulas sekarang.

Hari ini Lina ada kelas jam 10 pagi. Karena ini sudah jam 8, Lina memilih untuk mandi terlebih dahulu. Lebih baik dia mandi sekarang agar bisa bersantai daripada nanti-nanti yang malah akan membuatnya jadi terburu-buru.

Setelah selesai acara mandi dan segala ritual yang Lina lakukan, gadis itu sekarang sedang bergelut dengan make up nya. Biar bagaimana pun juga, Lina ini lumayan populer di kampusnya.

Wajahnya yang cantik, imut dan tubuhnya yang seksi selalu membuat pria menyukainya. Banyak juga perempuan yang merasa iri, tapi ada juga yang sirik kepadanya. Lina tidak peduli, biarlah urusan mereka mau membenci atau tidak, yang penting dia tidak melakukan kesalahan apapun. Mereka benci karena dirinya cantik, kan?

"Sentuhan terakhir buat bibir seksi gue." Lina mengambil lipbalm lalu mengoleskannya pada bibir. Setelah selesai, Lina menyempatkan untuk berfoto sebentar.

Matanya melirik bingkai foto yang terdapat gambar Lina dan Kakeknya yang sedang memegang seekor ikan berukuran lumayan besar. Itu salah satu pengalaman Lina saat memancing dengan kakeknya.

"Kakek tenang di sana, ya? Lina baik-baik aja di sini." kata Lina seolah foto kakek memang mendengarnya.

Kemarin, adalah hari pemakaman kakeknya. Lumayan banyak yang melayat karena kakeknya memang memiliki banyak rekan.

Tidak mau make up nya terhapus karena air mata, Lina segera pergi sebelum butiran bening itu mengalir kembali. Sekarang sudah hampir jam setengah 10. Meskipun mandi dari jam 8 lebih, tetap saja. Lina itu tergolong manusia terlalu santai.

Makanya dia diberi julukan oleh dosennya "Mahasiswi Telatan".

"Kelamaan lo, setan!" teriak Vanya. Sebagai sahabat Lina yang selalu menghargai waktu, Vanya sering sekali memarahi gadis itu agar jangan terlalu menyelepekan waktu.

"Siapa suruh dateng gak bilang-bilang." balas Lina acuh. Dia masuk ke dalam mobil milik Vanya dengan anggunnya. Bahkan Vanya berdecak karena sahabatnya yang satu ini benar-benar sok cantik sekali. Walau sebenarnya memang cantik.

"Kecut amat muka lo. Kenapa?" tanya Lina sembari menata kembali rambut lurusnya.

"Ck, biasa bokap."

"Kayanya lo harus lapor polisi, deh, Pan. Bapak lo itu udah kelewatan!" omel Lina.

"Percuma, Len, dia nggak akan kapok dan nggak bakal tobat. Waktu itu gue udah laporin, tapi apa? Bokap gue tetep nggak di tahan." balas Vanya tak kalah kesal.

Bersahabat dengan Vanya selama 16 tahun membuat Lina hafal betul sifat gadis itu. Vanya itu bisa dibilang perempuan tangguh dan keras kepala. Dia selalu mengikuti apa kata hatinya sendiri. Terkadang tidak mau mendengarkan perkataan orang lain.

Tapi meskipun begitu, Vanya tetaplah seorang perempuan. Mau sekuat dan setangguh apapun fisiknya, tetap saja. Hati perempuan itu lembut. Bahkan Vanya menjadi seperti ini karena ayahnya sendiri yang selalu memperlakuannya dengan kasar.

Dear, Dosen Julid.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang