15. DDJ- Amarah

3.8K 302 17
                                    

🍊🍊🍊

"Tapi, Mas. Cewek tadi hina---"

"Diam!"

Arsen membawa gadis itu pergi dari kampus. Sedangkan Lina berusaha untuk menahan air matanya yang hendak mengalir. Dia tidak terima Gita berbicara seperti itu tentang papanya, yang seolah-olah menjual dirinya demi melunasi hutang. Dimas bukanlah orang tua yang seperti itu. Dia begitu mencintai anaknya lebih dari apapun.

Ditambah lagi yang membuatnya sedih, Arsen terlalu kuat mencengkeram pergelangan tangannya. Lina sesekali meringis sakit namun dia tahan.

Keadaan kampus sudah lumayan sepi jadi mungkin tidak ada yang melihat kejadian barusan. Sesampainya di parkiran, Arsen langsung menyuruh Lina untuk masuk mobil. Di sini Lina hanya bisa menurut.

Di sisi lain. Iqbal mengejar Arsen dan Lina yang sayangnya mereka sudah pergi dari sana. Sedari tadi cowok dengan otak lemotnya itu hanya diam. Bukannya tidak mau membela Lina, hanya saja dia bingung karena tiba-tiba Arsen datang dan langsung menarik sahabatnya itu. Dia juga sedikit tidak tega pada Gita yang sehabis ditampar kemudian ditinggalkan begitu saja.

Alhasil Iqbal hanya bisa membantunya dengan sebuah kalimat,

"Maafin temen saya, kak  karena udah nampar Kak Gita. Tapi Kak Gita nyolot, sih. Kak Gita yang salah pokoknya. Saya permisi dulu!"

Seperti itulah. Iqbal membantu Lina untuk menyampaikan perkataan maaf atas kekerasan kecil itu.

Kini dia bingung harus melakukan apa. Andai Arsen bukan dosennya, sudah pasti dia akan mencegah lelaki itu untuk membawa Lina kemudian mengajaknya baku hantam. Namun, nyali Iqbal tidak sebesar itu. Kalau pun Arsen bukan dosennya juga sepertinya cara seperti itu sudah salah.

"Ck. Pak Arsen main tangan nggak, ya? Lagian aneh banget jadi suami bukannya ditanyain dulu ada masalah apa. Malah main melotot udah kek kemasukan annabelle aja," gerutu Iqbal kesal sendiri. Kurang gercep kamu, Bal.

Karena dirinya lah satu-satunya saksi mata yang ada, Iqbal menghampiri motornya dan pergi ke apartemen Arsen setelah tadi sempat bertanya pada Bayu. Jangan heran kenapa dia malah bertanya dengan lelaki itu. Karena Bayu pernah mengantar Lina ke apartemen Arsen, dan Bayu juga satu-satunya kawan mereka yang tahu segalanya. Haha.

Bayu bisa diandalkan makanya Iqbal selalu bertanya pada lelaki itu.

Motornya melaju dengan cepat. Dia tidak akan diam saja dan membuat sahabatnya sedih karena ulah Mak Lampir cantik yang tadi. Iqbal akan membantu menjelaskan pada Arsen mengenai hal yang barusan terjadi.

Tidak butuh waktu lama karena dia berkendara seperti setan dan ugal-ugalan. Sampai di apartemen, Iqbal langsung menuju lantai lima di mana Arsen dan Lina tinggal.

Pintu lift sudah terbuka. Iqbal terlihat sangat buru-buru. Lelaki itu kemudian menekan bel berulang-ulang. Sebelum itu Iqbal juga harus menyiapkan mental dan kata-kata yang tepat untuk dia utarakan pada Arsenio seorang. Karena bagaimanapun juga pasti nanti dia akan kalah dengan dosen yang satu ini.

"Lama banget bukanya,"

Setelah beberapa lama menunggu, akhirnya pintu itu terbuka. Yang membuka bukan Arsen, melainkan Lina. Wajah gadis itu terlihat datar-datar saja dengan mata yang masih memerah sehabis menangis.

Tanpa memperdulikan jika dirinya sudah punya suami, Lina langsung memeluk tubuh tinggi Iqbal setelah dia keluar. Bukan modus, Lina hanya butuh sandaran saat ini. Iqbal adalah sahabatnya. Dan seorang sahabat harus ada di saat sahabat lainnya sedang membutuhkan bantuan bukan?

Iqbal dengan ragu membalas pelukan Lina. Bukan sekali dua kali Lina memeluk dirinya. Bahkan sering karena Lina sangat suka pelukan yang hangat. Tapi, sekarang posisinya Lina sudah bersuami. 'Kan, tidak enak jika ada tetangga yang melihatnya.

Dear, Dosen Julid.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang