VOTE!!
Kalian jangan jadi pembaca gelap, dong:)
Pengen banget liat keantusiasan kalian baca cerita ini.Vote sama komen jangan lupa pokoknya!!
Pagi cerah seperti biasanya. Bedanya, Arsen tidak dapat menikmati kicauan burung seperti di film-film, karena dirinya tinggal di sebuah apartemen jadi tidak ada burung yang mau mampir ke sana. Lelaki itu sudah lebih sehat dari kemarin. Dan sekarang dia sedang bersiap-siap untuk pergi ke kampus. Kemarin dua hari dia izin dan tidak sabar untuk menyapa anak muridnya. Antara senang, dan ngenes, biasanya itu yang mahasiswa rasakan ketika ada Arsen di kelasnya.
Senang karena bisa melihat wajah tampan Arsen, bagi mahasiswi. Dan ngenes karena dosennya itu terlalu galak dan tegas apa bila mereka tidak mengumpulkan tugasnya.
"Kamu beneran nggak mau berangkat bareng saya?" tanya Arsen, tangannya sibuk memakaikan dasi di lehernya. Sebenarnya dia ingin dipakaikan dasi oleh Lina agar terlihat manis seperti di film-film, tapi sayangnya Lina tidak bisa. Huh!
"Nggak. Mobil kamu bau stella jeruk. Bisa pingsan aku," jawab Lina. Gadis itu baru selesai mandi dan sekarang sedang memilih pakaian yang cocok untuk hari ini. Lina tidak bodoh, dia sudah memakai pakaian yang tadi sehingga begitu dia keluar Arsen tidak perlu melihat dirinya yang hanya mengenakan handuk. Bisa khilaf nanti.
Padahal, 'kan, sudah sah. Mana ada khilaf soal gituan.
"Lebay banget. Segitu nggak sukanya kamu sama stella jeruk?" cibir Arsen, langsung mendapat pelototan tajam dari Lina.
"Aku nggak lebay, ya! Aku dari dulu emang muak sama pewangi rasa jeruk. Gak tau kenapa! Kalo nggak percaya tanya aja sama papa!" jawab Lina dengan nada yang sudah tidak bersahabat.
Arsen terkekeh, "Iya, iya. Jangan marah-marah terus dong. Cepet tua nanti jelek. Saya nggak suka,"
"Oh, biarin. Biarin aku jelek biar kita bisa cepet-cepet cer---" Lina menjeda ucapannya. Entah kenapa kata 'cerai' yang tadi hendak dia ucapkan, terasa sedikit menyakitkan untuk diutarakan. Dia mungkin tidak mencintai Arsen, atau lebih tepatnya belum. Tapi bukan berarti dia menginginkan untuk bercerai dengan lelaki itu.
"Cer apa? Cerai? Kamu mau cerai kalau kamu udah jelek?" tanya Arsen. Wajahnya terlihat santai karena dia tahu Lina hanya bercanda saja.
"Nggak."
"Nggak akan bisa, Ellina. Kamu nggak hanya cantik fisiknya doang. Tapi hatinya juga cantik," kata Arsen. Sekarang lelaki itu sudah siap dengan dasinya.
"Emang Mas Arsen udah pernah lihat kalau hati aku cantik?" tanya Lina tak mengerti.
Arsen mengangguk. "Meskipun belum lihat semuanya, setidaknya saya sudah merasakan kalau hati kamu itu secantik rupa kamu. Walaupun kamu memang sedikit menyebalkan dan berisik, tapi tidak ayal kalau kamu juga masih punya attitude yang bagus. Kamu penurut, suka membantu dan yang terpenting, kamu sholehah. Saya sering dengar dari papa kamu kalau kamu rajin shalat," jelas Arsen panjang lebar.
"Penurut dan suka membantu? Tahu dari mana?"
"Saya itu dosen kamu di kampus, dan banyak yang bilang juga kalau kita ini udah kaya Tom and Jerry versi manusia. Jadi saya sudah mengenal kamu sebelum kita menikah, saya juga sudah tahu kelakuan kamu di sana, Ellina. Intinya saya sudah hafal dengan sifat kamu," jawab Arsen lagi kali ini tersenyum lebar membuat Lina hampir saja ikut tersenyum sebelum akhirnya dia tersadar.
"Pinter banget, ya, omongan buaya," cibir Lina. Meskipun dia sedikit baper dengan perkataan Arsen beberapa detik yang lalu, tetap saja rasa gengsinya itu membuat dia malu untuk menunjukkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Dosen Julid.
RomansaMas Arsen itu Dosen. Tapi nyebelinnya melebihi karakter Abang Roy di kartun upin & ipin! Semua ini karena perjodohan! Ellina Margaretha, harus menerima perjodohan menyebalkan karena wasiat kakeknya. Juga, permintaan ayahnya yang ingin melihat Sang A...