30. DDJ- Julid is number one

2.7K 253 57
                                    

JANGAN LUPA VOTE DAN KOMENTAR SESUAI ISI CERITA YA!!

itu salah satu syarat biar cpt up hwhw🗿
Sorii kalau lamaa

🍊🍊🍊

Sudah hampir satu tahun semenjak pernikahan Arsen dan Lina. Dan dalam empat bulan terakhir pula Gita terkadang masih mencari perhatian ke Arsen. Arsen sendiri tidak tahu bagaimana kelanjutan kisah Gita setelah hamil. Yang jelas pada malam itu, di saat dia di rumah sendirian, Gita tiba-tiba saja datang dan menangis hebat.

Wanita itu menceritakan tentang dirinya yang baru saja dipukuli Sang Ayah lantaran tahu anaknya hamil diluar nikah. Juga karena, ayah dari janin itu tidak mau bertanggung jawab dan entah pergi ke mana. Arsen memang sedikit mengetahui sifat ayah Gita yang terkadang main tangan pada siapapun jika dirinya sudah marah besar.

Malam itu Arsen hanya bisa menenangkan Gita. Untungnya Lina menjaga Vanya di rumah sakit yang pada saat itu Vanya dirawat tiga hari lantaran penyakit lambungnya kumat jadi Arsen tidak perlu khawatir Lina akan marah karena melihat Gita di rumah.

Dan sejak saat itu Arsen pun menegaskan Gita untuk jangan pernah ke rumahnya sekali lagi. Cukup hari itu saja. Beruntung, Gita menurut dan sekarang mereka terkadang hanya saling kontak lewat pesan. Ah, ralat. Bukan mereka tapi hanya Gita saja yang sering mengirim pesan pada Arsen. Arsen sendiri tentu tidak merespon jika tidak penting.

Dan sekarang, istrinya itu sedang begadang untuk menyelesaikan skripsi tahun ini. Arsen tidak berniat membantu, biarlah perempuan itu lulus dengan caranya sendiri. Arsen hanya membantu sedikit jika ada yang Lina tidak bisa. Dia juga selalu memperingatkan Lina untuk jangan terlalu sering hanya karena menyelesaikan skripsi.

Tapi memang pada dasarnya Lina itu keras kepala. Dia hanya menurut di minggu pertama saja. Setelahnya dia menjadi lebih sibuk dan sering begadang.

"Udah jam sebelas malam, Lina. Tidur. Itu bisa dikerjakan besok!" ujar Arsen sedikit meninggikan suaranya, berharap kali ini Lina menurut.

Sekarang Arsen sedikit mengetahui tentang Lina. Istrinya itu jika sedang sibuk dan dikejar deadline pasti tampilannya acak-acakan ketika di rumah. Dan sepertinya Arsen ingat kalau sore tadi Lina belum mandi. Perempuan itu terlalu sibuk dengan buku-bukunya.

Padahal jika dipikir-pikir, dulu dirinya tidak separah ini ketika masih kuliah.

"Bentar, Mas. Nanggung ini. Mas Arsen jangan ngomong dulu nanti aku jadi lupa mau nulis apa," jawab Lina diakhiri dengan menguap.

Arsen menghela nafasnya berat. Tidak tega melihat istrinya. "Saya tahu membuat skripsi itu susah. Tapi jangan sampai kamu sakit hanya karena menulis ini. Tidur yang cukup, jangan bergadang terus. Kamu akhir-akhir keseringan begadang, Lina. Nggak boleh gini, saya nggak suka," ucap Arsen mencoba menasehati istrinya.

Lina mengangguk kecil. "Iya, maaf. Aku stress. Iqbal yang pas-pas'an aja udah lolos. Masa iya aku nggak lolos dari minggu kemarin. Ck!"

"Itu tandanya kamu masih butuh banyak belajar. Iqbal lolos mungkin dia sudah belajar dengan giat. Dan memang mungkin rezeki dia didatangkan secepat itu," balas Arsen.

"Udah ayo tidur. Besok nanti saya bantu," lanjutnya seketika membuat Lina tersenyum lebar.

"Serius?!"

Arsen mengangguk.

"Oke. Kalau Mas bohong, nanti uang bulanan aku naik dua kali lipat! Valid no debat!" ancam Lina yang lagi-lagi dianggukki suaminya.

Lina tentu merasa senang. Dia kemudian berlari menuju kasur dan menjatuhkan tubuhnya di atas benda empuk itu. Karena pada dasarnya dia memang sudah mengantuk akhirnya Lina dapat terlelap dengan cepat. Arsen hanya tersenyum. Dia ikut berbarik di belakang tubuh Lina dan memeluknya.

Dear, Dosen Julid.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang