Aseeek dobel up!!
Sebenarnya mau sekalian sama yang tadi, tapi sinyalnya jelek banget jdi muter² trs:(Makasih buat kalian yang setia sama cerita absurd ini🙂❤lopek lopek buan kelen♡
Jangan lupa untuk spam komen dan klik bintang ☆
Happy Reading!!
🍊🍊🍊
Menyebalkan memang. Pagi ini Lina terlihat lelah sekali. Semalam Arsen benar-benar bukan seperti Arsen yang lembut dan juga hangat. Ya, semalam memang hangat tapi tidak ada kelembutan sama sekali. Omong kosong yang pria itu ucapkan tidak ada gunanya.
"Udah tau paginya gue ada kelas. Ngaco banget tuh bapak-bapak satu," gerutu Lina merasa kesal. Jam depalan ini dia ada kelasnya Pak Darrel. Apa lagi hari ini Vanya menjemputnya.
Lina hanya tidak mau Vanya curiga karena cara berjalannya terlihat berbeda. Sebenarnya dia tidak perlu khawatir karena Vanya pasti akan memakluminya. Tapi bukan itu yang dikhawatirkan Lina, dia hanya malas jika mendengar ledekan dari sahabat-sahabatnya. Terutama Iqbal dan Bayu. Kedua curut itu pasti akan menggodanya habis-habisan.
"MAS ARSEN AKU BERANGKAT DULU! VANYA UDAH NUNGGU DI BAWAH!" teriak Lina tanpa mau menemui suaminya itu. Lina tahu ini tidak sopan. Tapi mau bagaimana lagi? Dia malu untuk melihat Arsen, kejadian semalam lah yang membuat dia enggan menemui pria itu.
"KESINI DULU! JANGAN TERIAK, NGGAK SOPAN!" balas Arsen ikut berteriak.
Lina menghela nafasnya kasar. Dia berjalan dengan pelan menghampiri Arsen yang hari ini memang sedang libur. Lina duduk di kursi menghadap Arsen.
"Berangkat sama Vanya?" tanya Arsen sembari mengoleskan selai pada roti tawarnya.
"Iya," jawab Lina malas.
Arsen tersenyum penuh arti. Dia memaklumi Lina yang terlihat kesal padanya. "Maafin saya soal semalam. Kamu enak, sih, jadi saya lepas kendali,"
Lina melotot mendengar itu. "Ih! Apa, sih, Mas! Jorok banget ngomongnya?!" sentak gadis--ah ralat. Sentak wanita itu sembari menggebrak kecil meja makan.
Arsen hanya tertawa kecil. Dia kemudian memberikan dua lapis roti berisi selai coklat kepada Lina. Mengingat istrinya itu belum sempat sarapan tadi. "Sarapan dulu. Ngambek juga butuh tenaga,"
"Nyenyenye!" Lina mencibir.
"Nyenyenye!" Arsen mengikuti. Pria itu kemudian terkekeh melihat wajah Lina kembali cemberut.
"Cepetan dimakan. Katanya Vanya udah nunggu di bawah? Atau mau dijadikan bekal aja?"
Lina menggeleng sembari menggigit rotinya. "Nggak usah. Aku makan aja sekarang,"
Arsen hanya mengangguk. Dia memperhatikan Lina yang makan dengan tenang meskipun wajahnya tertekuk kesal. Diperhatikan seperti itu membuat Ellina salah tingkah dia berdeham berharap Arsen peka akan kodenya ini. Tapi nyatanya Arsen tak bereaksi apapun, pria itu malah mengambilkan air mineral karena mengira Lina tersedak.
"Bagus deh. Seenggaknya dia gak ngeliatin gue terus!" batin Lina.
Dia meminum airnya hingga tandas setelah roti tadi ia habiskan. Lina mengambil tisu lalu mengelap sedikit area bibirnya. Kemudian matanya melirik Arsen yang entah kenapa pria itu terus menatapnya begitu intens. Percayalah, ditatap begitu intens oleh laki-laki --apalagi suaminya-- sangatlah membuat diri ini salah tingkah. Apalagi Lina termasuk masih di jajaran pengantin baru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Dosen Julid.
RomanceMas Arsen itu Dosen. Tapi nyebelinnya melebihi karakter Abang Roy di kartun upin & ipin! Semua ini karena perjodohan! Ellina Margaretha, harus menerima perjodohan menyebalkan karena wasiat kakeknya. Juga, permintaan ayahnya yang ingin melihat Sang A...