6.DDJ- D-Day

4.6K 327 1
                                    

D-Day.

Gaun pernikahan mewah sudah Lina kenakan. Dia sekarang duduk di sebelah Arsen yang sudah siap untuk mengucapkan ijab qabul di depan para saksi mata. Sedikit gugup memang, tapi Lina berusaha untuk tetap tenang.

Satu minggu ini tidak ada yang terjadi di antara keduanya selain aktivitasnya masing-masing. Sesuai janji orang tua mereka, Helena, Hardi dan Dimas yang menyiapkan gedung dan segalanya. Ketiga orang itu sama sekali tidak keberatan. Dengan Arsen dan Lina yang menyetujui perjodohan ini saja sudah membuat mereka senang.

Lina melirik wajah tegas Arsen yang terlihat sangat tenang. Berbeda dengan dirinya yang gugup karena dalam hitungan menit, mereka akan sah menjadi suami istri secara agama dan negara.

"Bissmillahirrahmanirahim...," penghulu memulai.

Meskipun perjodohan, Lina berharap proses pengucapan ijab qabul berjalan dengan lancar. Kepalanya menunduk sembari mendengarkan suara Arsen yang kini sudah mengucapkan apa yang penghulu ucapkan barusan. Suara Arsen begitu keras dan menggema. Pengucapannya pun sangat lancar membuat Lina yakin kalau lelaki itu pasti sudah berlatih dulu.

"Bagaimana para saksi, Sah?"

"SAH!"

Air mata Dimas menetes saat itu juga. Anaknya kini sudah sah menjadi istri Arsen yang dia yakini lelaki itu bisa menjaganya.

Lina menghela nafas lega setelah mendengar kata 'sah' dari para saksi. Kini Arsen mengambil cincin pernikahannya dan memasangkannya di jari manis Sang Istri. Kemudian, bergantian dengan Lina.

Setelah itu, Lina mengambil punggung tangan Arsen lalu mengecupnya sedikit lama. Begitu juga dengan Arsen yang mengecup dahi Lina untuk pertama kalinya. Kini, dia memiliki tanggung jawab yang lebih besar. Yaitu menjaga dan membimbing Ellina, istrinya.

Menandatangani buku nikah sudah selesai. Saat ini keduanya sedang berdiri di atas pelaminan menyambut para tamu yang naik dan mengucapkan selamat padanya. Meskipun sebenarnya Lina merasa pegal, tapi demi para tamu Lina berusaha untuk mengabaikan rasa pegal yang menyerang kakinya itu.

Tak banyak yang di undang ke pernikahan Lina dan Arsen karena keduanya lah yang meminta. Hanya kerabat dekat orang tua mereka dan teman-teman dekat Arsen juga Lina.

Acara berlangsung begitu lama. Dan Lina menghela nafas lega karena acara itu sudah selesai sekarang.

Jam menunjukkan pukul satu pagi buta. Dia tertidur di atas kasur bertabur bunga mawar yang entah datang dari mana. Sebelum itu, Lina sudah lebih dulu membersihkan make up dan tubuhnya karena terasa sangat mengganggu.

"Kamu serius nggak mau buang bunga-bunga itu?" tanya Arsen yang sudah rapi dengan pakaian tidurnya.

"Nanti, lah. Capek." jawab Lina dengan nada yang terdengar lelah.

"Tapi saya juga capek. Mau tidur." protes Arsen.

"Ck, ya, udah, sih, tidur tinggal tidur aja repot."

Arsen hanya menggelengkan kepalanya tak habis pikir. Lelaki itu memilih untuk duduk di sofa dan membuka ponselnya.

Mereka sudah di dalam apartemen milik Arsen seorang. Arsen pun sebenarnya bingung kenapa bunga-bunga itu bisa bertebaran di kasurnya. Seprei nya yang berwarna coklat pun terganti menjadi warna putih. Ini pasti ulah mamanya.

Tangannya membuka roomchat yang berisikan tiga sahabat absurdnya itu.

____________________________

Tongkrongan

Ibnu:
Ar. Nggak nongol tumben?

Dear, Dosen Julid.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang