16. DDJ- Honeymoon?

4.7K 305 26
                                    

Hari ini hari minggu dan kebetulan besok, dan lusa adalah tanggal merah. Oleh sebab itu Arsen memberi tawaran kepada Lina apakah gadis itu ingin tetap berada di sini atau mau jalan-jalan. Seperti honeymoon mungkin?

Tapi Ellina masih terlihat cuek padanya. Beberapa kali pertanyaan yang dia lontarkan hanya dibalas gedikan bahu oleh gadis itu. Arsen sampai bingung harus membujuknya seperti apa. Ingin bertanya pada papa Lina, tapi dia tidak mau membuat mertuanya itu khawatir karena pasti mengira kalau dia dan Lina itu bertengkar hebat.

"Mau sampai kapan kamu diemin saya, Ellina?" tanya Arsen, suaranya terdengar putus asa. Karena sejujurnya dia tidak suka dengan kecanggungan seperti ini.

Lina hanya menggedikkan bahunya acuh. Matanya masih setia menatap layar ponselnya yang sedang menampilkan sebuah video singkat. Hal itu membuat Arsen kembali merasa kesal. Dia merasa tidak dihargai sekarang.

"Saya nggak suka, ya, kamu menjawab dengan seperti itu. Tidak sopan, Lina! Kalau kamu marah sama saya, bilang apa masalahnya. Jangan seperti ini. Kamu membuat saya bingung!" geram Arsen dengan suara tegasnya. Dan itu berhasil membuat nyali Lina seketika menciut.

Dia melirik sedikit ke arah Arsen kemudian kembali menatap ponsel ketika wajah lelaki itu begitu serius. Kenapa jadi dirinya yang merasa takut?

"Kamu kenapa?" kali ini Arsen bertanya lebih lembut. Dia merasa seperti sedang membujuk anak kecil sekarang.

"Gapapa. Kesel aja sama Mas Arsen," jawab Lina judes.

"Papa Gita memaksa saya untuk menikahi Gita,"

Seketika mata Lina melotot sempurna. Dia sampai menegakkan tubuhnya saking terkejutnya. Jatungnya tiba-tiba berdegup kencang mendengar Arsen mengatakan kalimat itu begitu enteng tanpa ada beban apapun.

"Be--bentar..., kenapa tiba-tiba? Emang mereka nggak tau kalo Mas udah nikah?" tanya Lina mendadak gagap. Wajar dia kaget, Arsen mengatakannya secara mendadak tanpa ada basa-basi.

"Mereka tau karena saya sudah menjelaskannya saat itu. Tapi Papa Gita sudah terlanjur dengar kalau sebelumnya saya memang sudah mengajak Gita untuk menikah tahun ini," jelas Arsen, terlihat dari wajahnya dia sedikit gusar dengan masalah ini.

"Terus gimana?"

"Ya, jelas saya menolak karena saya sudah punya istri. Tapi Papanya masih tetap memaksa. Makanya saya ada niatan menemui beliau untuk terakhir kalinya dan menegaskan kalau sampai kapan pun saya tidak akan menikahi Gita karena saya sudah punya istri," lanjutnya.

Lina masih belum puas dengan jawaban dari Arsen. Walaupun Arsen memang hendak bertindak seperti itu, tapi tetap saja. Dia merasa khawatir.

"Lagian makanya jadi orang jangan kebanyakan janji! Kan sekarang jadi repot kalau udah begini," omel Lina tiba-tiba menyalahkan Arsen.

Lelaki itu mengernyitkan dahi. "Saya nggak janji. Ketika Gita meminta untuk dinikahkan, ya, saya setuju -setuju saja. Tapi siapa yang mengira kalau endingnya dia malah selingkuh dengan teman saya sendiri? Dia mendukung ayahnya untuk memaksa saya agar menikahi dia, tapi sedangkan dia sendiri malah masih ada hubungan dengan lelaki yang menjadi selingkuhannya itu. Kamu pikir saya bodoh apa?!"

Lina tersentak kaget. Arsen tiba-tiba saja menyerocos seolah-olah dia sedang mengutarakan kekecewaannya pada Gita. "Mas, kalem. Jangan ngegas, aku jadi takut," cicit Lina menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

Arsen menghela nafasnya sabar. Dia dengan percaya diri meraih jari-jari istrinya dan menggenggamnya.

"Tolong kalau kamu ada masalah sama saya, bilang, ya? Saya belum berani menjelaskan semuanya karena takut kamu akan merasa kecewa. Dan saya juga takut kamu akan mengadukan ini ke orang tua yang malah nanti akan memperkeruh suasana," ujar Arsen dengan nada lembutnya.

Dear, Dosen Julid.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang