Selesai kelas pertama, Arsen langsung pergi ke sebuah kafe yang sudah dia janjikan bersama seseorang. Gita. Gadis itu kembali memintanya untuk bertemu lantaran Sang Ayah terus saja menagih janji Arsen. Arsen sendiri pun bingung harus bagaimana. Ayah Gita benar-benar tidak tahu situasi.
Lelaki dengan jaket hitamnya itu keluar dari mobil dan langsung menghampiri seorang gadis yang tengah duduk di dekat pintu masuk kafe.
Mata Gita langsung menyambut keberadaan Arsen yang baru saja tiba. Dia kemudian mempersilahkan lelaki itu untuk duduk.
"Udah selesai kelasnya?" tanya Gita basa-basi.
Arsen mengangguk. "Hm. Kelas pertama. Gue nggak bisa lama-lama. Satu jam lagi kelas berikutnya," jawab Arsen.
Gita tersenyum kecut. Bahkan ucapan lelaki itu padanya sudah terdengar berbeda. Lebih sarkas dan sedikit dingin. Berbeda dengan Arsen dulu saat masih bersamanya. Sangat hangat dan lembut.
"Gimana? Gue harus apa biar bokap lo nggak terus-terusan begini?" tanya Arsen langsung pada intinya.
"Mau pesan minuman?" bukannya menjawab, Gita justru menawarinya untuk memesan minuman. Dia hanya ingin sedikit lebih lama dengan Arsen.
"Gue nggak ada waktu, Git. Lo nyuruh gue kesini untuk apa?" tanya Arsen, masih dengan wajah dinginnya.
Gita menghela nafas pelan. "Papa lagi-lagi nagih janji. Aku nggak tahu kenapa papa ngebet banget pengen kamu buat segera nikahin aku. Aku udah terus bilangin kalau Arsen udah punya istri, tapi papa nggak percaya gitu aja. Aku bingung, Ar. Bingung!" curhatnya.
Arsen menatapnya dengan datar. Padahal hanya masalah seperti ini tapi benar-benar membuatnya frustasi. "Apa gue perlu ke rumah papa lo? Gue bakal bicarakan ini baik-baik bareng beliau," usul Arsen.
"Tapi, papa itu sulit untuk diajak bicara baik-baik, Ar. Dia pasti bakalan terus maksa. Susah,"
"Gue bakal coba. Masalah bisa saja selesai kalau dibicarakan baik-baik. Papa lo kapan di rumah?" tanya Arsen mencoba untuk pergi ke sana secepatnya. Sebelum orang tuanya dan Ayahnya Lina tahu. Bisa gawat nanti.
"Hmm, besok sore papa di rumah," jawab Gita.
"Oke. Gue pamit. Ada kelas,"
Arsen hendak pamit. Tapi, Gita mencegahnya. Gadis itu menahan tangan kekar Arsen kemudian menyuruhnya untuk duduk kembali. Arsen menghela nafasnya sebentar kemudian menuruti keinginan mantan pacarnya itu.
"Aku tahu kamu udah menikah. Tapi, bisa, 'kan, sifat kamu jangan kembali seperti ini? Ini kembali ngingetin aku tentang kamu yang dulu, sebelum kenal deket sama aku. Please, aku nggak betah lihatnya, Ar," ujar Gita terdengar memohon. Tangan gadis itu belum lepas dari pergelangan tangan Arsen.
Lelaki itu hanya diam, menunggu Gita untuk melanjutkan kalimatnya. Mata Gita sedikit berkaca-kaca.
"Aku tahu aku salah udah...udah selingkuh dari kamu. Tapi, maafin aku. Aku juga sadar, kita nggak akan bisa balikan lagi. Tapi kalau aku belum dapat maaf dari kamu, aku nggak bisa tenang, Ar," lanjutnya. Kali ini suaranya terdengar bergetar menahan tangis.
"Gue udah maafin lo," jawab Arsen. Seraya melepaskan tenggaman Gita pada tangannya.
Seketika Gita tersenyum lebar. Dia semakin mengeratkan genggamannya pada tangan Arsen. Lelaki itu bahkan tidak menolaknya. Dia seakan lupa jika dia sudah memiliki istri. Seharusnya Arsen jangan membiarkan Gita menyentuhnya lebih lama lagi.
"Sekarang kita bisa berteman?" tanya Gita penuh harap.
"Bisa. Hanya teman, 'kan?"
Gita mengangguk. Dia kemudian mengambil ponselnya dan bersiap mengetik nomor Arsen yang memang dia sudah tidak memilikinya lagi lantaran Arsen sudah berganti nomor sejak pernikahannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Dosen Julid.
Любовные романыMas Arsen itu Dosen. Tapi nyebelinnya melebihi karakter Abang Roy di kartun upin & ipin! Semua ini karena perjodohan! Ellina Margaretha, harus menerima perjodohan menyebalkan karena wasiat kakeknya. Juga, permintaan ayahnya yang ingin melihat Sang A...