👑Chapter 16💙💙

52 5 4
                                    

POV AUTHOR
Sabtu malam, harinya para remaja pergi keluar untuk bermain atau kencan bersama kekasih mereka, namun malam ini justru menjadi malam yang berbeda bagi Rani yang kini terlihat sedang melamun terduduk di sebuah bangku taman dan memandang ke arah danau yang ada di depannya.

Tiga hari yang lalu Hugo menghubungi gadis itu lagi, awalnya Rani tidak menghiraukan pria itu tapi kemudian ia mendengar bahwa pria itu akan segera pergi ke Italia untuk bertunangan dengan seseorang yabg telah dijodohkan dengannya, dan ia ingin bertemu dengan Rani untuk terakhir kalinya.

Saat mendengar kabar itu, Rani merasa seluruh tubuhnya lemas dan tak bisa mengucapkan apapun. Meskipun ia sangat membenci Hugo, akan sangat egois jika ia tidak mengakui bahwa dalam hatinya masih terdapat sedikit atau mungkin perasaannya masih sama pada pria dengan nama lengkap Hugo Nuraga Smith itu.

Sudah sekitar 15 menit ia menunggu dan dengan pikiran nya yang sudah kacau tak beraturan.

Dengan nafas yang tak beraturan karena berlari cukup kencang, Hugo menghampiri gadis yang sangat ia rindukan sedang terduduk di sebuah bangku yang ada taman tempat mereka saat ini berada.

Rani yang merasakan ada seseorang mendekatinya akhirnya menoleh dan mendapati pria yang ia cintai tapi sangat ia benci, saat ini tengah berjalan ke arahnya dengan keringat yang terlihat jelas mengalir di wajah pria itu. Rani merasa tak bisa mengatakan apa-apa saat mereka telah duduk berdampingan di bangku tempat ia menunggu tadi.
Sampai akhirnya Hugo mulai berbicara dan memecahkan rasa canggung diantara mereka berdua, "Maaf, karena aku menyuruhmu untuk datang disaat malam seperti ini dan membuatmu menunggu lama! " Rani masih diam dan tidak menoleh sedikitpun pada lawan bicaranya itu.

"Aku, memintamu kesini, karena.. "
Rani tak bisa menghentikan air matanya mengalir saat ini, dirinya benar-benar sudah frustasi dengan perasaannya yang tak karuan dan pikirannya yang terus membayangkan Hugo bersama wanita lain.

👑💙👑💙👑
Setelah merasa gadis disampingnya tenang, Hugo pun melanjutkan apa yang ingin ia katakan. Rani benar-benar telah pasrah jika memang ini adalah pertemuan terakhir dirinya dengan lelaki yang pernah mengisi hari-harinya itu.

Dengan lembut Hugo menggenggam tangan Rani yang masih terlihat tidak ingin menatapnya, namun meskipun begitu bagi Hugo dengan Rani mau menemuinya malam ini, merupakan suatu hal yang ia sangat syukuri.

"Rani... Mungkin kamu udah muak denger ini, tapi setelah semua yang terjadi aku benar-benar sayang sama kamu, aku tahu aku keterlaluan, aku jahat, dan gak pantes kamu maafin. Tapi aku sebelum aku benar-benar pergi, aku pingin tahu perasaan kamu yang sebenarnya apa masih sama kayak dulu? " Rani melepas genggaman tangan Hugo dan ia beralih menatapnya dengan mata yang terlihat berkaca-kaca, sedang yang ditatap hanya dapat menatap sendu mata indah dihadapannya yang terlihat sudah tak kuasa membendung buliran air mata di dalamnya.

Rani yang sedari tadi hanya diam, kini mulai membuka suara, meluapkan segala apa yang ia pikirkan selama ini. "Oke, kamu pingin tahu kan gimana perasaan aku selama ini.... Jawaban nya adalah, aku memang masih cinta sama kamu, aku masih sayang sama kamu, di satu sisi aku masih rindu sama kamu tapi di sisi lain aku juga benci akan kenyataan itu! " Air mata sudah tak dapat lagi dibendung oleh Rani, dengan sesegukan ia menangis dengan kepala tertunduk.

"Jujur aku seneng banget kalau kamu masih sayang sama aku, tapi aku juga benci kenyataan kalau aku gak berhak atas perasaan itu. Sekarang aku ingin kamu bahagia dan menemukan laki-laki yang jauh lebih baik dari aku yang pengecut ini! " Hugo pun memeluk Rani sebelum akhirnya pergi meninggalkan gadis itu sendirian. Bukannya tangisannya berhenti, justru tangisan itu semakin menjadi, akhirnya setelah menangis hingga air matanya tak mengalir lagi, Rani mulai bangkit dari duduknya dan mulai meninggalkan taman itu dengan langkah yang terlihat goyah dan mata yang sembab.

DifferentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang