👑Chapter 20💙💙

73 3 0
                                    

POV AUTHOR

Sudah hampir satu minggu setelah Dista pindah, namun Bayu masih tak bisa juga melupakan gadis itu. Setiap hari ketika berada di kelas ia akan selalu memandangi bangku Dista dengan tatapan sendu yang terlihat menyakitkan, Pras dan Satria telah banyak mencoba berbagai cara agar teman mereka itu dapat kembali seperti dulu.

Tapi sepertinya dampak yang diberikan oleh Dista telah begitu besar dan telah terlalu jauh masuk ke dalam kehidupan seorang Bayu.
"Bay." Panggil Satria menepuk pelan bahu Bayu.
"Hm."
"Mau sampek kapan lo mau kayak gini, ha? " Ucap Satria tegas.
"Lo mau tau sampek kapan? " Bayu pun berdiri dari duduknya dan membalikkan tubuhnya berhadapan dengan Satria.
"Sampek Dista balik ke gue. "

"Tapi mau sampek kapan, Lo tau kan kalau lo udah dijodohin sedangkan Dista juga benci banget ama lo!? "
".... " Tak ada jawaban apapun yang kini dapat dilontarkan oleh Bayu untuk menjawab pertanyaan Satria yang sebenarnya tak salah sama sekali.
"Udahlah gue mau ke kantin. Lo berdua gak usah ikutin gue! " Bayu pun meninggalkan kedua teman-temannya dengan pikiran kalut, ia sungguh sedang tak ingin berdebat ataupun beradu mulut dengan siapapun jadi ia pun memutuskan untuk pergi ke kantin dan memesan minuman dingin agar pikirannya sedikit membaik.

Tapi seperti badai yang datang disaat yang tak tepat, Vena tiba-tiba menghampiri Bayu dan langsung duduk disebelah pria itu. Bayu yang sedang malas melayani gadis itu, memilih untuk mengambil sendiri pesanannya dan segera pergi meninggalkan kantin. Vena yang ditinggalkan begitu saja hanya dapat membuang nafasnya kasar.

RUMAH DISTA
Hari ini sekolah Dista dipulangkan lebih cepat, ya gadis itu telah bersekolah di sekolah baru nya dan baru tiga hari ia disana. Dista merasa hari-harinya begitu berbeda dan sampai saat ini pun ia masih belum bisa benar-benar melupakan sosok Bayu dalam ingatannya.
"Kamu gak mau kemana gitu sama temen kamu? " Tanya Nia yang heran melihat adiknya tak terlihat sedikitpun bosan berada di rumah, padahal dirinya sendiri bosan berada di rumah terus.
"Keluar kemana Kak, aku aja belum deket banget sama temen di sekolah baru aku. " Jawab Dista pasrah.
"Masak iya adik Kakak yang cantik gini, gak ada yang mau deketin? " Goda Nia sambil menyenggol lengan sang adik yang kini justru memasang wajah malas.

"Ya kalau deket banget emang belum ada, tapi ada yang ngajak aku keluar bareng Kak. "
"Cowok? "
"Emmm, i.. Iya. Tapi aku gak jawab apa-apa kok! " Jawab Dista panik.
Sebenarnya semenjak Dista disakiti oleh Bayu, baik Nia ataupun Tanisa sama-sama menjadi lebih protective terhadap permasalahan asmara Dista. Dan Dista sendiri tak bisa mengelak dari kedua kakaknya, karena semenjak kejadian itu kedua kakaknya lah yang selalu menghibur dirinya dan memberikan nya kekuatan.
"Jangan macem-macem ya, Kakak gak mau lihat kamu disakitin lagi! "
"I... Iya Kak. Ya udah aku mau ke supermarket deket sini sebentar ya. "
"Lah ngapain ke supermarket? Bibi kan udah beli semua kebutuhan dapur kemarin. "
"Aku mau nyari cemilan aja. Kata Kakak kenapa aku gak keluar kan, nah ini aku mau keluar. " Nia yang mendengar alasan sang adik hanya tertawa dan karena ia tak mau adiknya terlalu mengurung diri, maka mengizinkan untuk keluar ke supermarket. Dista pun segera naik ke kamarnya dan merapikan rambutnya menggunakan scrunchie berwarna peach dan ia hanya memakai kaos putih dengan lengan pendek dan celana joker hitam yang memang sudah ia pakai sejak tadi setelah pulang sekolah.
Kini kehidupan Dista memang berubah drastis, dulu ia selalu berjalan kaki untuk pergi ke mana-mana ataupon harus diantar kakaknya menggunakan motor namun sekarang ia telah memiliki supir dan mobil pribadi.

Sesampainya di supermarket gadis itu langsung menuju ke rak camilan. Tangannya benar-benar terlihat sibuk memilih camilan mana yang belum pernah ia coba, sebenarnya dia juga tidak ingin-ingin juga untuk ke supermarket, tapi dirinya pun tak tau harus kemana lagi.
"Dista? " Dista yang merasa namanya disebut pun langsung menoleh ke arah sumber suara itu, dan dapat dilihat Yoan dan geng nya sedang berjalan mendekati dirinya.
"Oh, ha.. Hai! " Sapa Dista canggung.
"Lo ngapain sendirian di supermarket gini? " Tanya Yoan.
"Oh, aku cuma pingin cari makanan ringan aja nanti juga langsung pulang kok. " Jawab Dista menunjukkan keranjang belanjaannya.
"Emm, Dis.. Gue mau ngomong sesuatu yang penting sama lo, bisa? "

DifferentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang